Puisi
Kategori Sastra
Sastra dapat dibagi atas sastra lisan dan sastra tertulis. Sastra lisan tak berhubungan dengan tulisan, tetapi lebih kepada aktualisasi diri bahasa nan diungkapkan secara berkaitan dengan mulut mengenai pemikiran seseorang.
Kategori sastra di antaranya sebagai berikut :
• Cerpenatau cerita pendek, suatu bentuk prosa atau karangan nan tidak terikat nan dibuat tak berdasarkan kejadian konkret atau fiktif dengan hanya mengambil satu atau dua bagian kehidupan tokoh utamanya. Contoh cerpen ialah The Tell – Tale Heart karya Edgar Allan Poe.
• Novel, karya fiksi prosa berbentuk terinci nan dalam Bahasa Italia disebut novella, nan artinya sepotong warta atau sebuah cerita. Novel lebih panjang dari cerpen, dapat sekitar 40.000 kata atau lebih dan jalan ceritanya tentang kehidupan sehari-hari tokoh sentral dan menitikberatkan pada sisi uniknya.
• Syair atau Puisi.
• Pantun, jenis puisi lama nan terdapat sampiran dan isi di dalamnya.
• Drama, bentuk karya sastra nan bisa diperankan dalam suatu pertunjukkan.
Lukisan, karya seni nan dikomunikasikan kepada penikmatnya dengan menuangkan ide di atas kanvas dan cat rona warni sebagai perantara.
Cerpen dan Novel
Seperti nan sudah disbeutkan di atas, disparitas signifikan antara cerpen dengan novel ialah pada panjang dan pendeknya. Sementara itu, unsur pembentuk kedua aliran karya sastra tersebut sama, yakni sebagai berikut.
1. Tema
Tema ialah gagasan nan diusung oleh pengarang sehingga menjadi semacam benang merah dalam karya nan ditulis dalam novel dan menjadi topik primer nan dibicarakan di dalam cerpen. Tema tersebut digunakan sebagai sebuah peta buat mengetahui bahwa cerita nan berlangsung memiliki tujuan ke arah eksklusif bagi pembaca. Dalam cerpen, tema nan disajikan biasanya hanya satu, sedangkan dalam novel dapat terdapat banyak tema nan disajikan dengan keterkaitan satu sama lain.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan hal nan krusial dalam membuat sebuah cerpen atau novel. Unsur pembentuk prosa ini merupakan hal nan akan menuntun pembaca buat menemui unsur pembentuk prosa nan lain, seperti halnya latar, alur, dan amanat. Perwatakan atau penokohan tokoh dalam cerita dapat ditentukan melalui jalan cerita nan dikisahkan oleh narator, ataupun dari obrolan dan monolog nan dilakukan oleh tokoh-tokoh di dalam cerita tersebut.
3. Setting atau Latar
Setting atau latar ini merupakan hal nan akan menentukan perwatakan seseorang dalam cerita. Seseorang nan diceritakan hayati di sebuah desa akan memiliki perwatakan nan berbeda dengan tokoh nan dikisahkan hayati dan besar di lingkungasn perkotaan. Dengan kata lain, latar akan menentukan perkembangan tabiat dan karakter si tokoh.
4. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan unsur pembentuk karya sastra novel dan cerpen nan berpengaruh terhadap utuhnya sebuah cerita. Sudut pandang nan digunakan biasanya ialah orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga.
5. Alur
Alur merupakan unsur nan bertugas menjalin keutuhan cerita secara kronologis sehingga pembaca dapat mengetahui perkembangan nan dialami oleh tokoh.
6. Amanat
Amanat merupakan pesan moral nan terkandung di dalam novel dan cerpen. Pean tersebut dapat diungkapkan langsung oleh penulis melalui narasi, tapi dapat juga diungkapkan secara tak langsung melalui berbagai tokoh nan muncul di dalamnya.
Puisi
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra nan dalam sejarah telah dikenal sebagai media buat menyampaikan berbagai perasaan dan pemikiran. Puisi ini ialah perkembangan dari sastra lama nan dinamakan syair.
Pengertian puisi pun bermacam-macam, bergantung pada orang nan memaknai puisi itu sendiri. Ada nan menganggap bahwa puisi ialah ungkapan pemikiran dan perasaan, ada juga nan menganggap bahwa puisi merupakan suatu karya nan dilandasi dengan kata-kata nan latif dan bermakna dalam bentuk baris dan bait.
Pada awalnya , puisi memiliki pola sendiri buat dapat dikatakan sebagai puisi. Namun, dewasa ini, puisi menjadi salah satu karya nan dapat dituliskan dalam bentuk apapun. Tidak ada lagi pola nan perlu dipatuhi agar sebuah tulisan dapat dikatakan sebagai sebuah puisi. Oleh karena itu, hal nan paling krusial dalam penulisan puisi ialah sugesti nan dihasilkan dari unsur pembentuknya, bukan dari sebuah bentuk atau gaya.
Ideologi dalam Sastra
Perjuangan ideologi di Indonesia telah cukup lama berlangsung. Berbagai pergulatan ideologi muncul bersamaan dengan konvoi kebangsaan di negara ini. Salah satu media nan digunakan oleh para penulis, penyair, dan pakar sastra ialah karya sastra. Di dalam berbagai karya sastra selalu muncul semacam ideologi nan baik secara langsung maupun tak langsung dianggap mampu menjembatani pikiran para penulis dengan pembaca.
Berbagai ideologi nan terdapat di dalam kehidupan juga mampu diwujudkan dalam karya sastra sehingga pembaca tak hanya mendapatkan kegunaan secara personal mengenai perasaan nan direpresentasikan dalam karya tersebut, tapi juga mendapatkan kegunaan secara intelektual dengan meramu ideologi nan terdapat di dalamnya.
Hal-hal nan berhubungan dengan kehidupan biasanya emnjadi landasan ideologi nan kuat di dalam global sastra. Misalnya saja, seseorang nan peka terhadap kehidupan manusia dan menyukai sesuatu nan mendendangkan perdamaian maka akan muncul ideologi kemanusiaan di dalam karya-karyanya.
Sementara itu, pencerahan lain juga muncul dalam karya-karya sastra sebagai bentuk representasi pemikiran mereka mengenai hal-hal nan dilandaskan pada ideologi nan mereka pegang. Sebagai contoh, seseorang nan amat suka atau bahkan tak suka dengan politik, maka karya sastra nan dimunculkan biasanya menyambut berbagai macam ideologi politis atau sebaliknya, menolak ideologi tersebut.
Dewasa ini, hal nan banyak diisukan oleh para pengarang Indonesia juga dapat menjadi salah satu ideologi nan muncul di dalam sebuah karya sastra. Misalnya saja, ideologi mengenai suatu interaksi patriarki dengan perempuan nan merasa dirinya dimarjinalkan akan terwujud dalam ideologi feminisme.
Hal tersebut akan muncul dalam setiap karya pengarang berdasarkan pemikiran masing-masing. Dengan begitu, pencitraan mengenai seorang perempuan akan memiliki citra nan berbeda ketika dibuat oleh seorang feminis dengan seorang humanis.
Seorang feminis akan lebih radikal atau lebih kritis mengeluarkan isu-isu dan pendapatnya tentang perempuan, tubuh, dan segala hal nan berhubungan dengan perempuan dibandingkan dengan seseorang nan memiliki idealisme humanisme.
Seorang humanis biasanya lebih mengetengahkan konflik kedamaian dibandingkan dengan mereka nan feminis. Perempuan bagi seorang humanis tak akan dibedakan secara signifikan dari sudut pandang objek dan subjek perilaku. Sementara itu, bagi seorang feminis, subjek dan objek perempuan merupakan hal nan krusial buat dibicarakan secara saksama. Demikianlah definisi sastra nan juga memiliki interaksi dengan fungsi kritis karya sastra dan kehidupan masyarakat nan tinggal di dalam global tersebut.