Museum Satria Mandala - Ratna Sari Dewi
Selama ini kita hanya mengetahui sejarah perkembangan Indonesia dari berbagai literatur tulisan. Namun, ada bukti konkret nan bisa kita telusuri dari sejarah itu. Kunjungi saja Museum Satria Mandala nan berada di Jalan Jendral Gatot Subroto nomor 14, Jakarta Selatan.
Museum Satria Mandala
Museum ini diresmikan pada 1972 oleh Presiden Sukarno, sebagai loka penyimpanan bukti-bukti sejarah perjuangan TNI dari tahun 1945 hingga sekarang. Di mana diceritakan perjalanan sejarah negara Indonesia.
Tengok saja ke dalam museum, Anda akan melihat berbagai peralatan dan perlengkapan perang sebagai bukti perjuangan TNI dalam mengamankan Negara. Misalnya, ketika bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan pemberontak DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan pada 1960.
Lihat ruangan demi ruangan. Pada ruangan pertama terdapat konsep teks proklamasi nan ditulis tangan oleh Bung Karno. Kemudian, ada berbagai ruangan spesifik loka penyimpanan sejarah Jendral-jendral besar. Salah satunya ruangan Jendral Sudirman, dengan tandu nan digunakannya ketika memimpin perang gerilya.
Memasuki ruangan bawah, terdapat berbagai koleksi senjata berat maupun ringan. Bergabung di dalamnya berbagai senjata dari berbagai masa, dari senjata tradisional hingga modern,seperti ranjau, rudal, torpedo dan meriam.
Dan di halaman museum, terpajang dengan jelas berbagai kendaraan tempur nan digunakan di masa lalu. Lihat saja ada panser dan tank nan digunakan buat berperang. Dan ada ambulan sedan nan beberapa kali menjadi target tembak, ketika mencoba menyelamatkan para tentara.
Bahkan, mobil jeep antik milik Jendral Sudirman kini telah menjadi pelengkap museum itu. Yang tak ketinggalan ialah pesawat Curen nan pernah diterbangkan oleh Agustino Adi Sucipto.
Museum Satria Mandala - Ratna Sari Dewi
Beberapa di antara Anda mungkin mengenali Ratna Sari Dewi, namun mungkin Anda tak tahu apa interaksi istri terakhir bung Karno ini dengan Museum Satria Mandala. Sudah tentu, sebagai istri mantan orang nomor satu di Indonesia, Ratna Sari Dewi memiliki kehidupan nan sangat dekat dengan kehidupan negara ini. Museum ini tadinya ialah sebuah saksi romansa antara Presiden Sukarno dan Ratna Sari Dewi.
Ratna Sari Dewi, sebagai orang Jepang nan rela mengubah kebangsaan dan agamanya demi sang Presiden, membuatnya dibenci oleh kalangan istana kepresidenan. Terutama dalam lingkungan keluarga Bung Karno.
Belum lagi, kekecewaan dari keluarganya membuat ia kehilangan seluruh keluarganya. Ibunya nan merupakan seorang janda, meninggal sebab kekecewaan mendalam. Kemudian, disusul oleh kakaknya dengan cara bunuh diri. Rumah itu kemudian dibangun buat menghibur kesedihan Dewi, dan diberi nama Wisma Yasso buat mengenang saudaranya nan telah meninggal.
Bung Karno pernah membuat sebuah puisi nan membuat panas istri-istrinya nan lain, nan isinya:
“ Kalau saya mati, kuburlah saya di bawah pohon nan rindang. Aku mempunyai seorang istri, nan saya cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku .”
Maka, ketika Bung karno mati pada 21 Juni 1970, ia sempat dibaringkan di Wisma Yasso. Namun, berdasar Keputusan Presiden RI No 44/1970 tertanggal 21 Juni 1970, jenazah bung Karno dibawa menuju Blitar. Dan akhirnya dimakamkan di pemakaman umum, di samping makam ibunya.
Dengan dipegangnya kendali negara oleh Suharto, begitu pula dengan wisma Yasso nan akhirnya dikuasai dan dijadikan museum TNI. Tidak hanya sebagai loka penyimpanan barang-barang saksi perjuangan TNI, namun museum ini juga merupakan saksi bagaimana kehidupan pribadi dan intrik politik para penguasa negara ini berjalan.