Mbah Marijan nan Menjadi Ikon Minuman Energi
[label:455,341]filsafat-idealisme.jpg[/label Ilustrasi filsafat idealisme
Filsafat idealisme ialah genre filsafat nan mempercayai bahwa aspek rohani, baik berupa ide ataupun konsep tata nilai nan berkaitan dengan moralitas, sebagai hal krusial nan memberi pengaruh dominan bagi keberadaan atau eksistensi sesuatu. Kepercayaan seperti itulah nan dipegang teguh oleh Mbah Marijan hingga akhir hayatnya.
Bukan bermaksud mbalelo kepada Sultan HB X ketika pada 2006 lalu Mbah Marijan menolak dawuh Sultan buat segera turun dari lereng Gunung Merapi. Bukan pula bermaksud tak menghargai pemerintah atau ilmu kegunungapian ketika Mbah Marijan tetap bergeming dan menolak anjuran mengungsi.
Sikap kukuhnya buat tetap bertahan di lereng Gunung Merapi, beberapa hari lalu, juga bukan sebab dia memiliki ilmu kesaktian khusus.
Memang, agak sulit buat memahami apa nan sebenarnya dimaksudkan dari sikap Mbah Marijan ini. Namun, apa sebenarnya nan melatari sikap keras Mbah Marijan?
Konsep Ksatria Mbah Marijan
Konsep ksatria selalu berkaitan dengan kemuliaan dan tanggung jawab. Hal inilah nan jadi landasan filsafat idealisme bagi setiap ksatria, termasuk Mbah Marijan.
Konsep ksatria dalam filsafat idealisme Mbah Marijan tercermin dari penghayatannya terhadap nilai-nilai kemuliaan dari seorang ksatria. Yaitu, menjalankan misinya dengan baik, berani, dan bertanggung jawab.
Sebagai seorang ksatria nan ditugaskan buat menjaga Gunung Merapi, merupakan pantangan baginya buat meninggalkan tanggung jawab, hanya sebab takut mati. Tanggung jawab inilah nan membuat Mbak Marijan tak mematuhi perintah dari Sultan HB X, sebab bagi Mbak Marijan, nan menjadi atasannya ialah Sultan HB IX dan hanya perintah dari Sultan HB IX inilah nan ditaati oleh Mbak Marijan. Sungguh suatu sikap tanggung jawab nan sangat murni dari seorang bawahan kepada atasan. Dia hanya mematuhi perintah atasannya saja, tak lebih dari itu.
Setiap orang nan memiliki jiwa ksatria akan memiliki pemahaman seperti ini. Menunaikan tugas kewajibannya sampai wafat ialah suatu kemuliaan. Begitu pula sebaliknya, melarikan diri dari tugas dengan alasan apapun ialah tindakan pengecut nan hina. Setiap ksatria sejati selalu memiliki prinsip ini.
Maka, buat bisa memahami sikap keras Mbah Marijan nan tak mau ikut mengungsi dan tak mau dievakuasi, harus dipandang dari perspektif ini. Mbah Marijan ingin tetap menjadi ksatria sejati sampai akhir hayatnya.
Sayang sekali, banyak orang nan tak mampu memahami sasmita Mbah Marijan. Sikap kerasnya kemudian dikaitkan dengan hal klenik, terlebih melihat usianya nan telah uzur, namun kekuatan fisiknya masih cukup prima.
Akibatnya, banyak terjadi kesalahpahaman dalam menilai sikap keras Mbah Marijan. Segala evaluasi terhadap sikap Mbah Marijan, nan berada diluar perspektif filsafat idealisme tentang konsep ksatria, akan berakibat fatal.
Itu terbukti nyata. Anak, istri, dan kerabat Mbah Marijan, bersedia buat di evakuasi. Bahkan, rela meninggalkan Mbah Marijan seorang diri di rumahnya. Mengapa dapat begitu?
Karena mereka sangat memahami betul filosofi hayati Mbah Marijan nan seperti ini. Memaksa Mbah Marijan turun menyelamatkan diri, sama artinya dengan menyerang kehormatan dan harga dirinya sebagai ksatria.
Namun, bagi orang awam nan tak cukup mengenal Mbah Marijan, boleh jadi akan menganggap Mbah Marijan angkuh. Mungkin juga malah menaruh belas kasihan. Kemudian, berusaha membujuk rayunya agar bersedia turun. Namun, fenomena berkata lain, upaya itu justru berakibat fatal.
Ksatria Zuhud
Mbah Marijan seorang muslim nan taat. Sekalipun dia memiliki tugas buat mengadakan upacara ritual di Gunung Merapi, pada kenyataannya dia tetaplah seorang muslim nan taat beribadah.
Mbah Marijan ialah seorang lelaki tua sederhana nan tak terbuai dengan harta dan ketenarannya. Sekalipun sempat menjadi model iklan, itu tetap tak mengurangi kesahajaannya.
Dia tak hayati dalam kemewahan dan gelimang harta karena sebagian honor nan didapatnya dari iklan telah disumbangkan buat pembangunan loka ibadah.
Pada saat ini, sudah sporadis orang nan memiliki filsafat idealisme seperti nan dipunyai Mbah Marijan. Menjunjung tinggi kehormatan pekerjaannya sebagai sesuatu nan mulia dan menjalaninya dengan penuh tanggung jawab, dengan risiko apapun.
Bagi tiap ksatria, menjalani misi hayati hingga sempurna tanpa ada stigma atau kesalahan ialah suatu keharusan. Setiap ksatria tak boleh bersikap pengecut dan hina. Seorang ksatria harus berani mempertaruhkan hidupnya agar bisa menjalankan setiap tugas nan diembankan padanya dengan baik.
Sungguh jika masih ada orang seperti itu, tentulah kehidupan bermasyarakat akan kondusif dan tentram sebab masing-masing orang sadar dengan posisinya sebagai manusia. Seorang polisi tentu akan menjalankan tugas sebaik-baiknya tanpa melakukan perbuatan-perbuatan nan melanggar hukum terutama nan akan menjatuhkan martabatnya sebagai penegak hukum. Seorang pejabat negara tentu akan melayani masyarakat dengan sepenuh hati dan menjauhkan diri dari korupsi nan tentu saja hal tersebut dapat merendahkan prestise sebagai pejabat negara.
Dengan adanya pencerahan terhadap masing-masing peran tersebut, tak akan ada manusia nan iri antara satu dengan nan lain. Akan terjadi aksi saling mendorong buat meningkat menjadi lebih maju dan tak ada lagi saling iri dan menjatuhkan antara sesama.
Mbah Marijan nan Menjadi Ikon Minuman Energi
Keteguhan Mbah Marijan ini tentunya mendapat sambutan nan hangat dari banyak orang. Bahkan, tak sedikit orang nan sangat menghormati apa nan beliau lakukan. Salah satu di antaranya ialah sebuah produk minuman energi nan menjadikan Mbah Marijan ini sebagai salah satu ikonnya. Kata-kata "rosa" juga menjadi bentuk kekuatan dari ikon Mbah Marijan ini. Kata rosa dalam bahasa Indonesia berarti kuat. Kekuatan inilah nan memang benar-benar ada di dalam diri Mbah Marijan. Bagaimana Mbah Marijan dalam usianya nan sudah lanjut, masih tetap kuat menjalankan tanggung jawabnya menjadi juru kunci merapi.
Kekuatan dari Mbah Marijan ini juga sempat membuat sebuah Production House buat membuat sebuah FTV nan mengangkat Mbah Marijan sebagai tokoh utamanya. Sayangnya, sebab bala Gunung Merapi nan melanda Yogyakarta dan mengambil nyawa beliau, FTV tersebut tak pernah dibuat.
Hal lain nan patut diambil pelajaran dari Mbah Marijan ialah tetap digunakannya ikon Mbah Marijan buat minuman energi tersebut walaupun Mbah Marijan sudah meninggal. Tentu saja ini merupakan salah satu bentuk penghargaan atas kekuatan nan selama ini Mbah Marijan perlihatkan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Adakah ksatria lain nan masih tersisa di Republik ini? Rasanya sulit sekali buat menemukan orang seperti Mbah Marijan. Apalagi jika manusia Indonesia sudah menganggap kepentingan diri sendiri lebih tinggi daripada kepentingan generik dan tanggung jawabnya dalam menjalankan tugas. Dapat dibayangkan nan terjadi ialah kerusakan dalam segala bidang kehidupan sebab tak ada lagi rasa saling menghargai dan bertanggung jawab atas apa nan menjadi tugas masing-masing.
Antara satu dengan nan lain akan saling menjatuhkan dan berlomba-lomba menjadi nan terbaik tanpa memperhatikan apa nan terjadi dengan orang lain. Semoga dengan adanya sosok Mbah Marijan ini dapat mengingatkan manusia tentang hakikat sebenarnya kehidupan ini.