Pesan Khusus
Rhoma Irama dikenal sebagai seorang penyanyi, pencipta lagu dan juga memiliki grup band. Tak heran bila semua film rhoma irama nan jumlahnya sudah dua puluh empat buah itu juga tidak lepas dari unsur musik. Termasuk film terbaru Rhoma Irama nan berjudul Kawat 2 Asmara, juga masih tetap berhiaskan nyanyian dan tarian.
Sesungguhnya film- film Rhoma Irama dapat dikategorikan ke dalam jenis film drama. Drama ialah suatu pertunjukan nan diperankan oleh aktor dan aktris. Walau kadang dikombinasikan dengan tarian dan musik, tapi jenis musik dan tariannya tak spesifik.
Namun buat filmnya, Rhoma nan bernama lengkap Raden Oma Irama ini menyebut musik nan dimainkannya berupa irama melayu. Walau pun demikian masyarakat lebih suka menyebutnya musik dangdut.
Bahkan Rhoma sendiri diberi gelar sebagai raja dangdut. Karena kiprah dan karyanya nan sudah tidak terhitung lagi dalam bidang musik dangdut, lelaki kelahiran Tasikmalaya pada tanggal 11 Desember 1946 ini menjadi sangat fenomenal.
Pesan Spesifik
Namun selain unsur drama dan musik irama melayu nan diusung oleh Rhoma. Lelaki nan mengubah namanya menjadi Raden Haji Oma Irama (Rhoma) semenjak pulang dari mekah ini, juga membawa pesan spesifik dalam setiap filmnya.
Bila dalam bermusik pesan itu disampaikan lewat nada dan lirik pada lagu. Maka dalam film pesan itu disampaikan lewat jalan cerita di dalam film rhoma irama. Misalnya, saat tokoh wanita sedang dimarahi oleh kedua orangtuanya. Maka si seniman bukannya balik membantah dan berteriak pada orangtuanya seperti halnya di dalam tayangan sinetron-sinetron televisi, tapi hanya menangis dan lari ke dalam kamarnya. Adakalanya juga dititipkan bimbingan agama atau hadist di dalam film tersebut.
Tak bisa disangkal pamor Rhoma Irama sebagai penyanyi nan mengusung voice of moslem atau musik dakwah, tentu saja ikut mempengaruhi jenis film nan diperankannya. Rhoma tentu tidak mau idelismenya dalam bermusik tak disampaikan begitu saja melalui film-filmnya. Bila Anda pernah menonton film rhoma irama, terutama film nada dan dakwah akan terasa pesan itu ada di sana.
Nada dan Dakwah ialah film nan mengisahkan tentang seorang konglomerat nan datang ke desa Pandan Wangi. Konglomerat bernama pak Bustomi (WD Mochtar) ingin membeli tanah warga di desa itu. Tujuannya ialah buat membangun sebuah pabrik tapioka. Niat ini disambut hangat oleh broker tanah Pak Abu (Wan Abud).
Dia membujuk para pemuda nan mulai dirasuki budaya hayati sesat seperti judi dan minuman keras, agar menjual tanah mereka pada dirinya. Demi agar dapat memenuhi keinginan mabuk judinya, para pemuda itu dengan mudahnya menjual tanah mereka dengan harga murah. Dan semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan orangtua mereka. Bahkan saking nekadnya, tanah wakaf malah mereka jual juga.
Saat ulama desa mengetahui hal ini, mereka ialah ustad Zainuddin (Zainuddin MZ) dan ustad Murod (Deddy Mizwar) berusaha menyadarkan warga melalui dakwah mereka.Di bagian ini, Rhoma mulai menyelipkan idealisme dakwahnya lewat peran dua ustad di dalam film ini.
Berdakwah tanpa kesan sok tahu dan menggurui.Tak heran bila film rhoma irama, disukai oleh banyak kalangan. Bahkan hingga sekarang pun banyak generasi muda nan mencari film-film rhoma irama buat mereka tonton kembali.