Tidak Mudah
Latihan dan Latihan
Untuk itulah segala daya upaya dalam meningkatkan kemampuan dilakukan. Latihan setiap hari secara tidak henti dilakoni buat melatih otot dan otak. Tujuan buat mengharumkan nama bangsa di mata global menjadi sasaran primer nan wajib dicapai. Terkadang selain masalah nasionalisme, cita-cita lainnya termasuk hadiah dan insentif berupa uang nan cukup banyak juga menambah motivasi. Ada juga nan merasa harus berprestasi agar dapat melancong ke negara lain. Tanpa kemampuan olahraga nan bagus, mungkin sulit dapat ke luar negeri.
Semangat itu dapat didapatkan dari berbagai macam cara. Namun satu hal nan terpenting ialah bahwa mengasah kemampuan terbaik. Instruktur nan baik, program pelatihan nan juga baik. Indonesia pernah mempunyai satu cabang olahraga nan begitu dibanggakan, Bulutangkis. Tradisi medali emas sempat menjadi sesuatu nan begitu dibanggakan. Namun, setelah program pelatihan tak lagi baik, semuanya menjadi buyar.
Kini Indonesia tak lagi mempunyai pemain bulutangkis nan hebat, nan mampu membuat orang Indonesia merasa bangga menjadi bangsa Indonesia. Zaman berubah, peraturan dan dinamika di loka pelatihan bagi semua pemain nasional menjadi berbeda. Indonesia boleh saja berbangga bahwa pada saat Sea Games ke-26 di Palembang, negara ini menjadi negara pengumpul medali emas terbaik. Tetapi lihatlah, cabang-cabang nan dipertandingkan di Olimpiade, berapa emas nan didapatkan oleh atlit Indonesia.
Tidak banyaknya cabang Olimpiade nan dimenangkan oleh atlit Indonesia membuat perolehan medali bangsa ini di Olimpiade London, tak dapat berbicara banyak. Cabang angkat besi sekarang nan dibanggakan. Cabang dayung pun seperti itu. Bulutangkis seolah tak mempunyai taring lagi. Para pemainnya telah loyo dan tak menampilkan kekuatan nan sesungguhnya. Tidak diketahui dengan jelas apa nan akan dilakukan selanjutnya buat menampakan batang hidung produk bangsa di arena internasional itu.
Jangan pula berbicara tentang cabang olahraga lainnya. Bangsa dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa ini buktinya tak dapat membentuk anak-anak bangsanya menjadi olahragawan nan sangat hebat. Katakannya semua itu sebab postur tubuh anak bangsa nan tak terlalu tinggi atau tak terlalu dapat berlari cepat. Tetapi semua itu tak menghalangi mencapai prestasi. Lionel Messi tak tinggi. Namun, lihatlah prestasinya. Ia mampu menjadi pemain terbaik global sebanyak 4 kali secara berturut-turut.
Artinya ialah bahwa sine qua non upaya pencarian bibit unggul nan memang dapat diandalkan. Pada saat bangsa ini memang bersungguh-sungguh, maka suatu saat akan didapatkan bibit nan benar-benar mampu memberikan kebanggaan kepada seluruh rakyat Indonesia. Olahraga ini akan dapat membuat bendera berkibar di negara orang. Tidak banyak peristiwa nan membuat bendera suatu bangsa berkibar di luar negaranya.
Pertama, ketika ada kunjungan resmi kenegaraan dan nan kedua ialah ketika atlit negara nan bersangkutan menjadi kampiun pertama. Alangkah terharunya menyaksikan bendera RI bergerak ke atas sambil diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Walaupun tak sedikit bendera negara ini telah berkibar, tetap saja bahwa seharusnya lebih banyak lagi.
Berbagai Cabang Olahraga Bergengsi
Ada banyak cabang olahraga nan dikategorikan sebagai cabang internasional nan diperlombakan dan dipertandingkan dalam setiap pesta olahraga. Dari sekian banyak cabang tersebut, ada beberapa cabang olahraga bergengsi nan menjadi favorit, di antaranya adalah:
* Sepakbola. Sepakbola merupakan cabang olahraga nan paling populer sedunia. Menjadi kampiun sepakbola di ajang internasional tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Olahraga nan mengandalkan kekompakkan tim buat mencetak gol sebanyak-banyaknya merebut perhatian banyak orang. Walau medali nan diperebutkan hanya satu, cabang ini menjadi incaran banyak negara saat berlangsungnya pesta olahraga dunia.
* Atletik. Cabang ini juga merupakan cabang olahraga internasional nan difavoritkan. Hal ini disebabkan banyaknya bidang perlombaan nan ada di cabang atletik ini menjadikan cabang ini loka buat mendulang medali sebanyak-banyaknya. Secara umum, cabang atletik dibagi menjadi tiga perlombaan yaitu lari, lompat dan lempar.
Dari ketiga bagian besar cabang olahraga ini, masih terbagi lagi menjadi cabang-cabang lomba lainnya. Misalnya buat lari, Anda dapat menemukan perlombaan lari 100 meter, lari 200 meter, lari 400 meter, lari jeda jauh, lari estafet, lari gawang, lari marathon, dan lain-lain. Banyaknya nomor-nomor nan diperlombakan inilah nan membuat atletik menjadi cabang favorit buat merebut medali.
* Renang. Tak berbeda jauh dengan cabang atletik, renang juga menjadi favorit sebab koleksi medali nan dapat dipanen di cabang ini. Ada banyak nomor renang nan diperlombakan. Berbagai perlombaan renang juga dibagi berdasarkan gaya renang nan ada, yaitu sebanyak empat gaya. Tentu dengan jeda tempuh nan bhineka membuat banyaknya nomor perlombaan di cabang ini.
* Bulutangkis. Cabang olahraga nan masih termasuk baru ini merupakan cabang favorit negara kita. Dari cabang inilah Indonesia sukses meraih emas di olimpiade saat Alan Budikusuma dan Susi Susanti menjadi pemenang. Ketika itu, bulutangkis baru pertama kali masuk ke dalam salah satu cabang olahraga internasional nan dipertandingkan di olimpiade.
Masih banyak lagi cabang olahraga berkategori internasional lainnya nan dipertandingkan seperti olahraga beladiri, anggar, bola voli, bola basket, tenis, tenis meja dan lain-lain. Semua cabang olahraga ini membutuhkan latihan nan keras buat meraih kemenangan. Saat bendera negara dikibarkan itulah saat nan paling dinanti dan nan paling membanggakan.
Tidak Mudah
Banyak pengorbanan nan harus dilakukan bila memang berniat menjadi seorang atlit internasional. Ketika menyaksikan beberapa atlit nan telah pensiun dalam keadaan menderita, atlit muda usia mulai berpikir. Kalau mereka tak mempunyai pendidikan, maka semua piagam dan medali nan didapatkan akan menjadi sia-sia. Tidak dapat mengharapkan donasi dari pemerintah. Bahwa pemerintah sesungguhnya bertanggung jawab terhadap rakyatnya, memang seharusnya, namun, rakyat sendiri nan harus mampu mandiri.
Tidak sedikit para atlit nan masa mudanya bergelimang harta. Setelah ia pensiun dan tenaganya tak lagi kuat, satu per satu harta nan telah dikumpulkan dari kemenangan demi kemenangan, menghilang dan harus dijual demi seuap nasi nan dimakan setiap hari. Ada mantan atlit nan menjadi tukang jualan air minum keliling di seputaran Senayan. Ada juga nan menjadi buruh mencuci. Keadaan ini memang sangat menyedihkan.
Memang dapat saja mengatakan bahwa kehidupan ini ada nan mengatur. Rezeki itu juga ada nan mengatur. Namun, upaya mensejahterkan masyarakat itu ialah suatu upaya nan harus terus dilakukan. Kementerian olahraga telah berusaha memberikan donasi berupa perumahan dan mencarikan pekerjaan bagi mantan atlit nan tak berdaya itu. Laki-laki dan perempuan sama saja. Tidak sporadis juga bahwa mantan atlit wanita itu lebih menderita.
Para atlit ini harus diberi pelajaran bagaimana mengelola uang mereka. Jangan sampai ketika mereka mempunyai banyak uang, mereka hayati dalam kemewahan sehingga banyak orang nan ngiri. Setelah mereka tak lagi mampu memberikan nan terbaik kepada negara, tenaga mereka tak lagi dipakai. Itu artinya ialah tak ada pemasukan kepada sakunya. Inilah masa nan sangat sulit. Bila membantu itu sangat mudah, maka mungkin tak ada mantan atlit nan terlunta-lunta.
Alan Budikusuma dan Susi Susanti dapat dikatakan sebagai di antara mantan atlit nan mampu berjuang dan lulus dari masa percobaan. Kini mereka mempunyai usaha nan cukup bagus nan dapat menopang hayati mereka. Anak-anak mereka dapat hayati layak. Apa atlit nan mendapatkan pekerjaan di beberapa loka juga patut bersyukur. Banyak sekali atlit nan terlunta-lunta pada masa tuanya. Jangan diulangi. Mempelajari jalur investasi dan instrumen investasi, akan membuat orang paham bahwa menjadi seorang makelar membutuhkan banyak latihan.
Menjadi seorang atlit pun seperti itu sebenarnya. Bagaimana berusaha dan menanamkan modalnya pada perusahaan nan bagus. Taufik Hidayat, atlit bulutangkis nan menikahi anak Agum Gumelar, telah menjalankan bisnisnya sejak lama.