Manfaat Pengelolaan Keuangan Keluarga nan Baik
Sering kita temukan keluarga-keluarga nan kesulitan dalam mengelola keuangannya. Hal ini terjadi tidak hanya kepada keluarga nan berpenghasilan pas-pasan, tapi juga terjadi pada keluarga nan memliki penghasilan nan jauh memadai. Mengapa hal ini terjadi? Ini disebabkan ketidakmampuan keluarga tersebut dalam mengelola masalah keuangan keluarga secara efektif.
Memang gampang-gampang susah mengatur budgeting keluarga, terutama bagi keluarga-keluarga muda nan baru saja dikaruniai anak. Ada berbagai kebutuhan dan keperluan nan berkaitan dengan anak dan kadang ada pengeluaran besar nan tidak terduga. Oleh sebab itu, bagaimanakah cara mengatasi dan mengatur keuangan keluarga sehingga menjadi efektif? Simaklah tips-tips di bawah ini.
1. Pahami dengan baik kondisi keuangan keluarga
Sebelum membuat suatu planning aturan keluarga, kita harus paham sahih tentang kondisi keuangan nan akan dihadapi setiap bulan. Setap pengeluaran harus dirinci agar kita mengetahui dengan jelas berapa banyak dana nan dibutuhkan dalam sebulan, misalnya.
Setiap tagihan, mulai dari tagihan listrik, air, tv kabel, kartu kredit, angsuran kendaraan, telepon, servis kendaraan, biaya ke dokter, asuransi sampai kebutuhan hari-hari harus dirinci secara teliti. Ini akan memberikan suatu citra nan jelas tentang budgeting keluarga per bulannya.
Juga pahami sahih apa sajakah aset nan dimiliki, seperti kepemilikan rumah, kepemilikan kendaraan, jumlah tabungan, dan investasi lainnya secara terperinci. Demikian sebaliknya, kita juga harus memahami sahih utang-utang nan kita miliki, berapa residu angsuran kendaraan nan kita pakai, residu angsuran rumah nan harus dibayarkan, dan lain sebagainya.
Pengenalan kondisi keuangan awal ini akan memberikan pengetahuan fundamental nan dibutuhkan agar kelak planning budgeting nan dibuat berdasarkan data-data nan solid.
2. Menyusun budgeting keluarga nan tepat
Setelah mengetahui dengan niscaya cash flow keluarga, kita bisa menyusun planning aturan keluarga nan didasarkan pada hal tersebut. Rincilah terlebih dahulu kebutuhan-kebutuhan pokok keluarga, seperti buat makan sehari-hari, bahan bakar buat kendaraan nan dipakai setiap hari, biaya pendidikan anak-anak, dan lain-lain. Setelah itu, baru rinci berbagai tagihan seperti listrik, asuransi , dan lain sebagainya.
Ingatlah, dalam membuat aturan belanja keluarga nan efektif ialah mendahulukan semua kebutuhan pokok di atas kebutuhan-kebutuhan lainya. Tujuan awal pengaturan aturan keluarga ini ialah agar tetap menjaga cash flow keluarga terkendali, memahami bagian mana sajakah nan harus didahulukan sehingga kendali terhadap cash flow keluarga tetap terjaga.
Walaupun aturan ini mendahulukan kebutuhan-kebutuhan pokok, bukan berarti kebutuhan sekunder seperti kebutuhan makan di luar sesekali tak dimasukkan ke dalam aturan keluarga. Yang terpenting ialah untuk aturan nan memang masuk akal dan sinkron dengan fenomena sehingga budgeting sebagai patokan cash flow keluarga bisa dipegang teguh.
3. Menetapkan tujuan finansial
Besar kecilnya penghasilan nan didapat tidaklah berpengaruh pada cita-cita nan ingin dicapai dengan pembuatan aturan keluarga. Dengan mengetahui secara niscaya aturan nan dibutuhkan, cita-cita atau hasil nan ingin diraih pun akan nampak lebih realistik. Ada baiknya cita-cita finansial nan ingin kita capai dibuat secara khusus mungkin sehingga memicu kita buat mencapainya.
4. Memilah kebutuhan dan keinginan
Kadang kita mengalami kesukaran dalam memilah mana nan menjadi kebutuhan dan mana nan menjadi keinginan. Jangan sampai hal-hal nan sebetulnya “diinginkan” berubah menjadi “dibutuhkan”. Tentu saja hal ini akan memicu pengeluaran-pengeluaran nan tak terduga nan ujung-ujungnya akan merugikan cash flow keluarga nan sudah tersusun rapi. Perlu ketegasan dan keberanian bersikap buat memilih mana nan sebetulnya diinginkan dan mana nan dibutuhkan.
5. Membangun mindset buat berubah ke arah nan lebih baik
Apalah gunanya membuat aturan belanja nan bagus jika tak diiringi keinginan buat berubah. Keinginan buat berubah juga tak akan berarti banyak jika tak diiringi oleh tindakan. Kita harus berani buat bertindak agar apa nan menjadi cita-cita finansial tercapai.
6. Menabung
Dari holistik penghasilan nan didapat per bulan, setidaknya 10% nya harus disisihkan buat menabung. Dan 10% ini harus disisihkan sejak awal penerimaan gaji sehingga kita hayati dengan 90% pendapat per bulan. Alokasi dana nan kita sisihkan sebaiknya disimpan ke rekening nan berbeda sehingga tak akan dipakai buat pengeluaran sehari-hari.
Dana tersebut dapat dipergunakan sebagai dana darurat nan kelak dapat dipergunakan buat hal-hal darurat seperti apabila ada anggota keluarga nan sakit. Syarat dana darurat ialah harus bersifat liquid, sehingga mudah dicairkan bila ada kebutuhan mendadak, seperti apabila ada anggota keluarga nan sakit.
7. Investasi
Jika tabungan nan disisihkan sudah cukup memadai, sudah saatnya berpikir tentang investasi. Investasi nan dianjurkan berupa deposito, logam mulia, atau reksadana. Asuransi jiwa juga sebetulnya merupakan sebuah investasi di mana uang pertanggungan asuransi kelak dapat dialokasikan buat kehidupan anak hingga dewasa. Begitu pula dengan asuransi pendidikan buat anak nan akan menjamin kelangsungan pendidikan buat anak apabila terjadi sesuatu nan tak diinginkan seperti kematian.
Sebaiknya, bijak memilih investasi mana nan akan diambil. Jangan sebab tergiur laba nan besar sehingga tak memperdulikan faktor keselamatan invetasi nan dipilih sebab investasi nan salah tak hanya merugikan si pengambil keputusan, tapi juga membahayakan seluruh anggota keluarga.
8. Hindari Norma berhutang
Pemakaian kartu kredit memang sangat menggoda. Bagaimana tidak? Cukup hanya dengan menggesek kartu, barang-barang nan diinginkan bisa dimiliki. Namun di balik itu semua, ada tagihan dan cicilan nan kadang terlupakan. Tentu saja ini merupakan salah satu cikal bakal hancurnya sebuah aturan belanja nan dirancang sebab adanya tagihan baru nan harus dibayar per bulan. Oleh sebab itu, hindarilah Norma berutang/kredit, apalagi apabila fasilitas kreditnya hanya dipergunakan buat membiayai kebutuhan nan tak penting.
9. Memaksimalkan aset buat menambah penghasilan
Sekarang, banyak para istri nan tak bekerja berkontribusi pada penambahan income keluarga. Tak hanya terbatas pada skill nan dimiliki seperti menjahit atau memasak, para homestay mom ini juga memanfaatkan jaringan nan mereka miliki buat berbisnis. Contohnya nan sedang marak saat ini ialah toko online. Toko-toko virtual ini kebanyakan dikelola oleh ibu rumah tangga nan ingin menambah penghasilan keluarga tanpa perlu meninggalkan anak-anaknya.
Manfaat Pengelolaan Keuangan Keluarga nan Baik
Mengatur keuangan keluarga dengan baik tentu saja akan membawa ekuilibrium dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih terarah buat mencapai tujuan financial nan diidam-idamkan. Adapun kegunaan lainnya, yaitu:
- Dengan melakukan planning aturan keluarga, minimal itu merupakan antisipasi apabila kelak keluarga mengalami kesulitan finansial.
- Belajar mengatur cash flow keluarga merupakan base skill management nan terimpelemntasi dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari.
- Pencapaian tujuan-tujuan finansial nan ingin dicapai dalam keluarga.
- Adanya planning pengelolaan aturan keluarga, memungkinkan kita melakukan penilaian terhadap holistik aturan nan dikerjakan. Apakah itu efektif atau tidak, itu bergantung hasil penilaian nan diberikan. Hal ini tentu saja memberikan feed back positif terhadap pengelolaan keuangan keluarga sehingga kelak bisa tercapai aturan nan paling tepat dan efisien buat seluruh anggota keluarga.
Nah, itulah klarifikasi mengenai tata kelola keuangan keluarga. Semoga bermanfaat.