Keberadaan Garuda

Keberadaan Garuda

Garuda airline ialah salah satu maskapai terbesar nan ada di Indonesia. Perusahaan ini melayani jasa transportasi udara di kawasan Indonesia dan luar negeri. Nama lengkap dari perusahaan ini ialah Garuda Indonesia, nan sudah berdiri sejak 26 Januari 1949.

Di awal berdirinya Maskapai penerbangan ini ini memiliki nama Indonesian Airways. Pesawat nan pertama kali dimiliki oleh maskapai ini ialah DC 3 nan didapat dari hasil sumbangan masyarakat Aceh. Pesawat pertama tersebut dibeli dengan harga 120.000 dollar malaya. Nilai ini setara dengan 20 kg emas murni. Untuk mengenang jasa rakyat Aceh, pesawat tersebut diberi nama Seulawah nan merupakan salah satu gunung terkenal di Aceh. Seulawah sendiri memiliki arti sebagai gunung emas, simbol dari 20 kg emas nan disumbangkan rakyat Aceh saat itu.

Di awal kemerdekaannya, Garuda masih bekerja sama dengan Koninklijjke Luchtvaart Maatschappij (KLM). Perusahaan ini merupakan perusahaan penerbangan milik pemerintahan Belanda. Antara Garuda dan KLM membuat sebuah perusahaan nan dinamakan Koninklijjke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM). Pembagian saham dalam perusahaan tersebut, 51 persen Garuda dan sisanya KLM. Namun dalam proses pengelolaannya, Garuda tak diberi hak sebab sepenuhnya proses pengelolaan dilakukan oleh KLM. Barulah pada tahun 1954 atas desakan kaum nasionalis KLM menjual sebagian sahamnya kepada pemerintah Indonesia.

Nama Garuda sendiri diberikan oleh presiden Soekarno. Hal ini diambilnya dari sebuah sajak bahasa Belanda dari pujangga terkenal saat itu yaitu Raden Mas Noto Soeroto. Dalam sajaknya, Raden Mas Noto menuliskan kalimat Ik Ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden. Artinya ialah saya merupakan garuda. Burung milik Wisnu nan membentangkan sayapnya. Menjulang tinggi di atas Kepulauanmu.

Nama Garuda ini pertama kali tertera pada penerbangan 28 Desember 1949 dari Yogyakarta menuju Kemayoran, Jakarta. Penerbangan tersebut mengangkut Soekarno buat dilantik sebagai presiden Republik Indonesia Serikat. Pesawat tersebut terdaftar dengan register PK DPD milik KLM Interinsulair. Sejak saat itulah, nama Garuda digunakan sebagai nama maskapai resmi Indonesia.



Pesawat Garuda

Di awal perjalanannya, Maskapai penerbangan ini memiliki 27 pesawat terbang. Hal ini dimungkinkan sebab maskapai ini merupakan maskapai nan berdiri sebagai kelanjutan maskapai KNILM nan sebelumnya ada. Kondisi ini sangat menguntungkan dibandingkan dengan maskapai negara lain nan baru berdiri dari sisi jumlah pesawat nan dimilikinya.

Tiga tahun kemudian atau pada tahun 1953, Maskapai penerbangan ini mampu menambah jumlah pesawat mereka. Holistik pesawat nan dimiliki pada saat itu mencapai 46 pesawat. Meski demikian, pada tahun 1955 beberapa pesawat nan dimiliki oleh Garuda harus mengalami grounded atau tak lagi layak terbang. Hal ini khususnya dialami oleh pesawat dari seri Catalina. Setahun kemudian, Maskapai penerbangan ini mengawalli penerbangan mereka ke luar negeri, khususnya ke Mekkah.

Memasuki tahun 60an, maskapai Maskapai penerbangan ini mengalami perkembagan nan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan datangnya dua pesawat baru berjenis Jet Convair 990 dan pesawat Turboprop Lockheed L 118 Electra pada tahun 1965. Sebelumnya pada tahun 1961 Maskapai penerbangan ini membuka rute penerbangan ke Bandara Internasional Kai Tak di Hongkong. Dan pada tahun 1965 itu pula, dengan menggunakan pesawat bermesin jet DC 8, Maskapai penerbangan ini sukses membuka rute penerbangan ke kawasan Eropa. Penerbangan ini bertujuan Bandara Schiphol di Haarlemmermeer, Belanda.

Kisah perkembangan pesawat Maskapai penerbangan ini masih berlanjut. Pada tahun 70an, Garuda membeli sebuah jet kecil bertipe DC 9 dan pesawat berbaling yaitu Fokker F28. Holistik jumlah pesawat F28 nan dimiliki Maskapai penerbangan ini pada saat itu sebanyak 36 pesawat. Hal ini menjadikan Maskapai penerbangan ini sebagai pemilik pesawat terbanyak buat seri F 28 pada masa tersebut.

Selain membeli pesawat bermesin kecil, Maskapai penerbangan ini juga mulai melirik pesawat berbadan lebar dari pabrik Boeing dan Mc Donnell Douglass. Pesawat nan dipilih ialah Boeing 747-200 serta MD DC 10-30. Tahun 1980, Garuda beralih memilih Airbus sebagai pabrikan pesawat buat melayani penumpang Maskapai penerbangan inis. Pilihan pun dijatuhkan pada pesawat berkapasitas besar saat itu yaitu A300.

Koleksi pesawat Maskapai penerbangan ini pun semakin lengkap ketika pada tahun 90an, Garuda membeli beberapa pesawat dari Boeing, Airbus dan Mc Donnel Douglass. Pesawat nan dibeli dari pabrik Boeing di antaranya ialah Boeing 747-400. Untuk Airbus, pilihan dijatuhkan pada Airbus A330-300 dan buat Mc Donnell Douglass diputuskan membeli seri MD 11.



Perjalanan Garuda

Meskipun sudah diakui sebagai perusahaan terbesar di Indonesia, bukan berarti perjalanan Maskapai penerbangan ini berlangsung mulus tanpa masalah. Beberapa hambatan sempat menghadang perjalanan maskapai ini. Mulai dari kecelakaan pesawat, akibat perang tarif, krisi keuangan hingga masalah mogok kerja para pilot pesawat.

Beberapa kecelakaan besar nan melibatkan Maskapai penerbangan ini diantaranya terjadi pada tahun 1997 di kawasan Sibolangit, Medan. Dalam kecelakaan tersebut, seluruh penumpang pesawat ditemukan tewas. Selain itu, pada tahun 2007, sebuah pesawat Garuda juga sempat mengalami gagal pendaratan nan berakibat pesawat pecah dan terbakar di Yogyakarta. Saat itu, beberapa penumpang tewas dan sebagian lain mengalami luka bakar serius. Beberapa tokoh krusial nan ada dalam pesawat juga menjadi korban. Seperti Dien Samsudin nan merupakan tokoh Muhammadiyah, serta Prof Kusnadi, mantan Rektor UGM nan akhirnya ditemukan tewas.

Terjadinya perang tarif dari maskapai lain juga berdampak pada diciptakannya anak perusahaan Citilink. Hal ini sebagai cara buat menghadapi persaingan dengan kompetitor nan menawarkan harga murah dalam penerbangannya.

Pada Juni 2007, Garuda sempat mengalami embargo masuk dan terbang di kawasan Eropa. Hal ini sebab Maskapai penerbangan ini dianggap belum memenuhi baku keamanan terbang nan berlaku di Eropa. Embargo ini kemudian dicabut pada tahun 2009 setelah Garuda memperoleh sertifikat standarisasi kelayakan terbang dari IATA.

Kasus nan sempat mengguncang Maskapai penerbangan ini ialah peristiwa mogok terbangnya para pilot domestik pada 28 Juli 2011. Hal ini dilandasi kecemburuan gaji nan diterima para pilot domestik nan dinilai jauh berbeda dengan jumlah gaji nan diterima para pilot asing di maskapai tersebut.



Keberadaan Garuda

Maskapai penerbangan ini memang ialah kebanggan dari negara kita. Ia pun telah menjadi maskot penerbangan nan ada di Indonesia. Hal ini terlepas dari kelemahan dan kelebihan nan dimilikinya. Namun memang ketiak banyak orang baik itu dari luar negeri ataupun dalam negeri nan mendengar atau menyebutkan nama Maskapai penerbangan ini maka mereka niscaya akan langsung bisa mengenali bahwa memang Maskapai penerbangan ini berasal dari Indonesia.

Namun memang nan bisa buat menaiki Maskapai penerbangan ini ialah orang-orang nan berasal dari kelas ekonomi menengah dan atas. Hal ini dikarenakan bahwa harga tiket dari setiap penerbangan nan ada di dalam Maskapai penerbangan ini memiliki harga nan lebih tinggi daripada Maskapai penerbangan nan lainnya.

Inilah nan ada di dalam persaingan global penerbangan nan ada di Indonesia. Saat inipun juga banyak sekali Maskapai penerbangan lainnya nan menawarkan fasilitas nan tidak kalah dengan apa nan ditawarkan dengan Maskapai penerbangan ini. Namun tetap dengan harga nan lebih murah.

Memang buat orang nan berasal dari kalangan ekonomi menengah atau atas, hal akan lebih tingginya harga tiket dari Maskapai penerbangan ini bukanlah sebuah hal nan berarti. Namun bagi sebagian masyarakat nan lainnya, hal ini ialah sebuah pertimbangan.

Untuk itu, banyak orang nan lebih memilih buat naik Maskapai penerbangan nan lain. Dikarenakan harga tiket nan masih bisa dijangkau. Sehingga mereka menganggap bahwa Maskapai penerbangan ini ialah Maskapai penerbangan nan cukup elit dan memiliki prestise.

Fakta mengenai hal ini sejatinya mengungkapkan bagaimana persaingan global penerbangan nan ada di Indonesia. Dengan semakin banyaknya Maskapai penerbangan nan beroperasi maka publik akan semakin dibuat buat lebih mudah lagi memilih dengan yangs esuai akan kebutuhan dan keinginan mereka.

Setiap Maskapai penerbangan pastinya ingin mendapatkan sebanyak mungkin penumpang. Dan dengan ini, mereka tentunya akan melakukan berbagai hal buat menarik minat dan keinginan mereka. Itulah sebabnya akan ada persaingan nan sehat di dalam global penerbangan kita. Dan itulah nan ada di dalam paras Garuda Airline kita.