Filsafat Manusia dan Berbagai Alirannya

Filsafat Manusia dan Berbagai Alirannya

Filasafat manusia dapat diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakekat nan sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitanya nan telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam.

Filsafat sendiri biasanya digunakan oleh para penganutnya sebagai bahan sandaran buat melakukan sebuah tindakan dan sebagai sandaran dalam pengambilan keputusan. Para penganut paham filasafat mendalami ilmu ini tak dengan melakukan berbagai eksperimen sebagaimana layaknya orang nan sedang belajar ilmu eksak.

Akan tetapi mereka cenderung mengungkapkan masalah nan terjadi secara detail apa adanya dan berusaha mencari solusi atau penyelesaian dari masalah nan ada tersebut dengan mengemukakan argumentasi dan lasan-alasannya.

Filasafat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan pikiran nan ada mengenai siapa sebenarnya manusia, bagaimana hakekat dari manusa itu sendiri dan segala kaitan nan ada tentang seorang manusia. Karakteristik primer dari seseorang nan menganut paham filsafat ialah bahwa dia akan berfikir dengan cara menggunakan disiplin berfikir nan tinggi secara sistematis nan membentuk sebuah skema konsepsi nan menyeluruh.



Filsafat Manusia dan Berbagai Alirannya

1. Genre Filasafat Idealisme

Aliran ini merujuk pad kata-kata idealisme nan merupakan sebuah keadaan nan memiliki ekuilibrium dalam banyak hal. Pandangan tentang genre ini belum terlalu lama dipergunakan oleh orang nan menganut paham filsafat.

Meskipun demikian ide dari pemikiran ini sudah pernah dikemukakan oleh Plato kurang lebih 2400 tahun nan lampau. Menurut Plato sebuah empiris nan paling fundamental atau mendasar ialah sebuah ide. Sedangkan fenomena nan ada dan tampak sehingga dapat di indera oleh manusia merupakan bayangan nan ada dari sebuah ide tersebut.

Bagi kelompok nan menganut paham filsafat idealisme alam loka hayati manusia ini merupakan sebuah jalan nan akan menuju pada sesuatu nan bersifat spiritual. Hokum yanga ada dialam ini dianggap telah sinkron dengan kondisi tabiat intelektual dan moral dari manusia nan ada.

Aliran ini juga memiliki pendapat bahwa manusia nan hayati mempunyai sebuah interaksi nan harmoni dengan alam sekitarnya. Manusia memang merupakan bagian nan tak dapat terlepas dari proses alam, namun manusia juga memiliki sifat spiritual sebab manusia telah dilengkapi dengan akal dan pikiran serta nurani.

Para pengikut paham ini memiliki kesamaan menghormati dan menghargai budaya dan tradisi nan telah ada. Sebab menurut mereka bahwa nilai-nilai nan ada dalam kehidupan memiliki taraf nan lebih baik dari pada hanya sekedar nilai kelompok nan ada pada individu. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kekuatan dari sebuah idealisme tergantung pada mental dan spiritual nan ada pada kehidupan manusia.

2. Genre Filasafat Humanisme

Aliran ini mulai tumbuh pada sekitar abad ke 15 pada masa kebangkitan kembali atau sering juga disebut masa renaissance di Italia. Genre ini didukung dengan adanya berbagai macam inovasi nan berkembang pesat pad amasa itu, semisal mulai ditemukanya mesin cetak dan ditemukanya benua Amerika dan India oleh pelaut nan bernama Columbus dan Vasco De Gama.

Aliran humanis ini dikatakan sebagai genre nan memiliki dua arah, nan pertama ialah kemanusiaan individu sedangkan nan kedua ialah kemanusiaan sosial. Kemanusiaan nan bersifat individu lebih mengutamakan dan memberikan kemerdekaan dalam berfikir, mengungkapkan pendapat nan ereka miliki dan berbagai aktifitas lainya nan kreatif.

Kemampuan nan mereka miliki tersalurkan melalui penciptaan kesenian, musik, sastra, teknologi serta pengusaan mengenai ilmu kealaman. Sedangkan genre Kemanusiaan sosial lebih cenderung pada pengutamaan pendidikan bagi masyarakat secara holistik buat bisa memingkatkan kesejahteraan sosial nan ada serta memperbaiki interaksi antar manusia.

3. Genre Filasafat Rasionalisme

Para penganut paham filsafat rasionalisme memiliki pandangan bahwa rasio atau akal ialah merupakan satu-satunya sumber pengetahuan nan dapat dipercaya dan dijadikan landasan dalam bertindak dan menentukan segala sesuatu.

Perkembangan ilmu pengetahuan nan mulai berkembang pesat pada sekitar abad 18 mendasari lahirnya genre ini. orang nan dianggap sebagai pendiri genre ini ialah Rene Descartez nan juga dikatakan sebagai bapak dari ilmu filsafatb modern. Slogan nan terkenal dari para penganut genre ini ialah cogito ergo sum nan memiliki arti aku berfikir, jadi aku ada.

Disamping Rene Descartez ada banyak tokoh lainya nan menjadi penganut genre ini semisal John Locke, Basedow, dan J.J Rousseau. John Locke begitu terkenal dengan teori tabularasa hasil karyanya, dimana pengertian dari tabula rasa ialah bahwa setiapa manusia diciptakan dalam keadaan sama, seperti sebuah kertas putih nan masih kosong.

Sehingga tugas nan paling primer dari sebuah pendidikan formal ialah melatih dan mengajari seorang anak tentang kepandain dan penalaran. J.J Rousseau merupakan seorang tokoh pendidikan nan memiliki pandangan bahwa setiap anak musti dididik sinkron dengan kesiapan dan kemampuan dari sang anak dalam menerima pendidikan.

Jika Menurut J.B. Basedow sebuah pendidikan haruslah mampu buat membentuk sebuah kebijaksanaan, kebahagiaan dan kesusilaan pada diri seorang anak.

4. Genre Filasafat Empirisme

Aliran ini merupakan sebuah filsafat manusia nan berpedoman pada kepercayaan nan telah dilalui melalui sebuah pengalaman. Pengalaman nan telah mereka lalui kemudian diolah oleh akal dan pikiran. Pengalaman inilah nan menjadi sumber pengetahuan sebab pengalaman merupakan sebuah fakta nan nan terjadi di dunia.

Aliran ini berpendapat bahwa sesgala sesuatu atau sebuah pernyataan tidaklah dianggap sebagai sesuatu nan berarti jika tak adapat dibuktikan memalui sebuah pengalaman. Penganut genre ini nan terkanal antara lain Francis Bacon, dan Thomas Hobbes.

Rancis Bacon merupakan orang nan dianggap telah menetapkan dasar teori empirisme dan memberikan saran berupa pengujian segala macam inovasi dengan sebuah metode yaitu metode induksi. Menurut Francis Bacon ilmu nan ada akan berkembang dengan adanya eksperimen dan pengamatan serta mencatat fakta nan ada nan merupakan hasil dari eksperimen tersebut.

5. Genre Filasafat Kritisme

Aliran Kritisme ini merupakan genre nan menjadi penghubung antara pandangan rasionalisme dan pandangan empirisme. Tokoh nan terkenal dari genre ini ialah Emmanuel Kant.

Emmanuel Kant memiliki pendapat bahwa baik genre empirisme maupun rasionalisme masing-masing memiliki kekurangan sebab adanya pernyataan dari keduanya nan bersifat sintetis analistis.

6. Genre Filasafat Konstruktivisme

Tokoh dari genre ini nan terkenal ialah Giambattista Vico dengan pendapatnya bahwa pengetahuan nan dimiliki oleh seseorang merupakan sebuah hasil dari konstruksi indivu, melalui sebuah hubungan dengan fenomena, objek, lingkungan maupun pengalaman.Pengetahuan bukanlah sesuatu nan dapat diperoleh hanya dengan bersikap pasif namun harus dibangun secara aktif oleh seorang individu.

Filsafat manusia merupakan sebuah ilmu nan akan terus berkembang, jadi selain aliran-aliran nan tersebut diatas tak menutup kemungkinan akan melahirkan aliran-aliran lain dimasa nan akan datang. Berikut ini beberapa tokoh pemikir nan menggeluti mengenai filsafat manusia ini, diantaranya:

  1. Sokrates

Beliau merupakan seorang tokoh filsafat nan sangat terkenal dari Yunani. Sebuah ungkapan nan sangat terkenal dari tokoh ini ialah “ kenalilah dirimu sendiri”, sehingga banyak manusia nan merasa terdorong buat terus berfikir buat mengertahui siapa dirinya dan maksud dari kehidupanya di dunia.

Menurut Sokrates hakekat dari seorang manusia tak dapat ditentukan dari adanya tambahan dari luar, namun semata tergantung pada peilaian diri.

  1. Plato

Tokoh nan satu ini menyebabkan terjadinya titik balik dari filafat nan ada sebab memiliki cara tersendiri dalam menafsirkan seboyan kenalilah dirimu sendiri nan diungkapkan oleh sokrates.

Plato berpendapat bahwa manusia diumpamakan sebuah teks nan rumit sehingga dibutuhkan ilmu filsafat buat menguraikan makna nan ada pada manusia tersebut.

  1. Soren Kierkegaard

Beliau merupakan bapak eksistensialisme nan berpandangan luas dalam pembahasan manusia terutama pada eksistensi dari seorang manusia.

  1. Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre berpendapat bahwa manusia merupakan sebuah proyek nan futuristis nan tak dapat buat didefinisikan. Manusia ialah apa nan dilakukan oleh dirinya, sehingga moral dan etika harus dibentuk oleh manusia itu sendiri.