Bentuk-Bentuk Baru Jurnalisme

Bentuk-Bentuk Baru Jurnalisme

Metode paling awal mengirimkan warta ialah dari orang ke orang, nan terbatas pada apa nan orang lihat dan diteruskan kepada orang lain. Akurasi warta tergantung pada lingkup kejadian nan dijelaskan dan relevansinya terhadap pendengar. Waktu nan dibutuhkan buat warta nan akan disebarluaskan oleh metode ini mencapai hari, minggu, bulan atau lebih.

Sejarah perkembangan jurnalistik menceritakan bahwa pemerintah monarki antik telah mengembangkan cara-cara menyampaikan laporan tertulis. Pada zaman kekaisaran Romawi sejak Julius Caesar dan seterusnya catatan harian mengenai politik dan kejadian di koloni Romawi direkam dan didistribusikan. Setelah kekaisaran runtuh, penyebaran warta tergantung pada kisah-kisah peziarah, lagu, surat, dan kiriman pemerintah.



Sejarah Perkembangan Jurnalistik: Jurnalisme Cetak dan Print

Penemuan mesin cetak disematkan pada Johannes Gutenberg pada 1456, melahirkan penyebaran Alkitab nan luas dan buku cetak lainnya. Yang pertama dicetak berkala ialah Mercurius Gallobelgicus , pertama muncul di Cologne, Jerman, pada 1594 dan ditulis dalam bahasa Latin dan didistribusikan secara luas sampai ke Inggris.

Surat kabar pertama kali muncul di Eropa pada abad ketujuh belas. Surat kabar secara teratur diterbitkan pertama dalam bahasa Inggris merupakan Oxford Gazette (kemudian menjadi London Gazette , dan diterbitkan terus menerus sejak saat itu), pertama muncul pada 1665.

Ini dimulai publikasi ketika pengadilan kerajaan Inggris berada di Oxford buat menghindari endemi penyakit di London, dan terbit dua kali seminggu. Ketika pengadilan kembali ke London, harian tersebut ikut pindah ke sana.

Surat kabar pertama nan terbit setiap hari, muncul pada 1702 dan terus terbit selama lebih dari 30 tahun. Editor pertamanya merupakan perempuan pertama dalam jurnalisme, meskipun ia diganti setelah beberapa minggu.

Pada saat itu, Inggris telah mengadopsi Press Restriction Act , nan mengharuskan bahwa nama loka percetakan dan publikasi harus disertakan pada setiap dokumen nan dicetak.

Surat kabar pertama nan sinkron dengan definisi modern sebagai sebuah koran ialah New York Herald , didirikan pada 1835 dan diterbitkan oleh James Gordon Bennett. Ini ialah koran pertama nan memiliki staf nan buat meliput setiap kegiatan rutin kota dan spot berita, bersama dengan liputan rutin bisnis dan Wall Street .

Pada 1838 Bennett juga nan pertama kali mengorganisir staf enam orang wartawan asing di Eropa dan ditugaskan menjadi koresponden di kota-kota penting, termasuk menjadi wartawan pertama meliput Kongres secara teratur.

The New York Times didirikan pada tahun 1851 oleh George Jones dan Henry Raymond. Harian ini membangun prinsip pelaporan seimbang dengan tulisan berkualitas tinggi. Namun cara seperti itu tak membuat mereka mencapai sasaran sirkulasi dan menikmati kesuksesan pada saat itu.



Sejarah Perkembangan Jurnalistik: Layanan Newswire

Perang saudara memiliki imbas mendalam pada jurnalisme Amerika. Koran besar disewa koresponden perang buat meliput di medan perang, dengan kebebasan lebih dibanding nan wartawan menikmati hari ini. Wartawan ini menggunakan mesin telegraf baru dan membuat warta menjadi lebih cepat buat surat kabar mereka. Biaya pengiriman pesan telegraf nan mahal membantu menciptakan gaya penulisan "ringkas" nan menjadi baku buat jurnalisme abad berikutnya.

Permintaan nan terus tumbuh akan surat kabar perkotaan buat menyediakan warta mengarahkan perusahaan pertama layanan kawat, kolaborasi antara enam surat kabar besar di kota New York nan dipimpin oleh David Hale, penerbit Journal of Commerce, dan James Gordon Bennett, buat menyediakan layanan mencapup seluruh Eropa bagi semua surat kabar.

Inilah nan menjadi Associated Press nan menyampaikan transmisi kabel pertama bagi warta Eropa melalui kabel trans-Atlantik pada tahun 1858.



Sejarah Perkembangan Jurnalistik: Bentuk-Bentuk Baru Jurnalisme

Harian The New York Times monoton mendefinisikan jurnalisme. James Bennett Herald, misalnya, tak hanya menulis tentang hilangnya David Livingstone di Afrika, mereka mengirimkan Henry Stanley buat menemukannya di Uganda.

Keberhasilan kisah Stanley mendorong Bennett buat menjadi jurnalis investigasi. Dia juga penerbit pertama Amerika nan membawa surat kabar Amerika ke Eropa dengan mendirikan Herald Paris , cikal bakal International Herald Tribune hari ini.

Charles Anderson Dana dari New York Sun mengembangkan ide human interest dan definisi nan lebih baik mengenai nilai berita, nan memasukkan keunikan dari sebuah cerita.

Kelahiran penyiaran pada abad kedua puluh, Guglielmo Marconi dan teman-temannya pada tahun 1901 menggunakan pemancar radio nirkabel buat mengirim frekuwensi dari Amerika Perkumpulan ke Eropa. Pada 1907, penemuannya digunakan secara luas buat komunikasi lintas benua. Siaran radio komersial pertama dibuat pada bulan November 1920 di Pittsburgh, Pennsylvania. Inovasi Marconi itu cepat diadopsi bisnis warta buat menyampaikan peristiwa mutakhir kepada masyarakat dalam jumlah nan tidak terbayangkan sebelumnya.

Teknologi televisi mulai muncul pada tahun 1920, dan siaran TV komersial pertama dibuat pada Juli 1941 di New York. Seperti radio, televisi cepat diadopsi sebagai media jurnalisme. Hari ini banyak jaringan di seluruh global nan sepenuhnya menggunakan jurnalisme televisi termasuk CNN, BBC, dan Al Jazeera.



Sejarah Perkembangan Jurnalistik di Indonesia

Di Indonesia, sejarah perkembangan jurnalistik sudah dimulai sebelum Indonesia meraih kemerdekaan. Sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia menjadi tonggak berkembangnya global pers Indonesia hingga saat ini. Perkembangan jurnalistik di Indonesia mulai tumbuh pesart sejak Indonesia meraih kemerdekaan.

Sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia digolongkan menjadi beberapa fase. Fase pertama ialah jurnalistik atau pers sebagai alat perjuangan. Pada masa kemerdekaan (1945-1950), pers menjadi alat perjuangan pemberi informasi. Selain itu, pers pun menjadi alat provokasi buat mengajak rakyat agar berjuang bersama-sama melawan penjajahan.

Fase kedua sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia terjadi pada era 1950-1960. Pada era ini, pergolakan politik di Indonesia mulai terjadi. Pada masa ini, pers indonesia mulai terjebak menjadi media politik. Pers, khususnya surat kabar menjadi media propaganda partai politik. Periode ini menjadi periode dramatis buat sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia sebab pers menjadi alat buat menjatuhkan gambaran partai politik lain.

Fase ketiga dari sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia ialah pembredelan pers pada masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru, pers dibatasi kegiatannya sebab sebelumnya sering mengkritik pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Pada masa itu, setiap pers atau unsur jurnalistik nan menetang atau mengkritik pemerintahan akan mengalami pembredelan.

Fase keempat dari sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia terjadi setelah rezim Orde baru runtuh. Setelah rezim Soeharto turun, pers mendapatkan kebebasan dalam melalkukan tugas jurnalistik. Bahkan, sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia mulai bangkit dengan adanya kebebasan pers nan bertanggung jawab. Dalam periode ini, pers menjadi alat pengawas pemerintahan.

Pada era setelah reformasi, sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia menjadi lebih berkembang. Tak hanya menjadi alat pengawas kinerja pemerintahan, sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia pun berkembang menjadi industri jurnalistik nan menyuguhkan informasi selain politik, seperti musik, gaya hidup, hiburan, kuliner, dan topik jurnalistik lainnya.