National Geographic

National Geographic

Sejarah majalah sedang bergerak menuju format baru nan lebih ideal demi tuntutan pasar dan efesieni. Majalah atau magazine merupakan produk media massa nan sifat terbitnya berkala. Karakter penyajian warta nan disodorkan dalam majalah sifatnya analisa dan diskritif, sebab warta nan disajikan peristiwanya mungkin sudah terjadi. Karakteristik khas majalah ialah setiap edisi niscaya memiliki tema ekslusif nan dibahasnya secara mendalam. Tema nan menarik dibuat berdasarkan asas-asas baku jurnalistik nan yakni infestigasi dan reportase nan seimbang.



Pengertian majalah

Majalah ialah terbitan yg berisi berbagai liputan jurnalistik dan pandangan tentang topik aktual pembaca. Penerbitan majalah dibedakan atas mingguan, tengah bulanan, bulanan, atau bahkan tahunan. Menurut isinya, majalah dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu, dan sebagainya.

Saat ini, penerbitan majalah konvensional (majalah cetak) mulai menghadapi masa sulit dampak meluasnya penggunaan internet. Bagaimanapun, selama bertahun-tahun majalah telah menghadirkan informasi nan berharga dan hiburan kepada para pembacanya. Berikut bisa kita lihat sejarah majalah dalam kemunculannya.



Majalah Berbahasa Inggris Pertama

Majalah berbahasa Inggris pertama ialah The Review, nan diterbitkan di London pada 1704 oleh sastrawan terkemuka Daniel Defoe. The Review berbentuk antara majalah dan surat kabar dan terbit tiga kali dalam seminggu. Selain menjadi pemilik, Defoe juga bertindak sebagai penerbit, editor, serta sekaligus sebagai penulis The Review.
Kemunculan Majalah di Amerika Serikat

Selanjutnya, majalah juga mulai muncul di Amerika. Pada 1740 Benjamin Franklin memelopori penerbitan majalah di Amerika dengan menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle.
Pada 1790, Richard Steele, seorang penulis dan politisi Irlandia, membuat The Tatler. Namun, ia lebih terkenal sebagai pendiri The Spectator bersama Joseph Addison. Isi majalah The Spectator sangat beragam, mulai dari masalah politik, warta internasional, tulisan tentang moralitas, hingga warta hiburan tentang teater dan gosip.



National Geographic

Edisi pertama majalah National Geographic muncul pada Oktober 1888. Majalah ini berisi artikel tentang geografi, ilmu pengetahuan populer, sejarah dunia, budaya, peristiwa terkini, serta foto-foto berbagai loka dan objek di seluruh global dan alam semesta. National Geographic saat ini diterbitkan di berbagai negara dalam 32 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Sirkulasinya mencapai sembilan juta eksemplar per bulan. Sementara pembacanya mencapai lima puluh juta orang.

Dari markas mereka di Chappaqua, New York, Amerika Serikat, sepasang suami istri, Lila Bell Wallace and DeWitt Wallace, menerbitkan majalah bulanan buat generik bernama Reader’s Digest pada 1922.

Selama bertahun-tahun, Reader’s Digest menjadi majalah paling laris di Amerika Serikat. Baru pada 2009, tahtanya direbut Better Homes and Gardens. Saat ini sirkulasi Reader’s Digest di seluruh global mencapai 17 juta eksemplar. Reader’s Digest dibaca oleh 40 juta orang di 70 negara, dalam 50 edisi dan 21 bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Tahun berikutnya, tepatnya pada 3 Maret 1923, Briton Hadden and Henry Luce menerbitkan Time, majalah warta mingguan pertama di Amerika Serikat. Satu dasa warsa kemudian, muncul majalah warta mingguan lain nan tak kalah populer, yaitu Newsweek.



Playboy lahir memberi rona

Hugh Hefner menerbitkan majalah Playboy pada 1953. Foto Marilyn Monroe menghiasi sampul edisi perdana majalah bagi pria dewasa tersebut. Playboy mencapai puncak masa kejayaannya pada 1970-an. Saat itu sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar.



Jenis-jenis majalah

Informasi sekarang ini merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia modern. Posisinya tidak kalah krusial dengan kebutuhan pangan. Bahkan informasi memiliki pengaruh nan luas terhadap kehidupan manusia modern.

Setiap manusia memilik kebutuhan informasi nan bhineka dan kapasitasnya pun berbeda. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan informasi maka dibuatlah media massa nan segmentasinya pun bermacam-macam. Berikut ini ialah jenis-jenis majalah nan beredar di pasaran.

  1. Umum

Salah satu jenis majalah nan banyak beredar di pasaran ialah majalah umum. Karakter majalah ini setiap minggu atau bulanan menyajikan berbagai macam kanal berita. Misalnya tema politik, kesehatan, olah raga, criminal dan gaya hidup. Semua tema disajikan berbagai halaman. Pangsa pasar majalah generik sangat luas, dan dikonsumsi oleh siapa saja. Pasar majalah jenis ini pun sangat luas dan tergantung sasaran pasar nan akan disasar.

  1. Fashion

Majalah jenis berikutnya ialah majalah nan konsentrasi penyajian beritanya menggarap perkembangan global mode. Semua tentang informasi nan berkaitan dengan tata busana, fashion mode dan profil-profil pelaku industry mode diulas dalam majalah ini.

Target pembaca majalah fashion sudah niscaya ialah penghuni industry mode dan pengamat fashion dunia. Sedangkan penghuni dapur redaksi majalah fashion kebanyakan dari kalangan jurnalis nan mengerti fashion dan memiliki passion terhadap global tata busana.

Dinamika kerja di kantor redaksi majalah fashion pun begitu cepat secepat perubahan fashion dunia. Mereka sangat serius menggarap sebuah tema nan akan diangkat pada edisi berikutnya. Mereka begitu selektif menggarap content dari segi layout, desain sampul dan bahasanya, semua melewati seleksi ketat. Hanya content nan terbaik nan dapat ditayangkan. Oleh sebab itu dituntut kreatifitas tinggi dan mental nan kuat, jika bekerja di industry media massa fasion.

Tak heran setiap majalah ini terabit banyak dicari pelanggannya. Majalah fashion juga kerap mendukung berbagai acara fashion show nan digelar bekerja sama dengan desainer ternama.

  1. Komunitas

Majalah nan satu ini sangat segmented, diterbitkan buat memenuhi kebutuhan informasi anggota komunitas tertentu. Majalah ini muncul berkat usaha dari anggota suatu komunitas. Misalnya komunitas pecinta mobil remote control, skateboard, pecinta tanaman hias.

Mungkin awalnya ide membuat majalah komunitas, dari kumpul-kumpul para anggota misalnya komunitas skateboard. Di tambah lagi hambatan sulitnya memperoleh informasi dan majalah skateboard lokal, maka terbesitlah gagasan membuat semacam majalah kecil nan berisi aneka informasi tentang skateboard, dalam majalah ini berisi aneka informasi tentang jagad papan seluncur beroda. Misalnya informasi tournament, review produk, dan profil dan trick-trick gaya skateboard dan sebagainya.

Sedangkan biaya produksinya mungkin berawal dari patungan nan dijadikan sebagai kapital awalnya. Majalah ini diedarkan kepada anggota komunitas, dijual secara direct selling, sisanya dititipkan di loper-loper koran dan toko buku.

Sekarang banyak sekali majalah komunitas nan beredar luas dan dicetak secara masal sebab pasarnya jelas ada dan tidak sedikit peminatnya. Bahkan majalah luar negeri pun ikut bermain di pasar lokal.

  1. Majalah ilmiah

Majalah ilmiah merupakan media massa nan isinya menyajikan berbagai informasi ilmiah nan dibuat oleh ilmuwan, mahasiswa dan praktisi akademisi. Dari formatnya sudah diketahui bahwa majalah ini segmentasi pasarnya ialah akademisi.

Biasanya majalah ilmiah diterbitan dari Univesitas sebab di loka itu ialah gudangnya ilmuwan dan mahasiswa. Karakter bahasa nan dipakai dalam majalah ini mungkin lebih formal, desain sampul dan layoutnya pun standar. Titik berat majalah ilmiah ada pada isinya dan informasi nan disampaikan.
Perkembangan Terkini

Biaya produksi majalah banyak terserap buat kertas, pengiriman, dan sirkulasi. Untuk menghemat biaya, saat ini banyak majalah nan sebagian atau seluruhnya terbit secara online.
Newsweek majalah mingguan nan sudah beroperasi sejak 1920 an baru-baru ini memutuskan buat mengentikan format cetakan kertas, dan beralih ke format digital. Keputusan ini dilakukan menimbang bahwa biaya produksi cetak sekarang sangat mahal dan memberatkan ongkos produksi. Di sisi lain omzet penjualan tiap tahun turun drastis, guna menghindari kebangkrutan maka keputusan ekstrim ini dikeluarkan. Walaupun terkesan telat tapi demi menjga eksistensi Newsweek tetap hadir hati pelanggan.

Beralih ke versi digital dapat menghemat biaya produksi sampai 70%. Namun setiap keputusan nan ekstrim niscaya menimbulkan konsekwensi berat. Ketika Newsweek memutuskan berganti ke format digital berarti ada pihak nan dikorbankan, mereka terpaksa merumahkan ribuan pegawai devisi printing, sirkulasi dan nan paling berat ialah memangkas omzet penjualan di pasar-pasar konvensional. Loper-loper koran dan majalah omzetnya turun sebab satu produk berhenti cetak, entah siapa lagi bakal menyusul dalam waktu dekat.



Trend digital pilihan masa depan

Media massa sekarang sedang berevolusi, format konvesional nan selama ini diterapkan, mulai ditinggalkan. Karena penggunaan kertas diyakini turut merusak ekosistem. Ribuan kayu dibabat buat dibikin kertas, disisi lain kertas-kertas bekas pun banyak nan dibuat dan tidak daur ulang lagi. Slogan pemborosan kertas ini semakin konfiden berganti menjadi digital ialah pilihan tepat.

Sejarah media massa tengah bergerak menuju asa nan lebih baik, ramah lingkungan tanpa mengurangi kenyaman menikmati informasi.
Demikianlah sekilas tentang sejarah majalah nan sudah berjalan sejak dua abad silam. Semoga bermanfaat.