Sejarah Kamboja
:
Sistem politik Kamboja yang ada saat ini mengalami sebuah perjalanan nan cukup panjang. Dapat dibilang melibatkan nyawa dari jutaan penduduknya buat mencapai kondisi seperti nan ada saat ini. Dikabarkan bahwa pada saat pendudukan Khmer merah telah terjadi pembantai sekitar 1,5 juta penduduk kamboja . Sebuah angka nan cukup fantastis buat harga sebuah nyawa seorang manusia.
Diatas Konflik
Belum lagi masalah nan dihadapi oleh Kamboja dengan negara tetangga terkait denga konflik perbatasan nan ada. Masing-masing pihak saling mengklaim bahwa wilayah nan dijadikan rebutan tersebut ialah wilayah mereka masing-masing.
Konflik nan dihadapi Kamboja ialah konflik dengan Thailand selaku negara tetangganya sendiri. Perbatasan darat nan terkait nilai sejarah dari loka tersebutlah nan membuat keduanya masih saling bersiteru buat menentukan siapa pemilik dari daerah nan telah diklaim oleh masing-masing pihak.
Sistem Politik
Sistem politik atau juga dapat dikatakan sebagai sistem pemerintahan nan berlaku di Kamboja sekarang ialah Monarki konstitusional. Dalam sistem pemerintahan ini kepala negara masih dipimpin oleh seorang raja sedangkan kepala pemerintahan sendiri dipimpin oleh seorang perdana menteri.
Kedudukan raja selaku kepala negara lebih banyak terlibat dalam acara ritual dan budaya semata. Sedangkan buat urusan politik maka raja sepenuhnya menyerahkan urusan tersebut kepada perdana menteri selaku kepala pemerintahan.
Di dalam kamboja memang terletak dua buah kekuatan nan cukup besar yakni pihak kerajaan dan pihak parlemen. Pihak parlemen merupakn pihak nan banyak diduki oleh khmer sedangkan kerajaan tentunya diduduki oleh para keturunan raja.
Keduanya memiliki andil nan cukup besar terhadap perubahan sistem politik nan terjadi di Kamboja. Berbagai perang saudara nan terjadi di Kamboja juga terjadi dampak adanya tiga kekuatan besar nan dalam perkembangnya hanya tertinggal dua kekuatan besar saja yakni khmer dan pihak kerajaan .
Sedangkan kekuatan nan satunya mengalami pelemahan sehingga pada akhirnya harus meninggalkan anjung perpolitikan. Kekuatan nan mundur tersebut lebih dikenal dengan kekuatanyang dipimpin oleh Lon Nol.
Sampai saat ini, di anjung perpolitikan nan ada di Kamboja lebih banyak dikuasai oleh dua kekuatan tersebut. Untuk pemilihan perdana menteri biasanya dilakukan melalui sistem pemilu nan diikuti oleh seluruh rakyat kamboja. Sedangkan buat pemilihan raja selaku kepala negara hanya dapat diikuti oleh keturunan raja dan persutujuan dari parlemen nan merupakan khmer itu sendiri.
Sejarah Kamboja
Perkembangan sejarah dari kamboja sudah dimulai ketika abad pertama masehi. Jika menilik dari perkembangan sejarah tersebut maka sudah seharusnya Kamboja merupakan negara nan tua. Tetapi kemerdekaan dari negara ini saja masih baru jika dibandingkan kemerdekaan nan diperoleh oleh negara kita, Indonesia tercinta.
Di abad ke sampai ke 5, dua negara yakni Funan dan Chenla membentuk kesepakatan buat manunggal sehingga menjadi kamboja. Interaksi diplomatik dari negara ini terbilang cukup baik sebab mereka memiliki interaksi nan serasi dengan Cina dan India.
Tentu saja keberadaan dari kerajaan ini tak bertahan lama ketika pada abad ke 9 sebuah kerajaan khmer dibangun maka kerajaan sebelumnya pun runtuh. Khmer pun akhirnya mengambil alih posisi kekuasaan nan ada di Kamboja hingga berselang selama 6 abad. Di abad ke 15 kerajaan Khmer tak mampu bertahan nan akhirnya dikuasai oleh Thai nan sekarang merupakan Thailand.
Di masa kejayaan kerajaan Khmer tersebutlah didirkan Angkor Wat nan tetap dapat kita saksikan hingga saat ini. Angkor Wat dijadikan sebagai simbol dari kekuasaan nan dimiliki oleh Khmer sebab begitu megah dan indah.
Merasa terpojok oleh pasukan Thai maka pusat kota dari Khmer berpindah ke Lovek. Namun ini tak berlangsung lama sebab pada akhrinya Lovek nan merupakan pelabuhan strategis sukses dikuasai oleh Thai dan Vietnam di tahun 1594.
Kedaulaatan dari kerajaan nan ada dikamboja akhirnya terombanng-ambing sebab selama hampir 3 abad selalu dikuasai oleh kerajaan asing. Selama tiga abad tersebut kamboja selalu dikuasai oleh raja-raja dari Thai dan Vietnam secara silih berganti.
Namun sebuah angin perubahan pun mulai terbawa ketika di tahun 1863 seorang Raja Kamboja yakni Raja Norodom. Raja Norodom ialah raja nan dilantik oleh Raja Thai. Dia memiliki sebuah siasat jitu dengan mencari konservasi ke negara Perancis.
Di tahun 1867, Raja Norodom menandatangi sebuah perjanjian dengan pemerintah Perancis nan isinya memberikan hak kontrol terhadap dua wilayah nan waktu itu dikuasai oleh Thai yakni Battambang dan Siem Reap. Namun pada akhirnya kedua wilayah ini diberikan kepada Kamboja oleh Perancis di tahun 1906 pada sebuah perjanjian perbatasan antara Perancis dan Thai.
Kondisi tersebut tentunya menguntungkan bagi pihak Kamboja sebab selama 1863 hingga pada tahun 1953, Kamboja dijadikan sebagai wilayah protectorat nan dilindungi oleh Perancis nan dianggap sebagai daerah koloni Indonchina.
Setelah terjadinya perang global II yakni pada masa setelah penjajahan Jepang pada tahun 1940 akhirnya Kamboja menemukan titik terang. Pada tahun 1953, tepatnya tanggal 9 November, Perancis memberikan kemerdekaan kepada Kamboja. Setelah itu, Kamboja menjadi sebuah Kerajaan konstitusional dibawah Raja Norodom Sihanouk.
Penderitaan dari rakyat Kamboja masih belum berhenti di sini. Meskipun telah terbebas dari penjajahan nan dilakukan oleh bangsa asing tetapi masalah nan baru sebenarnya akan muncul. Pada saat terjadi perang Vietnam di tahun 1960, Kerajaan Kamboja memilih buat bersikap diam dan bersifat netral.
Namun sikapnya tersebut tidaklah begitu disukai oleh sebagian orang nan berada dalam tampuk kekuasaan nan ada di Kamboja. Dari sinilah muncul perang saudara nan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa nan cukup tragis di mata global dan tak hanya di mata orang Kamboja saja.
Terjadi sebuah perang saudara nan dipimpin oleh Lon Nol nan merupakan palingma paling tinggi di militer dengan pihak Khmer dan kerajaan. Di tahun 1975, Khmer Merah sukses menduduki sekaligus mengusai nan pada akhirnya mampu mengubah sistem pemerintahan negara dari Kerajaan menjadi Republik Demokratik Kamboja nan dimpimpin oleh Pol Pot.
Pemerintahan nan baru ini bukanlah pembawa cahaya terang bagi Kamboja nan memang sudah sekian lama berada di masa kelam. Justru ketika di masa nan baru ini yakni Republik Demokrat Kamboja mengali sebuah masa nan cukup suram. Di mas pemerintahan ini menginginkan terjadinya kondinsi pangan seperti ketika Kamboja berada di abad ke 11.
Banyak sekali korban berjatuhan nan diakibatkan oleh pemerintahan nan cukup sombong tersebut. Penduduk kota diminta buat berpindah ke desa guna mensukseskan program pertanian. Berbagai pengobatan barat juga ditolak oleh pemerintah ini. Dampak dari keputusan tersebut banyak sekali rakyat Kamboja nan menderita kelaparan hingga kematian dampak tak adanya obat di Kamboja.
Di tahun 1978, rakyat Kamboja diselamatkan oleh Vietnam nan mencoba menghentikan terjadinya proses genosida oleh pemerintah tersebut. Dan atas prakasa dari Dewan PBB pada tahun 1988 akhirnya konflik antar pihak nan bersengketa dan terjadilah perdamaian di wilayah Kamboja.
Meskipun sejak saat itu Kamboja dirasakan sudah sangat tenang. Namun di tahun 1997 sempat terjadi sebuah guncangan nan dapat diatasi dampak akan diadakannya udeta nan sukses digagalkan.