Akhir Kisah Cinta Naruto dan Hinata
Menyebut nama Naruto dan Hinata , bagi penggemar anime (kartun) dan manga (komik) Jepang niscaya selalu menjadi perbincangan menarik. Apalagi kalau bukan mengenai romansa antara kedua ninja Konoha tersebut. Menarik buat diikuti dan direka-reka bagaimana akhir romansa Naruto dan Hinata. Happy ending -kah atau malah sad ending ?
Karakter Naruto dan Hinata
Memang sahih apa nan dikatakan oleh banyak orang, bahwa cinta mampu menyatukan dua pribadi berbeda. "Asam di gunung, garam di laut, bertemunya dalam satu belanga." Demikian bunyi peribahasa nan menggambarkan kekuatan cinta dalam mempertemukan mereka nan berjodoh dalam urusan asmara. Hal ini pun terjadi pada kisah percintaan antara Naruto dan Hinata.
Mengapa peribahasa itu nan disandingkan dalam menggambarkan kisah asmara Naruto dan Hinata? Itu sebab karakter maupun latar belakang kehidupan kedua ninja petarung itu memang sangat berbeda. Masa kecil, pola asuh keluarga, status sosial, hingga kesamaan sifat nan dimiliki oleh Naruto dan Hinata jelas-jelas saling bertolak belakang. Namun, ternyata cinta punya "kehendaknya" sendiri.
Penggemar serial komik Naruto tentunya sudah sangat mengenal siapa Naruto dan Hinata. Digambarkan, tokoh Naruto nan bernama lengkap Uzumaki Naruto ialah seorang ninja Konoha nan punya sifat ceria, optimis, sangat lincah atau hiperaktif, selalu bersemangat dan pantang menyerah, serta berperilaku impulsif sehingga sering disalahartikan sebagai pribadi nan tak tahu malu dan ceroboh.
Sebagai tokoh primer di cerita Naruto, ia di awal kisahnya digambarkan sebagai anak yatim piatu dan dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya. Ia tak pernah mengenal siapa ayah dan ibunya, sebab sejak lahir, Naruto sudah ditinggal wafat oleh kedua orangtuanya. Naruto pun tak mempunyai saudara atau kerabat dekat. Satu-satu orang nan ia kenal dan merawatnya sejak kecil ialah Hokage ke-3, pemimpin Desa Konoha.
Akibat kurang mendapat perhatian dan dikucilkan oleh masyarakat sekitar, Naruto menjadi seorang anak nan nakal. Tapi, kenakalan Naruto hanya bersifat kejailan semata. Itu pun dilakukan sebagai bentuk upayanya mencari dan mendapatkan perhatian. Naruto merindukan suasana keluarga ideal—lengkap ayah dan ibu—yang tidak pernah ia rasakan.
Namun, Naruto punya impian besar ingin menjadi Hokage berikutnya. Ia tidak peduli walau banyak orang mencemooh dan meremehkan impian nan selalu ia kumandangkan tersebut. Kekuatan tekad buat meraih impian inilah nan akhirnya mengantarkan Naruto mampu menjadi ninja berkemampuan tarung nan luar biasa.
Lain Naruto, lain pula Hinata. Dapat dibilang, latar belakang keluarga dan karakter Hinata nan bernama lengkap Hinata Hyuuga itu berbeda 180 derajat dengan Naruto. Hinata dilahirkan dari keluarga bangsawan Konoha, yaitu dari klan Hyuuga (klan elit ninja Konoha). Ia pun biasa dipanggil dengan sebutan putri Hinata (Lady Hinata).
Sebagai seorang perempuan ningrat, Hinata sejak kecil dididik jadi ninja petarung dengan disiplin ketat dan tata anggaran formal khas keluarga bangsawan. Walau terlahir sebagai anak pertama, ia sering mendapat perlakuan kasar, baik fisik maupun psikis dari ayahnya, Hiashi Hyuga, dan saudara sepupunya, Neji Hyuga. Semua perlakuan tak menyenangkan itu diterimanya dengan lapang dada. Tak pernah sekali pun Hinata melawan dan ia hanya pasrah menerima.
Hal ini membuat Hinata menjadi seseorang nan berkepribadian sangat tertutup (introvert). Ia memendam segala masalah nan ia alami, tanpa pernah membaginya kepada orang lain. Hal ini bertolak belakang dengan karakter Naruto nan sangat terbuka (ekstrovert). Tanpa diminta buat bercerita pun, orang-orang akan tahu apa nan dipikirkan atau dirasakan oleh Naruto.
Selain disparitas karakter introvert-ekstrovert, Naruto dan Hinata juga memiliki disparitas dalam hal sifat dasar kepribadiannya. Bila Naruto ialah pribadi nan ceria, pemberani, dan impulsif dalam bersikap (aktif), maka Hinata sebaliknya. Ia seorang nan sangat pemalu dan dipenuhi ketakutan atau kecemasan sehingga membuatnya lamban dalam bertindak (pasif).
Tetapi, meskipun dididik dalam keluarga nan miskin sentuhan kasih sayang, tidak membuat Hinata menjadi pribadi pembenci. Sebaliknya, Hinata ialah seorang nan baik hati kepada semua makhluk bernyawa. Lemah lembut dan penyayang, itulah sifat dasar Hinata.
Kisah Cinta Naruto dan Hinata
Berangkat dari dua karakter nan bertolak belakang ini, benih-benih cinta mulai tumbuh antara Naruto dan Hinata. Awalnya, nan merasakan perasaan latif itu ialah Hinata. Sejak masih bocah hingga kemudian mereka beranjak remaja, Hinata sudah menyimpan perasaan suka pada Naruto.
Rasa kagum nan kemudian perlahan-lahan berubah menjadi rasa suka tersebut, dirasakan oleh Hinata ketika Naruto menolong dirinya nan sedang dijaili. Diceritakan pada saat itu, mereka berdua masih bocah. Pembawaan Hinata nan lemah dan tak melawan ketika diperlakukan tidak menyenangkan, membuatnya sering dijaili oleh anak-anak ninja nan lain.
Perasaan suka Hinata kepada Naruto semakin bertambah ketika berlangsung ujian "Chuunin". Yaitu, sebentuk ujian kenaikan taraf (level) bagi ninja di Konoha. Dalam sebuah pertarungan dramatis dengan Neji Hyuga, saudara sepupu nan sering bersikap kasar padanya, Hinata sangat terbantu oleh semangat nan ditularkan oleh Naruto.
Klimaksnya, pada serial Naruto Shippuden (serial terbaru cerita Naruto). Yaitu, ketika terjadi pertarungan hayati wafat antara Naruto dan musuh besarnya, Pain. Naruto saat itu diceritakan sudah tak berdaya. Hinata pun datang menolong dan berusaha menyelamatkan Naruto. Walau akhirnya Hinata mengalami kekalahan dan sekarat sebab luka-luka pertempuran dengan Pain, tapi ia sempat menyatakan rasa cintanya kepada Naruto.
Mengetahui ketulusan cinta dari Hinata, Naruto akhirnya menyadari jika ia memiliki perasaan serupa. Perasaan cinta nan kemudian memotivasi Naruto buat melindungi keselamatan Hinata. Hal itu membuatnya mampu mengeluarkan kekuatan pamungkas. Ia pun sukses mengalahkan Pain melalui pertempuran nan sangat dahsyat.
Akhir Kisah Cinta Naruto dan Hinata
Nah, bagi para penggemar cerita Naruto, akhir kisah kasih antara Naruto dan Hinata menjadi sangat dinanti-nanti. Banyak nan berharap dan memperkirakan akhir romansa Naruto dan Hinata ialah happy ending . Yakni, Naruto dan Hinata bisa manunggal dan membentuk keluarga dengan anak-anak nan lucu-lucu dan manis-manis.
Walaupun karakter Naruto dan Hinata bertolak belakang, kekuatan cinta di antara mereka berdua diyakini mampu membuat disparitas itu jadi bersifat saling melengkapi. Jika ini nan terjadi, tentunya sangat menyenangkan. Perasaan cinta nan mulai tumbuh ketika masih kecil, berlanjut remaja, lalu dewasa, dan kemudian dibingkai dengan pernikahan buat mengekalkan rasa itu, niscaya akan jadi romansa nan sangat membahagiakan.
Tetapi, banyak juga nan memperkirakan romansa antara Naruto dan Hinata akan berujung tragis atau sad ending . Salah satu tokoh atau malah kedua-duanya akan menemui kematian dalam pertempuran. Hal ini mungkin buat terjadi sebab mereka berdua ialah ninja petarung. Setiap saat, nyawa Naruto dan Hinata selalu terancam oleh bahaya sehingga cinta mereka berdua pun akan menjadi sebentuk kisah kasih tidak sampai.
Andai ini ialah akhir dari asmara Naruto dan Hinata, walau menyedihkan dan banyak nan tak menginginkannya, tetap akan jadi akhir nan menarik. Mengapa? Karena banyak romansa terkenal dan dikenang sepanjang masa nan justru berakhir tragis. Salah satu atau kedua insan nan saling mencinta mengalami kematian sebelum cinta tulus mereka berujung ke pernikahan. Contohnya, Romeo-Juliet atau Qais-Layla (Layla Majnun). Akankah romansa Naruto dan Hinata juga berakhir sama?