Kereta Barah Setelah Kemerdekaan

Kereta Barah Setelah Kemerdekaan

Naik kereta api.. tut..tut..tut.. siapa mau ikut.. Begitulah sepenggal lagu anak tentang alat transportasi darat nan cukup favorit di Indonesia ini. Ya, kereta barah memang menjadi alat transportasi dengan daya tarik tersendiri. Ukurannya nan panjang dan terdiri dari serangkaian gerbong dan satu buah lokomotif menjadikannya kendaraan nan unik. Belum lagi jalur relnya nan memang spesifik diperuntukkan buat kereta barah sehingga tak perlu berberebut jalur dengan kendaraan lain.



Kereta Barah Zaman Pendudukan Belanda

Sama halnya dengan alat transportasi lainnya, kereta barah terus mengalami perubahan dan perkembangan mengikuti kemajuan zaman. Di Indonesia sendiri, kereta barah mulai diperkenalkan pada zaman pendudukan penjajahan Belanda. Perusahaan partikelir Belanda pada 1864 membangun jalur kereta barah pertama di Indonesia. Jalur tersebut dibangun sepanjang 26 km nan melintasi wilayah Kemijen-Tanggung, Semarang.

Setelah berhasil membangun jalur kereta barah tersebut, pemerintah Belanda kemudian membangun jalur kereta nan menghubungkan Semarang dan Surakarata sepanjang 110 km nan rampung pada Februari 1870. Pertumbuhan pembangunan rel kereta terjadi begitu cepat. Pembangunan tak hanya terpusat di pulau Jawa saja, bahkan sampai ke Sumatera dan Sulawesi.

Jalur kereta barah nan dibuat di luar Jawa semasa pendudukan Belanda di antaranya di Aceh jalur Ulele - Kutaraja, di Sumatera Barat jalur Palu Aer - Padang, di Sumatera Selatan jalur Teluk Betung - Prabumulih, di Sumatera Utara jalur Labuan - Medan, sedangkan di Sulawesi jalur Makassar - Takalar.



Kereta Barah Zaman Pendudukan Jepang

Pada zaman pendudukan Jepang, perkembangan perkeretapian di Indonesia mengalami kemunduran. Dari jalur kereta nan hingga 1939 mencapai 6.811 km, pada 1950 berkurang sepanjang 900-an km. Hal ini diduga sebab jalur-jalur nan ada oleh pemerintahan Jepang dibongkar dan dipindahkan ke Burma buat membangun jalur kereta barah di sana.

Meskipun demikian, pembangunan masih dilakukan, yaitu buat jalur Bayah - Cikara sepanjang 83 km, dan jalur Muaro - Pekanbaru sepanjang 220 km. Pembangunan jalur Muaro - Pekanbaru dilakukan secara romusha. Bayangkan saja, dengan teknologi seadanya, pembangunan jalur sepanjang 220 km nan melintasi sungai, rawa, dan bukit ini diselesaikan dalam waktu 15 bulan saja. Akibatnya, banyak pekerja Indonesia nan menjadi korban pembangunan jalur ini.



Kereta Barah Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, para karyawan kereta barah mengambil alih dominasi kereta barah dari tangan Jepang. Peristiwa tersebut terjadi pada 28 September 1945, sehingga tanggal tersebut dijadikan Hari Kereta Barah Indonesia, sekaligus terbentuknya DKRI (Djawatan Kereta Barah Republik Indonesia) nan merupakan cikal bakal PJKA (Perusahaan Jawata Kereta Api), Perumka (Perusahaan Generik Kreta Api), atau nan sekarang dikenal dengan nama PT Kereta Barah (persero).

Teknologi dalam prasarana dan wahana rel serta kereta barah di Indonesia terus mengalami perkembangan. Hal tersebut bisa dilihat dari kemampuan PT Inka (Industri Kereta Api) dalam hal merancang maupun mengembangkan perangkat perkerataapian di Indonesia.



Masihkah Kereta Barah Merupakan Wahana Transportasi nan Aman?

Kereta merupakan jenis kendaraan beroda nan dapat jadi merupakan bagian dari suatu rangkaian kereta barah , ataupun kereta listrik atau bentuk kereta lain nan digunakan buat mengangkut penumpang. Kereta penumpang umumnya dilengkapi dengan sistem listrik, restorasi, toilet dan sistem hiburan audio visual.

Di beberapa negara eksklusif di Eropa dan Amerika Serikat, kereta penumpang juga dilengkapi dengan loka tidur nan diperuntukan bagi penumpang nan melakukan perjalanan malam hari. Hal ini belum diterapkan di Indonesia, kecuali kereta spesifik buat pejabat Negara atau Presiden dan keluarga.

Kereta barah nan digunakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Bambang Yudhoyono dilengkapi dengan perabotan seperti layaknya berada di rumah. Kereta ini memang didesain mengutamakan kenyamanan, sehingga loka duduk nan digunakan menggunakan sofa-sofa serta meja-meja cantik dan penataan ruang nan menawan.

Kereta penumpang pada awalnya hanya diberi loka duduk saja dan tanpa atap bagi penumpang kelas ekonomi serta diberi atap bagi penumpang kelas khusus. Di negara-negara Eropa, khususnya di negara Inggris, pada jaman dahulu, pada umumnya kereta penumpang juga dilengkapi dengan kabin atau kamar sendiri-sendiri.

Kamar-kamar ini diperuntukkan bagi dua atau beberapa penumpang. Kamar-kamar ini juga dilengkapi dengan pintu sendiri-sendiri. Sementara di Amerika Serikat, kereta penumpang semuanya tertutup dan kereta ini tak dilengkapi dengan kamar tersendiri atau kabin, dan bentuknya lebih kurang sama dengan kereta nan generik dijumpai di Indonesia saat ini.

Pada dasarnya, setiap kereta penumpang akan dilengkapi empat buah pintu dengan pengaturan posisi satu pintu di sisi kanan serta satu pintu di sisi kiri bagian kereta. Kereta barah sendiri di Indonesia kini tak hanya penuh buat bepergian ke luar kota namun juga buat transportasi masyarakat dari satu lokasi ke lokasi lain.

Bahkan juga digunakan sebagai wahana transportasi menuju loka kerja. Bekerja di luar kota nan masih dapat ditempuh dengan kereta barah kini dijalani oleh masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, di Jawa Tengah terdapat jalur kereta barah Prambanan Express atau Prameks.

Masyarakat nan berdomisili di Yogyakarta bisa mencari pekerjaan di Solo dan tak terhambat faktor transportasi sebab telah ada jalur Prameks ini. Kita juga dapat berlangganan tiket kereta barah jika menggunakan wahana transportasi ini tiap hari.

Dengan mengambil paket berlangganan satu bulan, harga nan dibayarkan penumpang akan jauh lebih ekonomis sehingga walaupun bekerja di luar kota, namun pengeluaran buat transportasi tetap terkontrol. Saat ini juga telah dikembangkan penggunaan kereta listrik bawah tanah. Ini merupakan salah satu alternativ buat mengurangi kemacetan.

Macet telah menjadi makanan sehari-hari masyarakat di perkotaan besar terutama di Jakarta. Pemerintah mulai memikirkan jalur pilihan nan dapat dikembangkan dan kereta listrik nan mengadopsi teknologi dari Jepang ini menjadi salah satu pilihan pemerintah Indonesia.

Dikatakan bahwa kereta merupakan wahana transportasi nan terbilang cukup kondusif dibanding wahana transportasi nan lain. Namun saat ini kerangka berpikir di masyarakat sedikit bergeser terutama setelah beberapa kali terjadi kecelakaan kereta barah nan merenggut banyak nyawa.

Pemeliharaan kereta barah dan juga relnya masih sangat kurang, bahkan beberapa rel nan digunakan ialah masih peninggalan jaman penjajahan Belanda. Ini sungguh membuat hati sedih. Dan harus menjadi perhatian masyarakat serta pemerintah sebab wahana transportasi ini telah menjadi salah satu alternative buat bepergian dengan biaya nan terjangkau.

Namun biaya murah ini tak boleh dijadikan alasan pemerintah buat menunda perawatan rutin kereta barah dan relnya sebab ini merupakan kendaraan nan diminati oleh masyarakat. Pemerintah perlu mengkaji ulang aturan nan ditujukan buat biaya perawatan dan pengadaan nan baru jika kereta barah nan lama sudah tak layak digunakan.



KRD - Kereta Barah Andalan Warga Sekitar Bandung

Kereta Rel Diesel atau lebih dikenal warga sekitar Bandung dengan istilah kereta barah KRD merupakan alat transportasi murah meriah. Ya, murah. Bahkan, saking murahnya, rasanya tak akan ada alat transportasi lain nan sanggup mengalahkan tarif KRD. Dari Cicalengka, kita hanya perlu mengeluarkan uang Rp1.000,00 buat sampai ke Bandung menggunakan KRD Ekonomi dan Rp5.000,00 dengan KRD Patas.

Di zaman serba mahal seperti saat ini, kehadiran kereta api, khususnya KRD, seperti air di gurun pasir bagi masyarakat nan tinggal di sekitar Bandung. Ya, masyarakat nan tinggal di sekitar Bandung -melingkupi Cicalengka sampai Padalarang- merasa sangat terbantu oleh kehadiran KRD ini. Selain sebagai alat transportasi, KRD merupakan huma usaha bagi sebagian kecil warga.



Sebuah Pengalaman Pribadi

Penulis masih ingat betul bagaimana riuhnya suasana stasiun kereta sesaat sebelum kedatangan KRD. Ratusan, bahkan ribuan, penumpang berjejer di sepanjang rel menunggu kedatangan KRD. Begitu KRD tiba, penumpang-penumpang itu berdesakan masuk. Teriakan "yang turun dulu, nan turun dulu" dari penumpang lain nan hendak turun tapi masih berada di dalam kereta, seakan tak digubris penumpang nan akan masuk.

Ya, dapat masuk ke dalam KRD memang memerlukan perjuangan ekstra. Cekatan, gesit, dan hati-hati, ialah keahlian spesifik nan harus dimiliki buat dapat menjadi penumpang KRD, khususnya KRD ekonomi. Tanpa keahlian itu, mungkin Anda masih dapat masuk, namun jangan harap dapat mendapatkan loka duduk.



Membeli Kenyamanan dalam KRD

Dengan tarif murah seperti nan telah disebutkan, jangan harap Anda dapat mendapatkan kenyamanan dalam kereta barah KRD. Ya, di dalam KRD, Anda akan berdesakan dengan penumpang lain, tidak ada disparitas gender ataupun usia. Semua penumpang tumplek dalam setiap gerbong. Belum lagi, "gangguan" dari para pedagang asongan nan lalu lalang setiap lima menit sekali. Benar-benar jauh dari kenyamanan.

Ya, kenyamanan ialah harga nan sangat mahal dari alat transportasi super murah ini. Namun, meski kenyataannya seperti itu, bagi penumpang KRD, kenyamanan ialah faktor ke sekian nan muncul dalam benak mereka. Yang terpenting ialah bagaimana caranya mereka dapat naik dan sampai di loka tujuan.



Andalan Banyak Warga

Meski sebagian besar masyarakat di sekitar Bandung sudah tahu bagaimana citra generik tentang KRD, toh kereta barah ini tidak pernah kehilangan antusiasme warga. KRD tetap menjadi andalan. Bagi masyarakat kecil, mungkin hanya KRD satu-satunya alat transportasi nan mendukung kegiatan keseharian mereka.

Sementara itu, bagi kalangan nan cukup berada, dapat jadi memilih alat transportasi ini sebab terpaksa. Menghindari kemacetan, misalnya, atau dapat saja sebagai simbol kesederhanaan dirinya.