Seppuku
Tahukah Anda sejarah samurai Jepang ? Sejarah Jepang tidak dapat dilepaskan dari sejarah samurai Jepang. Samurai merupakan bagian dari sejarah militer Jepang masa lalu. Eksistensi samurai ada sejak zaman Nara dan Heinan pada sekitar abad ke-8 hingga zaman industrialisasi Jepang atau nan lebih dikenal dengan Restorasi Meiji pada pertengahan abad ke-19.
Kilas Balik Sejarah Samurai Jepang
Awal mula adanya samurai ialah sebab kebutuhan para bangsawan di provinsi-provinsi buat melindungi diri, keluarga, dan harta mereka dari penjarahan nan kemudian berkembang menjadi pasukan militer elit. Kata “Samurai” berasal dari kata kerja bahasa Jepang yaitu “ s aburau” nan berarti ‘melayani’.
Seperti artinya, pada zaman dahulu, Saburau digunakan buat menyebut pelayan pribadi atau pembantu rumah tangga. Pada perkembangannya, seorang Saburau tak hanya seorang pelayan , tetapi juga kesatria nan membantu memberikan keamanan. Penyebutan Saburau pada kesatria elit ini terjadi pada zaman Heinan (794-1185). Kemudian penyebutan itu berganti menjadi Samurai pada zaman Edo.
Sejarah tentang samurai Jepang sebagai kesatria dan bukan hanya sebagai pelayan dimulai pada zaman Heinan. Pada 794, ibu kota berpindah loka dari Nara ke Heinan (sekarang Kyoto). Saat itu, para bangsawan menikmati era kemakmurannya selama kurang lebih 150 tahun di bawah kepemimpinan kaisar.
Di saat nan sama, pemerintah daerah atau provinsi nan dibuat pemerintah pusat justru malah menekan penduduk setempat nan sebagian besar petani. Pemerintah daerah membebankan pajak nan besar buat rakyat. Pembebanan pajak nan besar menimbulkan pemberontakan rakyat kecil. Banyak terjadi penjarahan terhadap tuan-tuan tanah. Penjarahan ini membuat tuan tanah mempersenjatai keluarga, para petaninya serta pelayannya.
Untuk mengontrol ketertiban, istana memberi mandat buat menjaga ketertiban provinsi-provinsi pada pasukan militer setempat. Mandat ini memicu munculnya kesatria nan pada akhirnya disebut dengan samurai. Samurai pun menjadi tingkatan sosial baru dalam masyarakat Jepang .
Pada zaman Edo (1603-1807), kedudukan samurai menempati posisi teratas dalam tingkatan sosial. Zaman Edo merupakan zaman kematangan feodal militer di Jepang. Pada zaman ini, sistem pengontrolan masyarakat semakin paripurna dan sistematis daripada zaman-zaman sebelumnya.
Pada zaman ini, diperkirakan jumlah kaum samurai kurang dari 10%. Akan tetapi, mereka menempati posisi paling tinggi dalam urutan tingkatan sosial nan dibuat oleh penguasa zaman itu. Meskipun jumlahnya kurang dari 10%, tetapi mereka mampu memerintah dan menguasai penduduk . Hal ini tidak lain dari peran pemerintah nan memerlukan mereka sebagai militer buat melindungi kekuasaan mereka.
Pedang Samurai
Sejarah tentang samurai Jepang tidak dapat lepas dari pedang samurai. Pada penggambaran dalam film dan manga , samurai selalu diidentikkan dengan pedang. Hal ini tak sama sekali salah meski sebelumnya samurai lebih sering menggunakan panah dan berkuda. Pada zaman awal kemunculan samurai, mereka identik dengan kuda dan busur bahkan mereka lebih dikenal dengan kesatria nan tumbuh dengan kuda.
Penggunaan pedang pertama kali setelah peperangan melawan bangsa Mongol. Samurai nan terbiasa bertempur sendiri, saat itu kocar-kacir oleh pasukan mongol nan sudah terorganisir dan termobilisasi dengan baik. Penggunaan kavaleri kuda dan busur kurang efektif saat itu. Setelah itu, pasukan elit ini lambat laun menggunakan tombak dan pedang .
Dalam perkembangannya, para samurai ini melatih tekhnik menggunakan pedang dan menciptakan teknik-teknik baru. Miyamoto Mushasi, seorang samurai terkenal di zaman Edo , menciptakan Nitouryu , yaitu teknik bertarung menggunakan dua pedang.
Seppuku
Dalam buku-buku, sejarah tentang samurai Jepang, selalu ada klarifikasi tentang seppuku . Seppuku ialah bunuh diri dengan cara merobek perut dari arak kiri ke kanan kemudian memutar pedang nan masih terbenam dalam perut dan ditarik ke atas. Pada termin menarik pedang nan masih dalam perut menuju ke atas, banyak samurai nan sudah tak mampu melakukannya, maka seorang nan mendampingi samurai dalam melakukan seppuku tersebut nan akan mengambil alih tindakan ini dengan memenggal kepalanya.
Seppuku bukan hanya bunuh diri biasa, tetapi merupakan sebuah jalan mulia buat menanggung rasa malu jika kalah dalam pertempuran, menyesal sebab telah mengambil keputusan nan membahayakan tuannya atau buat menghormati tuannya nan terbunuh. Kematian dianggap jalan nan paling mulia dalam ajaran samurai.
Ajaran nan menjelaskan “kematian nan baik” ditulis dalam buku Hagakure pada abad ke-18. Buku ini telah mempengaruhi bagaimana cara samurai menjemput ajalnya. Ada dua cara samurai buat membuktikan loyalitasnya pada atasan, yaitu dengan mejemput kematian dalam peperangan dan melakukan seppuku jika ia harus menanggung malu atau membuktikan loyalitas pada atasan.
Pada zaman Edo, seppuku menjadi sebuah ritual terhormat dalam kebudayaan Jepang. Dalam melakukan seppuku , pelaku tidaklah sendirian. Ada beberap saksi nan akan mendampingi pelaku dalam melakukan seppuku . Seperti nan telah dijelaskan di atas bahwa dalam proses seppuku tak semua samurai sanggup melakukannya sampai selesai (memutar pedang nan masih terbenam dalam perut lalu mengarahkan ke atas).
Tindakan seppuku nan dilakkukan sampai selesai disebut Jumonji atau sayatan binatang. Jika seorang samurai sanggup melakukannya sampai selesai, seppuku nan dilakukannya dianggap sangat bernilai dan dijunjung tinggi. Ada beberapa jenis seppuku tergantung pada tujuan seppuku dilakukan, yaitu sebagai berikut.
- Junshi : seppuku ini dilakukan sebagai tanda kesetiaan terhadap raja apabila raja tersebut meninggal. Junshi mulai dilarang pada zaman Edo sebab hanya merugikan pihak kerajaan sebab kehilangan perwira nan setia.
- Kanshi : seppuku ini dilakukan sebagai bentuk protes dalam demonstrasi setelah berbagai musyawarah nan sudah dilakukan telah gagal. Seppuku jenis ini kurang populer.
- Sakotsu-shi: seppuku ini termasuk jenis seppuku nan paling populer sebab dilakukan buat menebus kesalahan.
Meski terkesan menyeramkan, tetapi hal ini mengajarkan tentang etika, kesetiaan, dan loyalitas. Hal itu disebut Bushido . Bushido ialah etika moral bagi kaum samurai. Bushido menekankan semangat kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, dan kehormatan. Oleh sebab itu, seorang samurai bukan hanya mahir bertarung dan menggunakan pedang , tetapi juga harus cerdas, sopan dan terdidik.
Para Samurai nan Terkenal
Sejarah tentang samurai Jepang mencatat beberapa samurai terhebat dalam sejarah Jepang. Salah satu kisah hayati mereka sudah dibukukan dalam bentuk novel. Berikut ini para samurai nan terkenal.
1. Oda Nobunaga
Samurai ini lahir pada 23 Juni 1534. Nobunaga lahir sebagai pewaris Oda Nobuhide. Oda Nobunaga harus bertarung melawan klan Imagawa dan klan saito buat memperbutkan hak menjadi kepala klan. Pertarungan itu dimenangkan oleh Nobunaga. Selanjutnya, Nobunaga menjadi pengikut Ashikaga Yoshiaki dan diangkat menjadi pejabat di Kyoto. Dengan donasi Ashikaga, Nobunaga bisa menaklukan klan Takeda dan klan Asakura, pendukung Kuil Eryakuji dan Kuil Ishanyama Hongaji.
Nobunaga dikenal kontroversial saat berani menerima pengikut nan asal usulnya kurang jelas. Nobunaga ialah seorang pemimpin nan melihat kemampuan daripada keturanan. Keputusan itu juga nan membuat dia menjadi lebih dikenal. Nobunaga muda dikenal sebagai pemuda nan cerdas meskipun saat ia masih kecil berkelakuan aneh dan dijuluki sebagai “si bodoh dari Owari”. Nobunaga juga terkenal dengan kebijakan politik pasar bebas nan menghapuskan sistem kartal.
Meskipun Nobunaga seorang pemimpin nan kejam . pada akhirnya, dia menjemput kematiannya bukan dalam perang, tetapi melalui seppuku . Saat itu, Nobunaga diserang oleh pengikutnya nan beranama Akechi Matsuhide, sehingga akhirnya ia melakukan seppuku buat mengakhiri hidupnya pada 21 Juni 1582.
2. Miyamoto Mushasi
Miyamoto Mushasi atau nan biasa disebut Mushasi ialah salah satu legenda samurai di Jepang. Kisah hidupnya sudah diangkat dalam novel nan berjudul sama. Mushasi sebenarnya ialah seorang ronin atau samurai nan tidak mempunyai majikan. Ia berkelana dari satu loka ke loka nan lain.
Mushasi diperkirakan lahir pada tahun 1584. Ia menjadi yatim saat berumur tujuh tahun. Tak lama kemudian, ibunya menyusul meninggalkannya. Setelah kepergian orangtuannya, Mushasi diasuh oleh pamannya dari pihak ibu. Mushasi menghadapi versus tarungnya pada usia 13 tahun, lalu kemudian menghapai versus tarung berikutnya pada usia 16 tahun. Setelah itu, Mushasi kabur dari rumah dan mengembara keliling Jepang. Musashi sering terlibat dalam kontes pertarungan dan peperangan sampai berumur 50 tahun dalam pengembaraannya. Ia menjadi legenda samurai di Jepang.
Mushasi menciptakan teknik bertarung dengan menggunakan dua pedang. Dengan teknik ini, dia mampu mengalahkan 50 samurai dalam pertempuran. Ia melawan sebuah perguruan bela diri terkenal pada zamannya di Ichijoji. Loka bekas pertempuran Mushasi melawan 50 samurai dijadikan monumen oleh masyarakat Jepang.
Pada akhir “karirenya” sebagai samurai, ia menyepi di Pulau Kyusu dan menulis sebuah buku. Buku ini berisi teknik berperang dan duel. Buku ini menjadi acum oleh para siswa kendo di Jepang. Mushasi meninggal tanpa meninggalkan istri dan keturunan. Ia tak menikah tetapi mempunyai anak angkat dan sekaligus murid nan merupakan sepupunya.
Itulah sejarah samurai Jepang. Semoga bermanfaat!