Hal-hal Apa Sajakah nan Dianggap Sebagai Penghinaan Terhadap Harga Diri?

Hal-hal Apa Sajakah nan Dianggap Sebagai Penghinaan Terhadap Harga Diri?

Harga diri seakan menjadi tameng buat menghalalkan suatu pembunuhan atau membalas dendam. Harga diri dipandang sebagai sesuatu nan sangat sakral dan tak boleh diganggu gugat. Siapapun, usia berapapun, dan bagaimanapun hubungannya, tak berhak menyinggung harga diri. Sebegitu sensitifnya harga diri sehingga kata maaf tak dapat beriring sejalan dengan sensitivitas harga diri nan telah tersentuh.

Satu keluarga terkoyak-koyak, adik kakak bermusuhan bertahun-tahun sebab masalah nan menyangkut harga diri. Sahabat karib terputus, suami istri bercerai, orangtua dan anak tidak bertegur sapa sebab masing-masing merasa harga dirinya telah tercabik-cabik dan hancur. Perselisihan tersebut bahkan dapat jadi dibawa ke ranah hukum dan menjadi buah bibir orang banyak.

Demi harga diri, seorang korban perkosaan dapat saja tak melaporkan kejadian nan menimpanya. Padahal dengan membiarkan diri terpuruk sendiri tanpa donasi dari pihak lain, sama saja dengan memberikan kemenangan kepada perbuatan bejat nan sesungguhnya sangat merendahkan harga diri seseorang itu.

Sedramatis itukah nan dinamakan harga diri? Setinggi dan seagung itukah manusia memandang harga diri? Seseorang akan merasa dirinya tiada berharga, tiada berdaya saat semua orang tak lagi menghormati dan menganggapnya ada. Keadaan ini begitu menyedihkan dan niscaya akan membuat frustasi. Harga diri ialah prestise dan harkat diri.



Kadar Harga Diri

Bila emas dinilai dengan menggunakan satuan karat, beras menggunakan satuan kilogram, minyak menggunakan satuan liter, kadar harga diri menggunakan satuan apa? Tidak ada nan tahu kadar harga diri itu menggunakan satuan apa. Tapi, kadar harga diri ini paling tak akan sangat terkait dengan hal-hal berikut ini.

  1. Agama
  2. Budaya
  3. Nilai-nilai dalam keluarga
  4. Kesukuan

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai mahluk Tuhan, manusia nan dibesarkan dalam keluarga nan cukup religius dengan latar belakang pendidikan nan juga bersumberkan pada ajaran agama, maka akan melihat harga diri lebih berdasarkan ajaran agamanya.

Sehingga bila ada satu atau dua orang nan menyinggung agama nan dia anut, maka dia akan merasa bahwa orang tersebut telah menyakiti harga dirinya dan dia harus menuntut balas. Minimal dia akan memperlakukan agama orang nan telah menghina agamanya sama atau malah lebih keji dari apa nan telah diperbuat orang terhadapnya.

Terkadang sulit juga mengetahui apakah suatu perbuatan telah menyinggung harga diri seseorang atau tidak. Latar belakang budaya cukup menentukan kira-kira apakah sesuatu itu akan menyinggung harga diri seseorang atau tidak. Misalnya, memegang kepala seseorang.

Pada umumnya dalam keadaan normal hal ini sangat tabu alias tak dapat diterima sebab telah menyangkut harkat dan prestise diri dan keluarga. Kepala ialah sesuatu nan dianggap sangat istimewa dan harus dijaga kehormatannya.

"Telah menginjak kepala". Ungkapan tersebut bukanlah tanpa makna. Bila kalimat itu telah meluncur dari bibir seseorang, itulah salah satu pertanda kalau orang tersebut telah merasa harga dirinya terhina dan tersentuh tanpa permisi.

Kalau tali sabar tak panjang, maka kemarahan dan emosi tidak terkendali akan ditemani oleh mobilitas tangan dan kaki tidak terkendali pula sehingga akan timbul perkelahian atau adu fisik lainnya baik hanya sekilas maupun sampai berdarah-darah.

Nilai-nilai dalam keluarga nan juga tak akan terlepas dari budaya dan ajaran agama pun mempunyai pengaruh nan tak sedikit terhadap berapa mahal sebuah harga diri. Seumpamanya dalam suatu keluarga, anak sulung laki-laki merupakan harta nan sangat berharga sehingga ketika anak sulung laki-laki ini dihina orang maka satu keluarga akan merasa terhina dan harga dirinya terinjak-injak. Entah apapun masalahnya.

"Kakakku terhina, akupun terhina." Rasa memiliki seperti ini bukannya tak bagus, tapi kalau perasaan tersebut tanpa diiringi dengan akal budi dan logika nan baik, maka penggunaan fisik akan lebih dominan.

Etnis atau kesukuan juga sangat berkaitan dengan harga diri . Bahkan, ada asumsi bahwa beradaan suatu kaum akan dipandang tinggi bila harga dirinya masih terjaga dengan baik.

Banyaknya anggota suku nan melakukan kriminalitas tentu akan menjatuhkan harga diri suku tersebut. Sebaliknya ketika satu suku mempunyai banyak orang nan terkenal dengan kemampuan akal budi dan kecerdasannya, maka suku tersebut akan dipandang dengan rasa hormat.

Biasanya semakin tinggi satu suku dipandang tinggi semakin sensitif harga dirinya. Sedikit saja orang lain tak melakukan seperti nan diinginkannya atau nan sinkron dengan budayanya, maka orang tersebut akan dibenci atau bahkan dimusuhi dan dilarang berhubungan lagi dengan suku nan telah merasa tersinggung.



One for One, All for One buat Harga Diri

Slogan para Musketeer ini sangat terkenal. Satu merasa sakit nan lain merasakannya juga. Loyalitas nan begitu tinggi tergambar dengan sangat baik. Bagaimana mereka berperang bersama buat menjaga kebesaran prestise harga diri. Film Harry Potter juga menempatkan harga diri sebagai sesuatu nan harus dijaga.

Dalam satu rapat, Lord Valdemort mengatakan bahwa membunuh Harry Potter ialah tujuan hidupnya. Kejadian ini tak hanya ada di dalam sebuah film saja. Di kehidupan konkret pun ada orang-orang eksklusif nan membuat sasaran menghilangkan nyawa seseorang nan telah menghina harga dirinya.

Tawuran antarsekolah, perkelahian antarfakultas, bahkan perang antarsuku sering kali dikaitkan dengan alasan bahwa harga diri mereka telah terluka. Harga diri nan tak kelihatan secara kasat mata itu benar-benar memiliki kekuatan dahsyat nan mampu membangkitkan sisi gelap seseorang.

Bagaimana ocehan Olga Saputra nan dianggap sangat menyinggung perasaan para korban perkosaan pun tak jauh dari hal nan menyangkut harga diri. Lidah nan tidak bertulang itu sanggup membunuh karakter suatu kaum. Inilah bentuk kedigdyaan sebuah harga diri.



Hal-hal Apa Sajakah nan Dianggap Sebagai Penghinaan Terhadap Harga Diri?

Ada nan menganggap egositas seseorang sangat menentukan seberapa tinggi dia memandang harga dirinya. Misalnya, seseorang nan merasa berasal dari keluarga terpandang, akan merasa harga dirinya terhina manakala dalam sebuah acara adat orang tersebut tak diundang. Kalaupun akhirnya diundang, maka ada kemungkinan orang itu tak akan datang sebab sudah terlanjur merasa terhina.

Seorang laki-laki akan sangat tersinggung ketika seorang wanita meremehkan kemampuannya, baik secara finansial maupun secara intelektual. "Masak dikalahkan oleh seorang wanita?" Kalimat ini dapat jadi akan sanggup menggerakkan seorang laki-laki buat merasa tertantang dan bahkan mungkin akan merasa sendi-sendi kehidupannya seolah diinjak-injak.

Kalau saja kalimat tersebut dipandang secara positif, maka motivasi nan hadir tentunya akan membuat laki-laki nan merasa terhina akan berbuat sebaliknya agar kelak terbukti kalau dia bukan laki-laki cengeng nan dapat dikalahkan oleh seorang wanita. Namun tak sporadis jauh di dalam lubuk hati sang laki-laki mengakui kalau wanita juga dapat lebih hebat darinya.

Pengakuan ini dapat jadi menjadikan sang laki-laki menghargai dan menghormati wanita dengan cara nan lebih sehat dan bermartabat. Dapat jadi harga diri seorang laki-laki dipandang dari seberapa jauh dia mampu melihat wanita sebagai makhluk nan juga mempunyai kemampuan nan tak kalah dari laki-laki.

Harga diri memang dipandang luar biasa dan dipegang teguh dengan sangat baik. Tapi hanya perbuatan baik nan tak melanggar ketentuan hukum baik hukum nan telah dibuat bersama maupun hukum Tuhan nan bersifat hakikilah sebenarnya nan akan menjaga harga diri seseorang tetap pada loka nan semestinya.