Nama-nama tokoh Islam Berpengaruh di Indonesia
Islam sebagai agama, berkembang pesat di nusantara semenjak kedatangannya pada abad ke 8 M di pesisir utara Sumatera, lalu di pulau Jawa pada abad 15. Penyebaran Islam, terutama nan dipulau jawa selalu melibatkan nama-nama tokoh Islam nan selalu di kenang. Ini tak lepas dari para pengembannya nan ikhlas dalam menyampaikan selebaran Islam ke tengah-tengan masyarakat. Karena tentu Anda dapat membayangkan bahwa para juru dakwah ini, bukan orisinil Indonesia, bukan orang Indonesia nan lantas pergi jauh berkelana dan membawa ajaran agama baru, seperti halnya kedatangan Budha ke Indonesia, nan memang di ajarkan oleh penganut Budha asal Nusantara sendiri.
Keberadaan para pengemban selebaran Islam ini datang dari negeri jauh, terutama dari pelabuhan Gujarat, nan memang ramai dengan pelbagai bangsa nan menganut agama Islam, dari bangsa Arab sebagai origin kelahiran Agama Islam, orang Persia, Mongolia, China, India, Avar, Russia, Bulgaria, Turki, Danubia, Khawrizmi, dsb. Penyebaran agama Islam di Indonesia secara generik dikategorikan damai, dan menjadi konflik ketika bersinggungan dengan corak kekuasaan pada masa itu. Pengemban primer dakwah Islam, di Jawa di kenal sebagai Wali Songo, asalnya sebagaimana nan diakui sejarah berasal dari Samarkand dinasti Timurid Mongol. Yakni Syaikh Maulana Malik Ibrahim al Samarkandi.
Dari para pengemban selebaran Islam ini tentunya dikenal nama-nama tokoh Islam nan berpengaruh di masyarakat luas. Mereka mempunyai kemampuan menjelaskan dan memahamkan inti ajaran Islam kepada pengikutnya. Majemuk nama-nama tokoh, tanpa dispensasi dalam jasa besarnya membimbing ummat Islam nusantara, sebagai ummat Islam nan nisbi damai.
Nama-nama tokoh Islam Berpengaruh di Indonesia
Berikut ini ialah profil singkat nama-nama tokoh Islam dalam berbagai macam kapasitasnya, tentu saja penulis akan menyertakan tokoh modern selepas kemerdekaan Indonesia. Yang ikhlas mengisikan Islam sebagai ruh dari bangsa ini, bersama sama dengan ajaran lainnya.Diantara nama-nama tokoh Islam tersebut adalah
KH. Hasyim Asy'ari
Yang juga di juluki sebagai Hadratussyaikh Indonesia. Keilmuan nan dimilikinya sangat mumpuni, termasuk sudut pandangnya tentang KeIndonesiaan nan modernis. Jiwa dan semangat nan dimiliki beliau pula telah membukakan bangsa Indonesia kepada gerbang kemerdekaan, apalagi kalau bukan resolusi Jihad nan beliau teken, buat mempertahankan Indonesia dari kedatangan agresor penjajah Belanda.
Hadratussyaikh juga merupakan tokoh primer dibalik kelahiran Komite Hijaz, komitenya para ulama buat menyelamatkan ummat Islam dari kebingungan dan kebimbangan, ketika kekhalifahan Turki lepas kuasa atas Makkah Mukaromah. Pada akhirnya komite Hijaz ini menjadi gerakannya para ulama Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia, nan dinamakan sebagai Nadhlatul Ulama. Organisasi ini, merupakan organisasi muslim terbesar seIndonesia, bahkan global dengan anggota lebih dari 80 juta orang. Mewakili kaum tradisionalis muslim Indonesia. NU meruakan perpanjangan sejarah Wali Sanga nan mengabarkan Islam penuh dengan bahasa ahsan.
KH. Ahmad Dahlan.
Siapa tidak kenal KH. Ahmad Dahlan. Ya, siapa pun dari berbagai kalangan niscaya mengenal beliau, walaupun hanya sekadar nama saja. Beliau mempunyai nama kecil Muhammad Darwisy dan berasal dari Yogyakarta. Beliau lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Sejak kecil, KH. Ahmad Dahlan dididik dalam lingkungan nan agamis di pondok pesantren. Beliau belajar banyak mengenai ilmu agama dan bahasa Arab. Sehingga, Islam telah mendarah daging dalam dirinya sedari kecil.
KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai pendiri organisasi massa terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. Beliau mendirikan Muhammadiyah dengan cita-cita ingin menumbuhkan masyarakat Islam. Cita-cita itu akhirnya diwujudkan dengan didirikannya Muhammadiyah pada 1912.
Melalui Muhammadiya, beliau ingin mengadakan suatu pembaruan Islam di Indonesia dalam cara berpikir umat dan beramal sinkron dengan ajaran Islam nan mulia. Beliau mewujudkan kegiatan organisasinya dengan aksi-aksi sosial dan pengembangan pendidikan, seperti mendirikan sekolah-sekolah dan pelayanan kesehatan.
Dr. Hamka
Semua nama-nama tokoh Islam dapat di absen. Dan dapat diselorohkan, 'berdosalah' orang nan tak menyebut Hamka sebagai tokoh Islam bagi bangsa Indonesia. Beliau sang pejuang, keluar masuk penjara, sebab mempertahankan suatu ideologi khas, mereka nan ingin melihat Islam sebagai sebuah susunan nan utuh dan lengkap. Semua orang niscaya mengenal sosok beliau. Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau dikenal dengan sebutan Hamka, ialah sosok nan dikenal memiliki pemikiran dan menyuarakan perjuangan mengimplementasikan Islam agar dijadikan anggaran kehidupan bagi masyarakat di Indonesia. Hamka lahir di Sumatera Barat pada 17 Februari 1908. Beliau ialah ulama besar nan membawa arus perubahan bagi pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Beliau memperjuangkan agar Islam bisa diterapkan sebagai anggaran dalam kehidupan bernegara.
Untuk memperjuangkan apa nan beliau yakini itu, beliau bergabung dengan partai politik Sarekat Islam (SI) pada 1925. Yak hanya berhenti di situ, perjuangan Hamka memperjuangkan Islam juga dilakukan melalui idenya nan menyerukan formalisasi syariah Islam dalam hukum di Indonesia.
Dr. M. Natsir
Pak Natsir, begitulah beliau disapa, di antara nama-nama tokoh Islam dalam bidang politik. Merupakan tokoh Islam politik terkemuka pada saat kemerdekaan. Beliau pernah menjabat sebagai menteri keungan RI, dan bahkan Perdana Menteri RI. Pandangan politikna mewakili pandangan politik Pan Islamisme nan pada saat itu tengah mendunia. Beliau merupakan putra daerah nan berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Sejak kecil, beliau sangat dekat dengan lingkungan keagamaan. Beliau sekolah di sekolah agama Islam nan dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Beliau menyelesaikan pendidikannya di AMS Bandung pada 1930.
Kemudian, beliau berguru kepada Ahmad Hassan, nan merupakan tokoh organisasi Islam Persis. M. Natsir banyak berteman dengan para aktivis konvoi nasional seperti Sutan Syahrir. Hubungan ini membawanya pada pemikiran fundamental mengenai hakikat berislam dan bernegara. Beliau meyakini bahwa agama dan negara tak bisa dipisahkan dalam menegakkan agama Allah.
KH. Abdurrahman Wahid
Menyebut nama-nama tokoh Islam, akan selalu hampa tanpa menyebut nama KH. Abdurrahman Wahid. Gusdur panggilannnya, ialah cucu dari Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, sempat pula dua periode memipin NU, dan merupakan tokoh Islam satu satunya bergelar Kyai nan pernah menduduki posisi puncak di Republik Indonesia sebagai Presiden Indonesia keempat menggantikan B.J Habibie. Kepemimpinannya mewakili muslim moderat dan muslim nan sangat demokratis.
Terbukti dengan gebrakannya, melepas semua sekat belenggu kecurigaan antar sesama bangsa Indonesia, dimulai dari divestasi tapol napol Komunisme, pemulihan hak hak minoritas, termasuk pula mengakui etnis China sebagai bagian dari Republik Indonesia. Hal ini menjadikan Gusdur sebagai tokoh Islam satu satunya di global nan sebanding dengan tokoh pembesar agama lain di millenium ini. Gusdur pun menjadi paras dari Muslim Subtantif. Yakni mereka nan tak mempermasalahkan formalisme dalam beragama.
Baginya, ungkapan formal dalam salam pun dapat di lokalisasi, berdasarkan situasi Maqoshid wal Makan, nan bermakan subtansi tempat. Hal ini sempat memicu kontroversi terutama kontradiksi dari mereka nan bahagia dengan formalitas Agama. Di kecam namun dikasihi, ialah pertanda seorang tokoh hebat, tokoh ummat, dan pejuang Islam nan mengabarkan pada dunia, bahwa Islam ialah agama damai.
Prof. Dr. Nurcholish Madjid
Akhirnya ialah nama-nama tokoh Islam dari sudut kecendikiawanan. Adalah Nurcholish Madjid, tokoh Islam nan membawakan konsep Islam rasional, Islam berdasarkan prinsip pemikiran nonetif. Barangkali inilah versi pembacaan sekulerisasi Islam versi Indonesia. Konsep Islam sekulernya tentu saja mendapat tantangan hebat dari umumnya ummat Islam nan masih berada disimpang jalan transformasi. Apa nan dilakukan oleh Nurcholish Madjid, pada akhirnya mencoba menjelaskan kondisi muslim sendiri di tengah negara, sebagai WNI, nan harus lebih merah putih, dibanding lebih hijau. Slogannya Islam Yes Partai Islam No, menjelaskan hal itu.
Pemikirannya nan pada akhirnya cenderung kepada Liberalisme, digambarkan sebagai terlalu jauh atau keliwat lari ke depan dari pakem situasi keilmuan Indonesia. Sebagai tokoh nan mewakili Cendikiawan Islam, gebrakan Nurcholish Madjid tak main main, sebab sukses merangkul mereka nan abangan, utamanya para intelektual, buat tekun mempelajari Agama Islam. Buah karyanya, peninggalannya, ialah Universitas Paramadina. Salah satu kampus nan giat melakukan kajian terhadap keIslaman dari sudut pandang modern.
Demikianlah nama-nama tokoh tokoh Islam, nan dengan keikhlasan mereka akhirnya Islam bisa dipeluk oleh masyarakat luas. Oleh sebab itu, perjuangan mereka bisa kita teladani sebagai motivasi buat terus menuntut ilmu agama, agar Islam bisa tersebar lebih luas lagi.