Musim di Jepang - Musim Gugur atau Aki

Musim di Jepang - Musim Gugur atau Aki

Jepang merupakan negara dengan karakter iklim subtropis atau secara geografis terletak di atas garis khatulistiwa, jadi dalam setahun Negeri Sakura ini mengalami empat musim nan berbeda. Disparitas iklim ini mempengaruhi pola kehidupan manusia Jepang. Untuk itu, mari kita mengenal keempat musim di Jepang beserta kegiatan di dalamnya.



Musim di Jepang - Musim Semi atau Haru

Aktivitas di Negeri Sakura dimulai pada musim semi nan jatuh pada bulan Maret sampai Mei. Tibanya musim semi ini sangat dinanti oleh orang Jepang, sebab pada musim ini, kembang sakura bermekaran di seluruh pelosok Negeri Jepang .

Dengan iklim nan hangat, kembang nasional Jepang ini mulai mengembang dari ujung selatan Jepang, yakni Okinawa lantas pulau Kyushu, menjalar ke pulau Honshu, dan terakhir di Hokaido nan ada di ujung utara Jepang. Karena waktu mekarnya tak terjadi secara serentak, stasiun-stasiun televisi di Jepang berlomba-lomba mengikuti mekarnya kembang sakura dari selatan ke utara pada musim di Jepang ini.

Mekarnya kembang sakura disambut sukacita oleh masyarakat Jepang. Apresiasi ini diungkapkan dengan acara hanami atau ohanami , semacam pesta kecil di bawah pohon sakura nan dilakukan oleh siapa saja, seperti keluarga, teman sekolah, dan karyawan. Mereka menggelar tikar di taman kota di bawah pohon sakura sambil makan-makan atau berkaraoke.

Kegiatan hanami ini merupakan tradisi turun temurun masyarakat Jepang selama musim semi. Mekarnya kembang sakura selalu dinanti-nanti, sebab kembang ini hanya mengembang selama 2 minggu. Makanan nan khas saat 'piknik' melihat kembang sakura ialah dango dan bento. Suasana semakin meriah dengan adanya sake, minuman beralkohol khas Jepang.

Pada musim semi ini juga sekolah-sekolah dan universitas di Jepang memulai ajaran baru. Sementara itu para petani di Jepang memasuki masa tanam, sebab udara dan iklim mendukung buat bertani.

Selain hanami , selama musim di Jepang masih musim semi, ada beberapa seremoni lain nan sudah dilakukan turun temurun, yaitu:

  1. Hinamatsuri ; yaitu festival anak perempuan. Pada festival ini, keluarga nan memiliki anak perempuan memajang 1 set boneka khas hinamatsuri.

  2. Shubun no hi ; yaitu seremoni titik awal datangnya musim semi. Di Jepang, ini merupakan hari ekuinoks di mana waktu siang sama panjangnya dengan malam hari.

  3. Kodomo no hi ; yaitu festival anak-anak. Pada festival ini keluarga nan memiliki anak-anak memasang bendera berbentuk ikan koi nan disebut koinobori .



Musim di Jepang - Musim Panas atau Natsu

Setelah musim semi berakhir, musim di Jepang berganti memasuki musim panas nan hari-harinya terasa gerah. Pada musim ini ditandai dengan sering munculnya hujan. Musim panas atau natsu ini berlangsung dari akhir bulan Mei sampai Akhir bulan September. Pada musim ini konsumsi buah seperti semangka dan melon laku keras. Suhu rata-rata pada musim panas ini mencapai 35 derajat celcius.

Pada musim panas ini pantai dan bahari banyak dikunjungi oleh wisatawan. Namun, rata-rata orang Jepang lebih menyukai pantai di negara tropis seperti di Hawaii, Bali, Thailand, dan Brazil, alasannya sebab ongkos piknik keluar negeri lebih murah ketimbang melancong ke objek wisata di Jepang sendiri.

Pada musim panas diselenggarakan festival Obon Matsuri . Obon Matsuri ialah festival pemanggilan arwah leluhur. Festival ini biasanya diadakan pada 13 - 15 Agustus. Pada tanggal-tanggal tersebut, orang Jepang percaya bahwa arwah leluhur akan pulang ke rumah. Untuk menyambutnya, mereka memasang lentera, menyalakan barah di depan rumah, dan menyediakan sesajen.

Di beberapa wilayah, festival Obon Matsuri dilengkapi dengan pertunjukan tarian menyambut arwah nan disebut Obon Odori . Banyak orang berkumpul mengenakan yukata dan menarikan Obon Odori dengan diiringi musik tradisional. Konon, arwah leluhur akan ikut menari-nari juga di sana.

Selain itu, di beberapa loka di selenggarakan festival Tanabata saat musim di Jepang masih musim panas. Tanabata disebut juga sebagai festival bintang. Seremoni mulai dilakukan di bulan Juli. Yang menarik dari festival ini ialah hiasannya. Hiasan tanabata ialah ranting atau pohon bambu nan diikatkan kepadanya beberapa carik kertas warna-warni nan berisi permohonan dan harapan. Biasanya, pohon tersebut kemudian dilarung ke laut.



Musim di Jepang - Musim Gugur atau Aki

Jika ingin merasakan suasana romantis ala film Negeri Sakura, datanglah ke Jepang saat musim gugur atau aki . Musim ini ditandai dengan daun-daun nan berganti rona menjadi merah pudar atau momiji , dan berguguran.

Pada musim ini suhu mulai menurun sebab memasuki musim dingin. Kebiasan masyarakat Jepang, pada musim ini, mereka mulai menimbun makanan buat logistik atau persediaan musim dingin nan suhunya ekstrem. Selera makan pun meningkat di musim gugur.

Di awal musim gugur, cuaca masih agak hangat. Oleh sebab itu berbagai festival masih sering diadakan. Salah satunya ialah tsukimi atau otsukimi . Tsukimi ialah kegiatan melihat bulan purnama nan latif di musim gugur sambil menikmati lezatnya kue moci bulan.

Tradisi nan biasa dilakukan turun temurun ini sampai sekarang masih lestari dan dilakukan oleh banyak orang jepang. Pada saat tsukimi , dekorasi nan sine qua non ialah rumput Jepang ( susuki ) dan makanan berupa kue moci tsukimi buat dimakan. Ada 2 jenis moci tsukimi , yakni rasa kentang manis dan kacang atau kastanye.

Yang menarik pada musim di Jepang saat musim gugur ialah seremoni spesifik orang tua nan disebut Keiro no hi . Orang tua nan dimaksud di sini bukan orang nan membesarkan kita melainkan orang nan sudah tua. Pada hari tersebut diselenggarakan seremoni nan menyenangkan.

Jika Anda suka membaca komik Jepang, barangkali Anda familiar dengan festival olahraga nan suka dilakukan di sekolah-sekolah. Festival olahraga ini dinamakan undokai dan dilakukan pada musim gugur.

Satu hal lagi nan menarik ialah momiji gari . Jika pada musim semi ada hanami , pada musim gugur ada momiji gari . Momiji gari ialah kegiatan menyaksikan gugurnya daun momiji nan sebelumnya telah memerah. Suasana saat momiji gari sangat latif sebab jalanan biasanya penuh dengan daun momiji nan bertebaran.



Musim di Jepang - Musim Dingin atau Fuyu

Di beberapa loka seperti Hokaido dan Nagano, salju mulai turun pada awal November, menandai datangnya musim dingin di Jepang. Inilah musim nan paling berat nan harus dihadapi oleh orang Jepang. Menghadapi suhu ekstrem nan berkepanjangan, orang Jepang harus membekali dengan pakaian nan tebal, penghangat ruangan, dan cadangan makanan nan banyak.

Di musim dingin, harga pangan seperti sayur mayur dan telur melejit naik. Objek wisata nan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan ialah pemandian air panas/ spring water dalam bahasa Jepangnya onzen .

Musim Dingin juga merupakan hari nan istimewa bagi rakyat Jepang. Pada pergantian tahun, banyak banyak nan orang mudik buat merayakan pergantian tahun bersama keluarga di kampung. Biasanya pada tanggal 27 Desember sekolah-sekolah dan kantor-kantor diliburkan sampai tanggal 4 Januari.

Pada malam pergantian tahun, pemeluk Shinto berdatangan ke kuil buat beribadah. Memohon kepada Yang Maha Kuasa buat diberi keselamatan dan keberuntungan di tahun baru. Pada dinginnya cuaca musim dingin, orang-orang berkumpul di kuil, berdoa, lalu pulang kembali ke rumah buat berkumpul dengan keluarga dan memakan makanan khas tahun baru.

Di awal tahun juga anak-anak senang sebab terjadi pembagian angpao dari sanak keluarganya. Mainan nan populer di tahun baru ialah layang-layang dan bulu tangkis tradisional Jepang ( hanetsuki ).



Festival Penyambutan Musim di Jepang

Setsubun merupakan hari penyambutan musim di Jepang nan biasa dilaksanakan pada tanggal 3 atau 4 Februari. Festival Setsubun dilaksanakan sehari sebelum musim semi dimulai. Perhitungan musim semi tersebut berdasarkan kalender Jepang. Festival ini layaknya penyambutan tahun baru. Sehingga diharapkan segala hal nan dursila di tahun lalu bisa hilang, sementara hal nan baik akan datang di tahun atau musim nan baru.

Pada abad ke-13, pengusiran roh dursila nan dilakukan pada saat Setsubun, yaitu dengan cara membakar kepala ikan sarden, menggunakan asap hasil pembakaran kayu, dan menabuh drum. Meskipun festival ini merupakan festival nasional di Jepang, cara perayaannya bhineka di setiap daerah.

Festival Setsubun memang tak dilakukan dengan cara nan sama di setiap daerah. Namun umumnya, pada saat perayaan, seseorang akan melempar fuku mame (kacang keberuntungan). Orang nan melempar fuku mame ialah pemilik rumah atau orang nan memiliki shio nan melambangkan tahun baru pada saat itu. Misalnya, tahun baru tersebut merupakan tahun naga. Maka orang nan melempar fuku mame ialah orang memiliki shio naga.

Apabila nan melemparnya ialah laki-laki, ia disebut dengan Toshi-otoko , sedangkan kalau perempuan disebut dengan Toshi-onna . Seseorang nan melempar fuku mame akan berkata " Oni wa soto ! Fuku wa uchi !" nan berarti "Pergilah setan! Datanglah kebahagiaan!".

Di beberapa tempat, ada pula nan melempar fuku mame sambil berkata " Oni wa uchi , fuku wa uchi !" nan berarti "Datanglah setan, datanglah kebahagiaan!"

Fuku mame akan dilempar ke seseorang nan memakai topeng oni atau topeng setan. Apabila diadakan di rumah, nan bertindak sebagai setan ialah ayah atau orang tertua di antara anggota keluarga nan lain. Setelah itu, fuku mame dimakan sejumlah usia nan memakannya. Kalau usianya 25 tahun, fuku mame nan dimakan berjumlah 25 buah.

Setsubun biasa diadakan di kuil-kuil. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat Jepang nan melupakan festival tersebut. Biasanya anak-anak memakai topeng setan pada saat festival, tapi hal seperti itu mulai sporadis ditemui. Beberapa kuil terkenal akan menarik orang-orang terkenal saat festival Setsubun sehingga banyak nan tertarik menghadiri festival tersebut.

Walaupun Setsubun tak terlalu populer lagi, masih banyak masyarakat Jepang nan menghias depan rumah mereka dengan kepala ikan sarden, daun suci, atau pun bawang putih. Dengan begitu diharapkan setan tak akan mendekati rumah mereka.

Adapun Setsubun nan dirayakan dengan menyediakan Nori Maki , homogen sushi gulung. Nori Maki nan disediakan panjangnya sekitar 20 cm tanpa dipotong. Seseorang nan bisa memakannya hingga habis tanpa bersuara dipercaya mendapatkan keberuntungan dalam hidupnya, seperti dalam hal karier dan kesehatan. Di beberapa tempat, Nori Maki disediakan dengan tujuh rona nan berbeda. Hal ini mengibaratkan Shichi Fukujin , tujuh dewa kebahagiaan.

Itulah informasi seputar majemuk musim di Jepang . Semoga bermanfaat!