Pada masa-masa awal kelahiran
Secara alami bahasa dapat dipelajari sejak bayi masih dalam kandungan saat ibu mengajak janinnya berkomunikasi mengenai hal-hal nan positif. Ibu, juga Ayah, bisa menceritakan kisah-kisah indah, misalnya, tentang kebesaran Tuhan dan alam ciptaan-Nya atau membacakan kisah-kisah bijak. Kontak batin antara ibu dan calon bayinya akan tercipta dengan paripurna apabila mental ibu berada dalam keadaan stabil.
Melatih bahasa anak ini akan menjadi suatu hal nan krusial buat dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini buat membuat anak tanggap akan bahasa nan digunakan oleh semua orang nan ada di sekeliling dari si anak tersebut. Dengan memiliki kemampuan ini maka anak akan memiliki kemampuan pula dalam melakukan pengenalan atau hubungan dengan lingkungannya.
Perkembangan Bahasa Anak
Setiap anak akan mengalami perkembangan bahasa nan dipahaminya. Pemahaman ini akan didapat oleh anak tersebut bahkan ketika ia masih berada di dalam kandungan si ibu. Kemampuan ini akan terus berkembang dan berkembang sejalan dengan perkembangan dari proses pertumbuhan nan ia jalani.
Banyak faktor nan ikut memberikan pengaruh terhadap bagaimana perkembangan akan kemampuan bahasa si anak. Seperti keaktifan ibu dan ayah sebagai orang tua yaitu sosok nan paling dekat dengan anak buat selalu mengajak berkomunikasi si anak.
Karena dari proses komunikasi inilah akan melahirkan kemampuan bahasa nan mumuni dari si anak. Semakin sering anak diajak buat melakukan komunikasi atau tindakan berinteraksi dengan orang lain maka akan semakin tinggi kemampuan berbahasa nan dimiliki oleh si anak.
Berikut ialah beberapa tahapan dari perkembangan kemampuan berbahasa nan dimiliki oleh si anak sejak anak berada di dalam kandungan ibunya.
Semasa berada di dalam kandungan
Janin sudah mampu buat mendeteksi keadaan atau lingkungan di sekitar tubuhnya ketika jaringan telingan nan ada di dalam tubuhnya sudah berkembang dengan sempurna. Dengan telinga inilah maka janin akan merasakan bagaimana keadaan nan ada di sekitarnya.
Semakin banyak taraf hubungan nan dilakukan oleh orang tua terutama si ibu maka akan taraf kepekaan si bayi terhadap lingkungan nan ada di luar juga akan semakin tinggi. buat itulah, sangat disarankan buat si ibu atau ayah agar melakukan komunikasi dengan si janin. Seperti halnya mengajak berbicara orang nan sudah memahami bahasa dengan sempurna.
Karena hal ini akan menjadi bekal bagi si bayi buat melakukan komunikasi denga orang lain nantinya ketika ia sudah ada di global nyata. Kemampuan bahasa nan dimiliki si bayi akan berkembang dengan cepat ketika sejak di dalam kandungan sudah dilatih buat memiliki kepekaan terhadap bahasa nan digunakan oleh orang nan ada di sekitarnya.
Pada bulan-bulan pertama setelah kelahirannya
Seorang anak mempelajari bahasa lewat empat bentuk komunikasi prabicara, yaitu lewat tangisan, ocehan, isyarat dan ungkapan emosional lainnya (tersenyum, cemberut, menatap, dll). Para ahli berpendapat bahwa perkembangan bahasa nan dimiliki seorang anak berhubungan erat dengan kematangan saraf-saraf otaknya dan sangat dipengaruhi oleh stimulus nan didapatnya setiap hari.
Pada masa-masa awal kelahiran
Bayi tak memiliki kontrol terhadap gerakan tubuhnya termasuk kemampuan verbalnya, semua bekerja secara refleks. Kemudian beberapa bulan pertama, otak bayi berkembang dan mampu mengatur prosedur saraf sehingga gerakan refleksnya berkurang dan ia memiliki kemampuan buat mengontrol semua gerakan anggota tubuhnya.
Contohnya, jika sebelumnya bibir bayi hanya bergerak-gerak refleks ketika ada sesuatu disentuhkan ke bibirnya, pada termin berikutnya bayi bisa mengatur kapan ia ingin membuka atau menutup mulutnya.
Tahap perkembangan kemampuan bahasa selanjutnya ialah kemampuan menyimak ( receptive language skills ) dan kemampuan mengeluarkan bunyi bahasa ( expressive language skills ). Kematangan menyimak bekerja lebih dulu daripada kematangan berbicara, kemudian dalam termin perkembangan berikutnya kedua kematangan ini saling menyesuaikan.
Pada masa-masa awal pasca kelahirannya
Bayi belum bisa membalas stimulus nan diberikan orang tua dan lingkungannya. Namun, sejalan dengan berkembangnya organ artikulasi, bayi kemudian mulai berceloteh dengan mengelurakan bunyi gumaman seperti ’m’ atau ’p’ atau ’b’.
Pada termin ini orangtua harus sudah melakukan hubungan bahasa dengan anak yaitu dengan mengajaknya bercakap-cakap lebih banyak agar ketrampilan artikulasinya terstimulus.
Lewat keterampilan ini, bayi dan orang tuanya dapat menjalin suasana nan lebih serasi dan komunikatif sehingga mampu memberikan akibat positif bagi perkembangan jiwa bayi.
Proses dominasi bahasa seorang anak sangat tergantung dari stimulus nan diberikan oleh lingkungan luar. Pada umumnya bayi mempelajari bahasa melalui proses imitasi dan pengulangan dari orang dewasa di sekitarnya.
Secara umum, bayi mengembangkan kemampuan bahasa-nya melalui beberapa tahapan yaitu mengoceh (3-6 bulan), mengucapkan kata pertama nan dikenalnya (6-9 bulan), memahami instruksi sederhana (9-12 bulan), mengucapkan kata pertama nan dipahami orang lain (10-15 bulan), dan mempelajari sekitar 300 kosakata pada usia 2 tahun dan jumlah tersebut bertambah dengan sangat pesat dalam tiga tahun ke depan.
Semakin dini sosialisasi bahasa pada bayi, semakin baik ketrampilan komunikasi nan dimilikinya. Sejalan dengan usia dan perkembangannya, seorang anak akan mencari dan menemukan metode lain nan bisa membuatnya dapat mengekspresikan keterampilan nan telah dimilkinya.
Melatih Kemampuan Bahasa Anak
Sejatinya nan sangat memiliki peran krusial dalam hal ini ialah orang tua itu sendiri. Karena merekalah nan memiliki intensitas kebersamaan bersama si bayi nan cenderung lebih banyak dibandingkan dengan orang lain.
Maka dari itu ialah tugas primer dari orang tua buat bisa memperkenalkan bahasa ini kepada anaknya. Berikut ialah beberapa cara nan bisa digunakan oleh orang tua buat bisa melatih kemampuan bahasa dari si anak.
1. Selalu mengajak buat berkomunikasi
Inilah hal terpenting nan harus selalu dilakukan oleh orang tua. Memperlakukan bayi atau anak seperti halnya orang dewasa nan suda mengerti dan memahami apa nan mereka katakan. Namun tentunya hal ini harus dilakukan dalam porsi nan maish terbatas.
Maksudnya ialah orang tua ikut melibatkan anak dalam hal pembicaraan misalnya, tanpa mengharuskan si anak buat memberikan respon dai setiap pembicaraan nan ada. Karena anak sudah memiliki kemampuan buat menerima segala hal nan ada di luar termasuk dalam hal ini ialah pembicaraan orang lain namun masih memiliki kesulitan buat merespon komunikasi itu.
Jadi memang tidak perlu sungkan buat mengajak anak berbicara dan terus berbicara. Misalnya mengajak anak buat membicarakan akan hal apa nan telah dialami di sekolah tadi. Orang tua bisa merangsang dengan memberikan pertanyaan eksklusif buat menggugah kemampuan bahasa anak.
2. Mendekatkan diri si anak dengan buku
Buku memang dianggap sebagai sebuah hal nan paling bagus buat dijadikan wahana berkomunikasi. Oleh sebab itu, kenalkan anak pada buku sejak dini. Mengenal dan mengekplorasi global baru melalui bahasa nonverbal seperti buku akan menjadi tantangan dan kegembiraan tersendiri bagi anak. Usahakan Anda menyiapkan perpustakaan mini pada salah satu ruang di rumah guna memancing ketertarikan anak buat membaca.
Lewat buku, anak bisa melihat sebuah obyek dari sudut pandang nan luas. Pilih buku nan cocok dengan usia, perkembangan serta daya nalar anak. Kegiatan membaca dapat melatih kedua keterampilan penting, yaitu menyimak dan berbicara.
Untuk menambah kegembiraan, orangtua sebaiknya mengarahkan anak buat melakukan kegiatan bermain nan melibatkan buku, misalnya orangtua bisa menemani anak bermain sambil bercerita.
Jika anak terlihat ingin memadukan keterampilan menyimak dan berbicaranya, beri anak kesempatan menceritakan apa saja meski hanya terhadap boneka-bonekanya, karena secara naluriah anak ingin berinteraksi dengan sesuatu nan dapat dipengaruhinya. Hal-hal nan telah dijelaskan di atas akan sukses apabila orangtua bisa menciptakan lingkungan nan aman bagi perkembangan komunikasi anak.
Mungkin awalnya anak hanya akan tertarik dengan gambar nan menarik nan ada di dalam buku tersebut. Namun lambat laun anak akan bisa buat mengikuti apa nan ada di dalam buku tersebut.
Atau pada awalnya orang tua bisa buat membacakan isi cerita dari buku nan ada. Sehingga anak bisa memahami isi dari buku tersebut sekaligus juga buat merangsang keinginan dari si anak buat menyukai buku nan ada.
Itulah beberapa hal kecil nan bisa dilakukan oleh orang tua buat melatih bahasa anak. Hal ini akan menjadi peran nan begitu besar dari orang tua sebab memang orang tualah nan seharusnya menjaid pendidik primer bagi si anak.