Pedoman Film Islami
Hiburan dalam Islam ? Rasanya sejak dulu tidak banyak ragamnya. Di era 1980-an, paling banter orang hanya mengenal musik Qasidah, itu pun cuma muncul pada bulan Ramadhan di TVRI, sebagai pengisi waktu sambil menanti bedug Maghrib.
Bagaimana dengan film sebagai hiburan dalam Islam? Tentu akan banyak jawaban mengenai hiburan satu ini. Sebab, film dalam Islam memiliki keberagaman pendapat mengenai kebolehannya. Mulai dari bagaimana hukum menontonnya, membuatnya dan sebagainya. Wajar hal itu terjadi, sebab hiburan bagi umat muslim diharapkan bisa menghantarkan pada keimanan serta ketakwaan di global ini.
Saat pertama kali film mulai ditampilkan buat masyarakat luas lewat layar bioskop, kalangan ulama memandang film sebagai salah satu hiburan nan akan menyesatkan dan menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Menonton film ibaratnya melakukan perbuatan setan nan akan melalaikan dan merusak iman umat Islam.
Film juga dianggap salah satu rekayasa pihak Barat buat menghancurkan Islam. Pandangan dan kecurigaan saat itu dapat jadi masuk akal sebab film nan menampilkan gambar-gambar manusia bergerak memang pertama kali diproduksi di Amerika Serikat, bertaburan bintang-bintang berambut pirang dan berkulit putih khas Barat.
Sesungguhnya, ajaran Islam sangat menjunjung tinggi ekuilibrium antara kehidupan global dan kehidupan akhirat. Hiburan merupakan salah bagian dari kehidupan global nan memungkinkan manusia buat istirahat sejenak dari kesibukan mencari nafkah atau pun keseriusan beribadah kepada Allah swt. Oleh sebab itu, umat muslim harus pandai memilih film nan dijadikan wahana hiburan baginya.
Film dan Islam
Hiburan dalam Islam sesungguhnya sudah menjadi fitrah manusia. “Berhibur tiada salahnya, kerna hiburan itu indah, hanya pabila salah memilihnya, membuat kita jadi bersalah.” Demikian lirik sebuah lagu nasyid nan dibawakan oleh Raihan, grup nasyid terkenal asal negeri jiran Malaysia. Lirik ini juga bisa dijadikan instropeksi diri bagi kita selama ini dalam memilih hiburan.
Rasulullah saw. sendiri pernah bersabda bahwa “Allah itu Maha Latif dan menyukai keindahan.” Dengan demikian, Muslim tentunya merindukan film nan selain menghibur juga tak menimbulkan dosa kepada Allah saat menontonnya. Pilihan terhindar dari bertambahnya dosa sebab hiburan, karena ada kemungkinan lalai beribadah kepada kewajiban nan telah ditetapkan Allah SWT.
Dari luar negeri, film Mohammad, Messenger of God (Muhammad, Utusan Tuhan) karya Mustapa Aakhad menjadi best seller hingga saat ini. Sebuah film produksi Iran “Kisah Sepasang Sepatu” bahkan mendapat penghargaan paling tinggi piala Oscar. Bagaimana dengan film lainnya?
Film The Kingdom of The Heaven nan cukup laris di pasaran dapat menjadi alternatif film hiburan Islam. Film ini, meskipun diproduksi oleh perusahaan Amerika, ceritanya cukup berimbang dan sinkron dengan fakta sejarah. Wajar saja jika film ini juga banyak ditonton buat dijadikan pilihan hiburan. Terlebih lagi film tersebut mampu meningkatkan dorongan beriman serta bertakwa kepada Allah SWT. Istilah lainnya film nan mencerahkan ke arah kebaikan kepada penontonnya.
Mencari bentuk film nan ideal, yaitu film sebagai hiburan dengan kategori mencerahkan penontonya memang menjadi tantangan bagi para pegiat seni dari kalangan Islam. Di Indonesia pencerahan mulai kembali muncul di penghujung tahun 2000-an. Hal tersebut bisa diketahui seiring dengan bangkitnya kembali perfilman nasional nan babak belur dihajar film-film produksi Hollywood dan Bollywood.
Semula, para pemodal dan produser film kebanyakan meremehkan film nan bernuansakan Islam. Mereka beranggapan film semacam itu akan sulit diterima pasar. Apalagi jika melihat tren saat itu. Yang laris justru film-film bertemakan takhayul, mistis, atau pornografi. Akhirnya, hal itu terhapus dengan sendirinya hingga saat ini makin menjamur film Islam dengan sasaran mencerahkan para penontonnya.
Film Ayat-Ayat Cinta ialah salah satu tonggak besar dalam global perfilman bergenre religi Islam. Film ini begitu laris manis dan menyita perhatian jutaan pemirsa, mulai dari kalangan rakyat jelata hingga para pemimpin negeri kita. Film ini kabarnya menjadi film nan paling banyak ditonton di kawasan Asia dan dipuji oleh para produser film dari Barat.
Sukses film Ayat-Ayat Cinta kemudian disusul dengan produksi film-film lain seperti Ketika Cinta Bertasbih nan juga mendulang kesuksesan besar. Terakhir, film Sang Pencerah juga mendapat sambutan luar biasa dari jutaan pemirsa. Oleh sebab itu, film bernuansa Islam akhirya bermuncullan seperti jamur nan fertile di musim hujan.
Malah ada nan membuat dengan bentuk drama, sinetron dan ciptaan lainnya agar penontonnya menyukai hasil karya tersebut. Berikut ini juga akan disampaikan bagaimana sebenarnya panduan film Islam itu.
Pedoman Film Islami
Mencari kesempurnaan sebuah contoh film nan menghibur sekaligus Islami ialah hal nan tak mudah. Alasannya tentu sebab akan banyak multitafsir. Namun keinginan buat menjadikan film sebagai suatu media nan menghibur sekaligus memberikan kesadaran dan ilmu nan bermanfaat bagi pemirsanya ialah usaha nan luar biasa dan patut dihargai.
Beragam upaya senantiasa dilakukan buat mencapai hasil maksimal. Oleh sebab itu, panduan ini digunakan sebagai wahana penjagaan pembuat maupun penontonnya. Berikut beberapa panduan nan dapat dijadikan acum membuat dan memilih film Islami menurut pendapat ulama terkenal Yusuf Qordowi dari Mesir:
- Isinya tak bertentangan dengan Al Quran dan As-Sunnah. Tentu hal ini panduan primer sebab Al Quran dan As-Sunnah termasuk landasan hukum primer umat Islam. Jika melanggarnya, berarti film tersebut menyesatkan dan tak dibolehkan buat disebarluaskan bagi umat muslim.
- Tidak menjadi alat buat menyesatkan manusia. Wajar saja jika manusia tersesat dalam perjalanan hidupnya. Akan tetapi, hal itu bukan buat dimaklumi dan dibiarkan termasuk dalam hal film sebagai hiburan. Alasan terbesarnya yaitu kesesatan paling besar ialah kesesatan dari setan sebagai sumbernya. Jadi, manusia akan dijauhkan dari Allah SWT sehingga keimanan dan ketakwaannya luntur.
- Alur cerita film tak bermuatan sesuatu nan diharamkan, misalnya penggambaran ajakan buat minum minuman keras dan segala seuatu nan diharamkan dalam Islam. Hal ini harus diwaspadai sebab saat ini film di luar perbedaan makna Islam berkembang pesat. Akhirnya budaya umat muslim sinkron perintah dan embargo Allah SWT semakin tak terlihat dan tertindas. Terlebih lagi kaum muda nan mudah terkontaminasi ide di luar Islam.
Cara membendung serta membersihkannya sebenarnya tak sekedar di global film, tapi seluruh segmen di masyarakat termasuk keluarga harus menguatkan benteng anak-anaknya. Benteng tersebut dikenal sebagai aqidah. Ketika pihak pemerintah juga tak ikut berperan menjaga keimanan raakyatnya, maka film atau budaya bahkan hiburan di luar Islam akan tetap mempengaruhi keimanan serta ketakwaan.
- Tidak mengandung pornografi dan pornoaksi. Batasan inilah nan harus dikembalikan pada panduan pertama. Film tersebut termasuk pornografi ataukah tidak, pornoaksi ataukah tidak, semua dikembalikan bagaimana Allah SWT mengatakan di dalam Al Quran. Jadi, manusia tak bisa membuat batasan sendiri.
Selamat memilih film nan menghibur dan bermutu, nan menambah keimanan dan menambah ilmu. Tingkatkan ilmu buat mendukung keimanan serta ketakwaan di global menuju akherat nantinya.