Penanganan Tanah nan Tidak Stabil

Penanganan Tanah nan Tidak Stabil

Musim hujan, musim waspada sebab stabilitas tanah menjadi tak stabil. Warta tentang banjir semakin sering terdengar. Tidak hanya di Yogyakarta nan masih harus waspada terhadap banjir lahar dingin. Bandung dengan Sungai Citarumnya nan selalu saja meluap. Jakarta dengan banjir kirimannya. Belum lagi, daerah Indonesia bagian Timur.

Permasalahan banjir pun belum usai, warta longsor tanah nan tergerus air sungai sudah terdengar. Pemerintah memang tak boleh tidur. Misalnya, longsornya tanah di beberapa ruas jalan lintas Sumatera Selatan dapat sangat membahayakan para pengendara. Stabilitas tanah nan tak stabil di daerah genre sungai membutuhkan perhatian spesifik dan penanganan istimewa.



Tanah Sumber Kehidupan

Tanah merupakan alat vital nan menjadi habitat berbagai macam organisme. Tak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi puluhan bahkan ratusan makhluk hayati bergantung padanya.

Tanah membantu berbagai tumbuhan bernapas, makan, menghisap air, dan berbagai unsur hara nan membuatnya bertahan dari agresi penyakit. Intinya, tanah ialah media nan digunakan tumbuhan dan berbagai jenis mikroorganisme untuh hayati nan terbentuk dari pelapukan batuan.

Tanah merupakan salah satu bagian bumi nan terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair dan gas. Tanah tercipta tak dengan sendirinya, melainkan berasal dari hasil pelapukan bebatuan dan tumbuhan nan prosesnya memakan waktu berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun.

Tanah nan tercipta ini akan membentuk tanah nan berlapis-lapis. Proses pembentukan susunan tanah ini sangat dipengaruhi oleh iklim, bentuk muka bumi, tumbuhan, berbagai organisme nan hayati di atasnya termasuk hewan, tumbuhan dan manusia serta waktu.

Secara umum, susunan tanah (dengan bahan induk mineral) terdiri atas 50% bahan padatan (45% berupa bahan mineral dan 5% berupa bahan organik), 25% air, dan 25% berupa udara.

Sementara itu, pada tanah organik, seperti gambut, bahan padatan pada tanah tersebut terdiri atas 5% bahan organik dan 45% bahan mineral. Bahan organik dalam tanah ini terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan sisanya humat. Walaupun jumlah tak banyak, fungsinya sangat penting.

Susunan tanah dan juga struktur tanah nan berongga-rongga menjadi loka bagi akar buat bernafas dan tumbuh. Selain itu, tanah pun menjadi habitat bermacam-macam mikroorganisme. Tanah juga dijadikan sebagai loka hayati bagi sebagian hewan darat. Tekstur susunan tanah bermacam-macam dan dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.

  1. Tekstur kasar, misalnya pasir, pasir berlempung.
  1. Tekstur agak kasar, misalnya lempung berpasir dan lempung berpasir halus.
  1. Sedang, antara lain lempung berpasir sangat halus, lempung berdebu, dan debu.
  1. Tekstur halus, misalnya tanah liat berpasir, tanah liat berdebu.

Tekstur tanah ini juga dipengaruhi oleh kandungan air nan terdapat dalam tanah. Jika diuraikan proses pembentukan susunan tanah dimulai dari bebatuan nan mengalami pelapukan, baik pelapukan secara fisika maupun pelapukan secara kimiawi.

Pada saat pelapukan, bebatuan tersebut akan menjadi lunak dan berubah bentuknya sehingga bisa dikatakan sebagai bahan tanah. Bahan tanah ini akan mengalami proses pelapukan terus menerus dan berlangsung dalam waktu bertahun-tahun sampai akhirnya bahan tanah tersebut menjadi tanah.

Kalian tahu batu bara dan bagaimana terbentuknya? Ya. Batubara terbentuk dari tanah, tapi tak semua tanah bisa membentuk batubara. Batubara hanya bisa terbentuk dari tanah organik nan berwarna hitam, dan memiliki kandungan mineral nan sangat sedikit.

Meskipun begitu, tanah jenis ini tetap bisa ditanami sebab bentuk fisiknya nan gembur. Namun sayang, jangan berharap hasil tanaman nan kalian tanam di atas tanah organik akan optimal, hasil tanaman di huma ini justru jauh di bawah optimal.

Berbeda dengan tanah organik, tanah non-organik memiliki banyak sekali kandungan mineralnya. Mineral ini membentuk partikel penyusun tanah, yaitu pasir, lanau (debu), dan lempung. Komposisi ketiga partikel penyusun tanah ini nan kemudian memengaruhi rona tanah. Berikut ini ukuran pembentuk mineral di dalam tanah.

  1. Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga 2.000 mikrometer.
  1. Partikel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai kurang dari 200 mikrometer.
  1. Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.

Semakin halus ukuran partikel tanah tersebut, maka luas permukaan partikel per satuan bobot semakin besar. Partikel tanah dengan permukaan nan lebih luas memberi peluang lebih banyak terjadinya reaksi kimia. Partikel lempung per satuan bobot mempunyai luas permukaan lebih luas dari pada partikel tanah lainnya (debu dan pasir).

Reaksi-reaksi kimia nan berlangsung di permukaan tanah berupa lempung lebih banyak dibandingkan nan berlangsung di permukaan tanah berupa partikel debu dan pasir per satuan bobot nan sama.

Hal ini menunjukkan bahwa partikel lempung merupokan komponen susunan tanah paling aktif terhadap reaksi kimia sehingga berkontribusi menentukan sifat kimia tanah dan juga mempengaruhi kesuburan tanah.



Penanganan Tanah nan Tidak Stabil

1. Cara Non-Alami

Sementara ini, nan sering dilakukan pemerintah daerah dalam mencegah ataupun memperbaiki tanah longsor di daerah genre sungai ialah membangun penahan nan terbuat dari beton. Sebenarnya, keadaan ini malah membuat genre air semakin deras. Namun, beton tersebut cukup bisa bertahan buat beberapa saat sebelum ambrol lagi, lagi, dan lagi.



2. Cara Alami

Manusia tak akan mampu melawan kuatnya alam. Bila alam sudah mengamuk, nan dapat dilakukan oleh manusia hanyalah bertahan. Alam memang masih terlalu kuat bagi manusia. Namun, manusia sering lalai dan masih saja menantang alam dengan cara menebang pohon dan merusak sumber daya alam lainnya secara membabi buta.

Kosongkan daerah genre sungai selebar minimal 100 meter dari bibir sungai. Biarkan tanaman bambu, pohon beringin, kelapa, dan tanaman perdu lainnya menutupi seluruh daerah selebar itu. Akan tetapi, manusia tampaknya tak rela bila tanah nan cukup luas itu terlihat menganggur tanpa bangunan rumah satu pun.

Harusnya, pemerintah daerah sangat tegas dengan hal ini. Selain buat mempertahankan stabilitas tanah di genre sungai, vegetasi nan ada juga buat mencegah longsor. Selain itu, bukankah berbahaya kalau rumah-rumah di genre sungai itu terhanyutkan oleh banjir?

Bagaimanapun, tiang-tiang beton nan dibangun di atas sungai niscaya ada masa pakainya. Masa pakai ini akan semakin singkat bila kualitas beton tak bagus. Kalau pohon, masa pakainya lama dan dapat diperbaiki dengan mudah asalkan ada kemauan kuat buat melakukannya.



3. Membuat Tanah Berteras

Tebing di daerah genre sungai hendaknya tak dijadikan kebun tanaman semusim. Bila mau berkebun, berilah jeda sekitar 50 meter setelah tanaman penahan tanah, seperti tanaman berakar serabut. Akan cukup berbahaya menanam tanaman semusim semacam palawija di tanah nan stabilitasnya sangat lemah. Kerugian materi, tenaga, dan waktu akhirnya harus dialami bila tanah itu longsor.

Bila perlu, tanah di genre sungai dibuat berteras-teras. Hal ini akan membuat tanah semakin kokoh. Jangan lupa tanami lamtoro gung, kaliandra, gamal, akasia, rumput gajah, rumput benggala, dan rumput setaria. Tanaman ini dapat juga dimanfaatkan oleh para petani buat makanan ternak. Namun, seni bertanam dengan cara menggilir tanaman harus dilakukan dengan baik dan saksama.

Tanah juga dapat tercemar. Pencemaran ini dapat terjadi kalau terdapat benda asing nan masuk ke dalam tanah, sehingga mengurangi kualitas dan fungsi tanah. Pencemaran ini bisa terjadi dampak pembuangan limbah industri ke tanah, penggunaan pestisida, atau kebocoran limbah kimia industri.

Agar tanah tetap sehat, kalian harus menjaganya. Jangan sampai tanah kehilangan fungsinya gara-gara tercemar. Banyak sekali makhluk hayati nan bergantung padanya. Manusia pun pada akhirnya terkena imbasnya jika mencemari lingkungannya, misalnya timbul banjir, dan sebagainya.

Banyak hal nan perlu kalian lakukan agar tanah menjadi sehat dan tanaman nan ditanam di atasnya menghasilkan banyak buah atau sayuran. Berikut ini ada beberapa cara buat melestarikan tanah.

  1. Berilah pupuk setiap musimnya, agar kandungan nutrisinya meningkat dan subur.
  1. Dijaga dari erosi agar mampu membentuk lapisan tanah berkualitas.
  1. Agar kelembaban terjaga, lindungilah dari angin dan panas.

Jika kualitas tanah bagus, maka buah atau tanaman apa pun nan ditanam di atasnya mampu berproduksi secara optimal. Jadi, sebelum bercocok tanam, berilah nutrisi pada tanah agar hasil nan dicapai optimal sebab tanah ialah salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup, sehingga stabilitas tanah akan terjadi. Dengan demikian, bala banjir dan tanah longsor pun tak akan terjadi.