Potong Tangan?
Catatan sejarah Taj Mahal terserak di berbagai literatur. Meski masih banyak informasi terselubung tentang klarifikasi detilnya. Namun, bangunan nan eksotis yang megah ini terkenal seantero dunia.
Bahkan masuk dalam daftar warisan global versi UNESCO sejak 1983. Pada Juli 2007, bangunan ini pun resmi dinobatkan sebagai satu dari 7 keajaiban dunia. Semua nan pernah melihat keindahannya niscaya berdecak kagum.
Taj Mahal sering disebut the crowning jewel atau mahkota permata. Bangunan ini menjadi salah satu bangunan terindah di global karya arsitektur India Islam.
Pembangunannya menghabiskan waktu 22 tahun. Dibangun dari lapisan marmer. Tinggi bangunannya hampir tembus 60 meter. Dipercantik dengan ukiran, aneka hiasan, lapisan emas, perak, juga berlian.
Bangunan nan sarat nilai seni, sejarah, dan budaya ini mengandung multitafsir dari sejumlah peneliti. Kendati demikian, ia tetap menjadi warisan peradaban manusia dan satu tujuan destinasi turis lokal dan mancangera. Bangunannya disebut-sebut menggabungkan seni arsitektur berkarakter Iran, Turki, dan India nan desainnya penuh perbedaan makna Islami.
Simbol Cinta, Janji Suci, dan Bangunan Bersejarah
Sejarah Taj Mahal tidak lepas dari nama Raja Shan Jahan, Permaisuri Arjuman Banu Begum nan dikenal dengan Mumtaz Mahal atau Mumtaz ul Zamani, Gauhara Begum, Dinasti Mughal, dan makam. Sering pula dikaitkan dengan simbol cinta dan satu bentuk janji suci. Loh, kok bisa?
Adalah Raja Shan Jahan raja dari Dinasti Mughal, nan meminta pembangunan makam buat mengenang istri ketiganya, Mumtaz Mahal. Nama bangunan Taj Mahal disebut-sebut diambil dari nama sang istri, Mumtaz Mahal. Meski hanya menjadi istri ketiga, tapi Shan Jahan justru paling mencintai Mumtaz dibanding istri pertama dan keduanya.
Istri pertamanya Shan Jahan ialah Akbar Abadi Mahal, sedang istri keduanya bernama Kandahari Mahal. Namun, Shan Jahan lebih mencintai istri ketiganya, Mumtaz Mahal, cucu dari seorang bangsawan Persia .
Ketika Mumtaz Mahal sakit, Shan Jahan sedang berada di medan perang. Seiring waktu, sekembali dari peperangan, Mumtaz Mahal mengalami sekarat dan berada di ujung hidupnya. Saat sekarat itu, ia meminta suaminya menunaikan tiga permintaan. Shan Jahan pun berjanji menepati semua permintaan istri ketiganya itu, yakni:
- Berjanji membangun sebuah taj atau bangunan makam nan tiada bandingan
- Berjanji tidak menikah lagi
- Berjanji rutin berziarah ke makamnya secara teratur
Shan Jahan menyanggupinya. Dan sahih saja, ketika Mumtaz melahirkan anak ke-14 bernama Gauhara Begum, Mumtaz pun akhirnya meninggal dunia. Ia mati di usia menjelang 40 tahun.
Raja Shan Jahan sangat terpukul dengan kematian istri tercintanya itu. Ia mengurung diri berbulan-bulan. Dalam kesedihan nan mendalam, ia memutuskan membangun makam dalam bangunan megah Taj Mahal, nan kini menjadi bangunan bersejarah itu.
Keputusannya membangun taj menjadi satu bukti Raja Shan buat menunaikan janjinya pada istri ketiganya itu. Shan Jahan mengabadikan cinta sucinya dengan simbol pembangunan taj. Bahkan, pembangunan Taj Mahal pun melibatkan banyak orang dari berbagai negara.
Ada nan menyebut jika pembangunannya melibatkan seribu ekor gajah, 20 ribu pekerja, dan berbagai ahli. Seribu gajah digunakan mengangkut bahan-bahan nan diperlukan selama proses pembangunan.
Sedangkan para pekerja profesional di masa itu terdiri dari majemuk profesi. Mulai pakar batu, pakar membuat kubah, pakar kaligrafi, pakar pemahat, pakar kerajinan tangan, dan pengukir ternama. Mereka berasal dari seantero India, Persia, Turki, dan Irak.
Bangunan Taj Mahal dipercantik dengan 30 batuan latif dari berbagai wilayah Asia dan 43 jenis batu permata. Di dalamnya terpampang berlian, kristal, dan nilam. Bahan bangunan didatangkan dari seluruh India dan Asia Tengah.
Ada pula batu pasir merah ciamik, kristal dari China, batu pirus dari Tibet, safir dari Srilanka, kornelian dari Arab, lazuardi dari Afghanistan, serta berlian dari Panna. Bahkan, lantainya dibuat dari pualam bercahaya dari Rajasthan.
Bangunan itu terlihat begitu megah, mewah, dan gemerlap bermandikan warna. Komposisi bentuk dan garisnya tampak simetris sempurna. Buktinya, bila Taj Mahal dilihat dari sisi manapun bentuknya akan terlihat sama.
Selain konsep simetris, keindahannya dilengkapi gemerlap rona penuh pesona. Setiap hari warna-warna di dalamnya berubah sinkron waktu tertentu. Juga berganti saat pergantian musim.
Ada nan menyebut arsitek pembangunan Taj Mahal dibesut tangan terampil Ustadz Ahmad Lahouri. Ada pula dari Italia, Persi, dan Iran. Tapi dari majemuk versi, terbanyak mencatat nama Ustadz Ahmad Lahouri nan berasal dari India. Anak buah dari Raja Shan Jahan.
Selain melibatkan para ahlinya, bangunan megah itu juga dibalut dengan melibatkan ungkapan emosi dan seni arsitektur nan sangat memukau, kental dengan unsur arsitektur mewah terbaik dari Dinasti Mughal.
Bangunan itu menonjolkan padu padan antara budaya dan sejarah kekaisaran Islam Mughal nan pernah menguasai India. Beberapa karakteristik bangunannya terdapat pada kubah putih marmer, tatanan seni nan kompleks, serta adanya taman luas di huma hampir 23 hektare. Di sekitarnya terdapat area makam tambahan dan infrastruktur pengairan.
Perjalanan Cinta
Jauh sebelum didirikannya Taj Mahal , Shan Jahan nan punya nama lain Khurrum Shihab-ud-din Muhammad ialah pangeran dari Dinasti Mughal. Lahir di Lahore tahun 1592. Ia putra ketiga Kaisar atau Raja Jahangir. Shan Jahan mendapat gemblengan spesifik dari sang ayah sebab akan memegang kekuasaan di kemudian hari.
Di usia dewasa, Jahan diberi kepercayaan dari ayahnya buat memimpin pasukan perang. Ia bertempur buat memperluas daerah kekuasaan Dinasti Mughal. Setelah memimpin pasukan, Jahan menikahi dua wanita sebelum akhirnya memiliki istri ketiganya, Mumtaz Mahal.
Pertemuannya dengan Mumtaz diawali dalam sebuah perjalanan. Ketika itu Raja Jahan berjumpa dengan Mumtaz nan masih belia, sekitar 15 tahun. Tadinya, ia meminta buat menikahi gadis belia itu.
Namun, sebab Mumtaz masih dianggap kecil, Jahan diminta bersabar buat menantinya sampai Mumtaz dewasa. Jahan pun sabar menanti.
Penantiaan Jahan itu berbuah manis. Sekitar tahun 1612, ia resmi menikah dengan Mumtaz Mahal, cucu bangsawan Persia. Setelah resmi menikah, istri ketiganya itu dijuluki Mumtaz Mahal Begum.
Entah dasar apa, meski menjadi istri ketiga tapi Mumtaz Mahal justru justru mendapat cinta kudus yang tulus dari Jahan. Itu dibuktikan dengan perhatian dan afeksi nan besar dari Jahan. Bahkan kemana pun pergi, Jahan lebih memilih mengajak Mumtaz.
Sebaliknya, Mumtaz pun sangat setia dan memiliki cinta besar pada suaminya itu. Mumtaz menerima segala kondisi suaminya. Ia merasakan jatuh bangun bersama suami, saat suaminya belum memiliki kekuasaan penuh.
Sekitar tahun 1617, ayah Jahan memberi gelar tambahan Jahan Bahadur sebab keberhasilannya memperluas kekuasaan Dinasti Magul. Gelar itu pulalah nan membawa Shan Jahan berhak menduduki tahta sekaligus didaulat memegang tampuk kepemimpinan Dinasti Mughal nan kelima.
Rajutan tali asmara keduanya abadi hingga ajal menjemput sang istri. Bahkan, janji-janji Raja Jahan pada Mumtaz dipenuhi, meski Mumtaz telah tiada. Karena besarnya cinta itu, ia rela mendirikan bangunan megah, nan kini dikenal dengan Taj Mahal. Ada nan mencatat, makam Jahan pun berdampingan dengan istri ketiganya itu. Sama-sama berada dalam Taj Mahal.
Potong Tangan?
Taj Mahal sampai saat ini menjadi bangunan fenomenal di dunia. Belum ada bangunan nan mampu menyerupai atau menandingi keindahannya. Taj Mahal berada di Kota Agra.
Berada di sebelah utara kawasan Parradesh. Persisnya berada sekitar 200 km sebelah selatan Kota New Delhi, India. Di dekat area sungai Jumna atau Yamuna.
Ruang primer Taj Mahal berisi makam Mumtaz Mahal dan Raja Jahan. Selain ruang utama, ada pula gerbang utama, masjid, loka peristirahatan, dan taman. Banyak kaligrafi ayat-ayat Quran nan memukau. Kaligrafi di sekitar bangunan itu hasil karya pakar kaligrafi Persia bernama Amanat Khan.
Usai pembangunan Taj Mahal, arsitek primer Ustadz Ahmad Lahouri dipancung oleh Raja Jahan. Bahkan, seluruh pakar dan para pekerja nan terlibat dalam pembangunan itu dihukum pangkas tangan. Alasannya, Jahan tidak mau bila di kemudian hari ada bangunan nan mampu menyerupai atau bahkan menandingi Taj Mahal.
Namun, validitas catatan sejarah dipancungnya arsitek primer dan para pekerja nan dipotong tangan itu, perlu penelitian dan bukti lebih lanjut. Sahih tidaknya catatan tersebut, hal nan niscaya Taj Mahal selalu mengundang decak kagum para wisatawan sampai detik ini.