Jalur di Atas Laut
Cukup sulit membayangkan bagaimana manusia menciptakan peradaban, membangun interaksi diplomatik, dan kolaborasi ekonomi, sebelum Masehi dan awal Masehi. Padahal, teknologi belum semaju sekarang, kendaraan belum secepat sekarang, dan kondisi jalur darat serta bahari nan biasa digunakan seperti Jalan Sutra ( the Silk Road ), belum seaman dan senyaman sekarang. Ternyata, peradaban, interaksi diplomatik, dan kolaborasi ekonomi, dapat dilakukan. Bahkan, sampai sekarang.
Kepandaian bangsa Tiongkok membuka jalur perdagangan nan sulit memang membuahkan hasil. Dengan jalur sutra ini pernigaan Tiongkok terlihat maju lebih cepat dibanding dengan negara-negara lain nan ada di Asia. Jalur sutra nan ditemukan kekaisaan Tiongkok ini merupakan jalur krusial perniagaan nan merupakan langkah strategis dan mencengangkan buat ukuran jaman waktu itu. Untuk dapat mencapai Kota Roma di Italia, rombongan pedagang Tiongkok nan membawa sutera itu, harus menempuh waktu berbulan-bulan. Semua itu sebab alat transportasi pada masa itu masih sangat sederhana. Untuk menempuh jalur darat nan dapat dilewati kereta berkuda, maka ditempuh dengan kereta berkuda. Ketika harus melewati gurun pasir, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan unta. Begitulah seterusnya nan kesemuanya itu, merupakan alat transportasi tradisional. Dengan demikian perjalanan pun akan semakin memerlukan waktu nan lama.
Itu semua sebab kegigihan manusia dalam membuat jalur darat dan laut. Meskipun tidak mudah melakukannya, sebab kegigihan, akhirnya dapat dilakukan juga. Contoh konkret kegigihan itu ialah Jalan Sutra sebagai jalur krusial buat menghubungkan perniagaan Tiongkok dengan Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah. Bahkan, sampai Benua Afrika dan Eropa di Roma, ibukota Itali. Panjang jalur itu terbentang hingga 7.000 mil dari Benua Asia ke Benua Eropa. Sungguh sebuah bukti sejarah bahwa keinginan kuat buat membangun interaksi dan kerjasama dengan sesama bangsa, mengalahkan segala aral rintang nan ditemui.
Hal nan mengherankan tentu saja ketika di jaman sekarang, ketika ruang dan waktu bukan lagi hambatan, transportasi dapat dihitung dalam hitungan jam, begitu sulitnya membangun kesepahaman buat kebaikan kemanusiaan. Interaksi ekonomi antar bangsa tak murni menjadi interaksi ekonomi lagi, sebab di dalamnya telah ditunggangi kepentingan-kepentingan lain. Demikian pula interaksi bilateral nan buat kebudayaan dan kemanusiaan, tak murni buat masalah kebudayaan dan kemanusiaan. Inilah kenapa jalur diplomasi menjadi tak semudah dulu. Kalau pada awal peradaban kesulitan membangun interaksi dengan bangsa lain sebab terkendala jeda dan medan nan sulit, sekarang jalur diplomasi seringkali mengalami kesulitan sebab masing-masing bangsa terlalu banyak kepentingan nan tersembunyi.
Mengapa Disebut Jalan Sutra?
Sejak zaman kuno, Tiongkok dikenal sebagai produsen sutra berkualitas tinggi dan hasilnya diekspor ke benua Eropa melalui jalan ini dengan melewati banyak negara. Oleh karena itu, jalan ini dikenal dengan istilah Jalan Sutra. Jalan ini mulai dibuka sejak 2.000 tahun lalu oleh pemerintah Tiongkok saat itu nan diwakili Jenderal Zhang Qian dari Dinasti Han. Orang-orang terkadang menyebut Jalan Sutra dengan jalur darat ibukota Dinasti Tang di timur nan berakhir di Roma, ibukota Italia di barat. Sampai sekarang jalur ini tetap merupakan jalur perdagangan nan strategis. Jalur sutra mulai dijadikan jalur alternatif buat perniagaan di jaman modern, nan mulai dibuka lagi tak saja dalam konteksi semangat dan pikiran-pikiran nan strategis, tapi juga dibuka dalam jalur nan sesungguhnya terutama jalur darat. Kenapa demikian ? Karena jalur sutra di darat ini melewati kota-kota krusial di dunia, nan merupakan pasar potensial.
Tentu saja mengaktifkan kembali jalur sutra terutama nan ada di darat, merupakan langkah krusial dalam bidang pemasaran, nan tentu saja produk nan dijual tak semata-mata sutera seperti jalur ini dibuka buat pertama kali ratusan tahun lalu. Karena jalur sutra merupakan jalur potensial, melewati negara-negara maju dan negara berkembang, produk nan dijual pun merupakan barang nan strategis dan banyak diperlukan seperti senjata.
Sutra pada awalnya buat memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama kekaisaran. Namun, setelah produksi sutra semakin banyak, Tiongkok menjualnya ke Barat menggunakan kereta kuda dan unta melewati begitu jauhnya jeda Tiongkok sampai Roma. Tak jarang, saat melakukan perjalanan, mereka diserang suku-suku Asia Tengah buat merampas sutra berkualitas tinggi itu. Namun, Dinasti Han segera mengantisipasi dengan memperluas daerah militer demi mempertahankan diri dan mengajak suku-suku Asia Tengah buat bekerja sama. Cara berdiplomasi seperti ini sampai sekarang dipergunakan oleh bangsa-bangsa besar nan ingin menguasai daerah tertentu, dengan langkah pertama membangun pangkalan militer di negara tetangga dari negara tujuan nan terlebih dahulu telah dikuasai. Pada saat pangkalan militer telah dibangun, tentu saja akan dengan bebas menguasai negara tujuan dengan kapital nan tak terlalu besar dibanding dengan melakukan pencaplokan langsung dari negaranya menuju negara tujuan.
Jalan Sutra mempunyai dua jalur di darat nan primer sejak abad ke-2 SM sampai abad ke-2 Masehi. Dua jalur lagi di atas bahari nan tak begitu dikenal masyarakat. Maka, Jalan Sutra totalnya mempunyai empat jalur. Luar biasanya bangsa Tiongkok jaman dahulu yakni telah mampu memetakan jalur nan strategis buat tujuan perdagangan. Untuk membayangkan bagaimana hebatnya bangsa Tiongkok membangun kedua jalur sutra baik nan ada di darat maupun di laut, dapat dilihat dari klarifikasi di bawah ini.
Jalur Primer di Darat
- Jalur utara. Dari benteng Yumen, Dunhuanh, lalu ke barat, yaitu kaki Gunung Tianshan. Kemudian, melewai Gunung Chongling. Jalur ini melewati Rusia bagian Asia Tengah, lalu membelok ke barat daya dan akhirnya berjumpa dengan Jalan Sutra jalur selatan. Bila anda mengetahui tempat-tempat nan dilewati jalur sutra darat di bagian utara ini, dapat membayangkan betapa sulitnya perjalanan niaga ini dilakukan. Hanya mereka nan bermental baja saja nan akan sukses mencapai tujuan.
- Jalur selatan. Dari Dunhang, Provinsi Gansu, Tiongkok Barat Laut, ke arah barat, yaitu kaki Pegunungan Kunlun sampai ke Xinjiang, Tingkok Barat Laut, dan timur bahari Afganistan, Iran, dan semenanjung Arab sebelum mencapai Roma, Itali. Pada jalur sutra darat di bagian jalur selatan ini, melewati kota-kota krusial peradaban masa itu seperti Iran dan semenanjung Arab sebelum akhirnya sampai ke Roma di Italia.
Jalur di Atas Laut
- Jalan Sutra barat daya. Dari Provinsi Sinchuan, Tiongkok Barat Daya, terus sampai Provinsi Yunnan dan mencapai Myanmar sebelah utara. Dari sana, masuk India bagian timur bahari sampai barat bahari India dengan mengikuti Sungai Gangga sebelum mencapai Daratan Tinggi Iran. Jalur sutra nan ada di bahari ini baik nan melewati jalur di barat daya maupun jalur lainnya, termasuk jalur rahasia. Ada beberapa karena jalur ini dikatakan jalur rahasia. Belum canggihnya alat pemandu pelayaran dengan demikian kemungkinan meleset dari jalur semula terutama pada saat gelombang bahari sedang tak ramah, merupakan hal nan sering ditemukan.
- Jalan Sutra laut. Dari Guangzhou, Tiongkok Selatan, ke Selat Malaka terus ke arah Sri Lanka, India. Lalu, Pantai Timur Afrika.