Perjuangan Indonesia nan Belum Usai
Memaknai Hakikat Kemerdekaan
Secara fisik perjuangan Indonesia saat ini dalam mewujudkan sebuah negara berdaulat nan sejahtera memang tidak seperti era kemerdekaan dulu. Dahulu musuh-musuh nan dihadapi bangsa ini bersifat konkret dan jelas terlihat, tapi saat ini musuh tersebut telah berubahn menjadi bentuk nan abstrak dan sulit terlihat. Puluhan tahun sudah Indonesia merdeka, bahkan jauh lebih tua usia kemerdekaannya ketimbang negara jiran Malaysia.
Namun fakta memprihatinkan justru tampak dari kehidupan sehari-hari bangsa ini. Keterpurukan ekonomi dan krisis sosial politik nan berkepanjangan mengantarkan negara ini ke deretan negara-negara miskin nan berada jauh di bawah Malaysia sebagai salah satu negara maju.
Setiap tahun Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaan di tengah aneka macam kondisi dan permasalahan bangsa. Persoalan politik, ekonomi dan penegakan hukum terkadang menjadi pertanyaan besar tentang hakikat kemerdekaan nan sebenarnya. Kemerdekaan nan dicapai Indonesia saat ini tidak lebih hanyalah kemerdekaan fisik semata.
Perjalanan dan proses perjuangan kita ini dalam mengisi dan mempertahankan hakikat kemerdekaan ternyata memberi catatan pekerjaan rumah nan tidak kunjung usai. Istana negara telah berulang kali berganti penghuni, namun agaknya menghilangkan budaya korupsi dan ketidak adilan hukum masih sangat sulit terjalankan.
Perjuangan Indonesia nan Belum Usai
Ada banyak hal nan menjadi pekerjaan rumah serius para pemimpin dan elit politik bangsa ini. Perjuangan kita ini buat menuju sebuah negeri nan merdeka secara fisik dan hakikat menuntut seluruh rakyat negeri ini buat saling bahu membahu mewujudkan sebuah negeri impian. Berikut perjuangan panjang nan masih harus terus kita perjuangkan dan tegakkan di tanah air Indonesia;
1. Perjuangan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
Hal ini terkait erat dengan sistem penegakan hukum dan kebijakan ekonomi pemerintah. Penegakan hukum nan tebang pilih terkadang menyisakan derita di hati rakyat jelata. Di Indonesia banyak sekali pengadilan, namun rakyatnya masih sedikit nan merasakan keadilan.
Hukum nan ada di Indonesia saat ini seakan sangat mudah buat dibeli, terutama bagi siapa nan berduit. Sedangkan hukum memang seakan hanya berlaku buat rakyat bawah nan tidak mampu buat membeli hukum itu sendiri.
Kita tentunya sebagai masyarakat banyak sekali tersentak dengan beberapa kasus hukum nan ada. Yang semakin menunjukan ketidak berpihaknya hukum kepada kalangan nan tidak punya. Sedangkan hukum akan terasa lebih ringan jika menyangkut kasus pejabat atau nan punya banyak uang.
Ada banyak sekali contoh kasus mengenai hal ini. salah satu contoh kasus tentang bagaimana hukum masih begitu mudah bagi para pejabat atau pun kroninya ialah kasus hukum nan menjerat anak dari besan presiden kita sekaligus menteri perekonomian Hatta rajasa. Di mana anaknya Muhammad Rasyis Amrullah atau nan lebih dikenal dengan Rasyid Rajasa nan mobilnya menabrak mobil lainnya sampai menyebabkan dua orang meninggal.
Setelah proses persidangan berlangsung maka pihak majelis hakim memang memberikan sanksi bersalah kepada Rasyid. Namun apa nan menjadi hukumannya sungguhlah semakin memperlihatkan lemahnya hukum di hadapan orang berduit. Sanksi nan diberikan kepada Rasyid ialah sanksi enam bulan penjara.
Sementara itu, sanksi ini dapat jadi ialah sanksi percobaan saja. Sehingga anak laki laki Hatta rajasa ini tak akan sampai merasakan dingin dan tidak nyamannya hayati di dalam sel penjara.
Semua pihak memang menyayangkan bagaimana ketidakadilan hukum nan terjadi. Namun semua pihak ini hanyalah sebagai pihak nan tidak punya wewenang hukum buat sampai melakukan tindakan protes akan hal ini. namun hal ini akan semakin menunjukan kepada masyarakat Indonesia bagaiman ketidak adilan hukum bagi semua warga Indonesia.
Selain proses tak adanya keadilan di hadapan hukum bagis emua warga negara ini. ada pula kasus lain nan juga merupakan bukti bahwa perjuangan kita sebagai negara masih belum mencapai termin akhir. Yaitu banyaknya kasus korupsi nan terjadi atau dilakukan oleh pihak nan berwenang atau nan merupakan pilihan sebagai wakita dari rakyat.
Lagi-lagi persoalan nan menjadi kendala perjuangan nan satu ini ialah budaya tidak bermoral para pejabat dan pemimpin nan suka mengkorupsi uang rakyat. Hukum dibungkam dengan uang, kesejahteraan masyarakat dipotong buat kepentingan sendiri.
Tinggallah keadilan dan kesejahteraan hanya menjadi jargon normatif pidato para elit politik dan pemimpin negeri. Rakyat tidak butuh orasi dan pidato, tapi pelaksanaan konkret dari janji-janji para elit saat kampanye. Perjuangan kita ini dalam mewujudkan sebuah negara nan berkeadilan dan berkesejahteraan tidak akan ada artinya jika penyakit korupsi para pengelola negeri ini masih terjangkit secara akut.
Kasus korupsi nan dilakukan oleh para wakil rakyat ini semakin konkret saja. Dari hari ke har, pihak Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK semakin banyak mengungkap para pejabat dari kalangan DPR, menteri atau bahkan pihak Polri nan terjerat kasus korupsi.
Seakan mereka semua terlupakan dan silau akan indahnya gelimah harta dan melupakan bagaimana nasib rakyat. Uang nan seharusny dipergunakan buat membuat rakyat menjadi sejahtera namun hanya masuk ke kantong pribadi mereka.
Sehingga rakyat tetap berada di dalam kondisi nan sangat terpuruk. Tindakan korupsi ini tak hanya terjadi di kalangan atas saja, namun seakan sudah menjadi darah dan daging di sistem pemerintah kita. Tak ada birokrasipun nan terbebaskan dari adanya korupsi.
Lebih parahnya lagi, siapa saja nan terjerat kasus korupsi dan kemudian dinyatakan bersalah dan masuk ke dalam bui, masih saja bisa merasakan manisnya uang nan mereka lahap. Lita tentu banyak dikagetkan dnegan banyaknya fakta nan terungkap bahwa para koruptor ini selama berada iddalam penjara masih bisa merasakan kenyaman dan banyaknya fasilitas nan ada.
Sampai ada istilah nan dimunculkan bahwa para terdakwa koruptor ini telah menyulap sel penjara mereka buat menjadi istana mereka. Ada televisi, lemari es, televisi layar datar bahkan sampai ada nan mengatakan bahwa ada seorang terdakwa korupsi wanita nan mempunyai pembantu di dalam penjara.
Inilah bukti konkret betapa sangat lemahnya sistem hukum dan peradilan di Indonesia. Ketiak banyak rakyat nan berusaha dengan sekuat tenaga dan wafat matian buat bertahan hayati justru ada sebagian kalangan nan telah menjadi wakil rakyat dengan memikul amanah nan begitu besar, hayati dengan bergelimang uang haram.
2. Perjuangan meningkatkan ketahanan nasional
Menjaga dan meningkatkan ketahanan nasional merupakan tanggung jawab setiap warga negara. Setiap kita harus menjaga kesatuan atau integritas bangsa. Interaksi bilateral antara Indonesia dan Malaysia nan sempat memanas memberikan teguran kepada Indonesia buat memperhatikan dan meninjau kembali kondisi ketahanan negara ini.
Pihak luar kerap mengusik eksistensi Indonesia sebagai negara kepulauan nan luas. Pihak luar terkadang menganggap remeh Indonesia sebab kondisi kesulitan ekonomi dan kekacauan politik nan kerap terjadi. Namun demikian, soal nasionalisme dan patriotisme rakyat negeri ini tidak perlu diragukan. Setiap tangan siap mengangkat senjata setiap ada seruan perang.
Hal ini juga bisa disebabkan oleh lemahnya sistem peradilan nan ada di Indonesia. Pihak pemerintah seakan tidak punya taring ketika menghadapi pihak pemerintah negara lain. sehingga kita seakan menjadi negara nan begitu lemah.
3. Perjuangan mengusir ‘penjajah’ budaya dan ekonomi
Bentuk perjuangan kita ini nan lain ialah melawan segala macam bentuk penjajahan budaya dan ekonomi nan dilakukan pihak asing. Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya nan sangat menarik.
Namun faktanya, generasi muda lebih mencintai budaya asing seperti barat. Lambat laun kebudayaan bangsa sendiri akan terkikis dan tergantikan dengan budaya asing. Demikian juga dalam hal ekonomi. Ketergantungan Indonesia dengan pinjaman luar negeri merupakan salah satu bentuk penjajahan ekonomi bangsa ini.
Di bidang ekonomi, Indonesia juga masih terkategori negara berkembang atau dengan kata lugasnya ialah negara miskin. Banyak sekali rakyat Indonesia nan hayati dalam keadaan nan sungguh memprihatikan. Mereka berusaha buat makan saja sudah mengalami banyak kesulitan. Apalagi bagi penduduk nan berada di kota besar, seakan kehidupan mereka telah tergerus oleh perkembangan jaman nan begitu pesat.
Itulah citra bagaimana sejatinya perjuangan Indonesia belumlah tuntas atau mencapai titik akhir. Banyak persoalan nan justru muncul di era merdeka ini. itulah nan kemudian menjadikan Indonesia sebagai negara nan masih jelek keadaannya.