Sastra

Sastra

Seandainya kita mendapat tugas buat membuat makalah tentang bahasa Indonesia , tema apa nan akan kita pilih? Bahasa memiliki banyak unsur. Pembagian paling generik pada studi bahasa ialah linguistik dan sastra. Dari pengelompokan tersebut, lingustik dan sastra bisa menjadi tema buat membuat makalah.



Makalah Bertema Linguistik (Etimologi)

Studi linguistik merupakan studi tentang bahasa itu sendiri. Studi linguistik terdiri dari berbagai macam, yaitu etimologi (asal-usul kata), semantika, morfologi, sintaksis, fonologi, fonetika, leksikologi dan leksikografi, pragmatika, ilmu perbandingan bahasa, dialektologi, dan onomastika (ilmu nama).

Dari studi lingustik, etimologi merupakan studi nan cukup menarik dan populer buat dilakukan. Etimologi merupakan studi tentang asal-usul sebuah kata. Secara etimologi, kata “etimologi” berasal dari kata etymologie (dalam bahasa Belanda) nan bentuk awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu etymos (berarti kata) dan logos (yang berarti ilmu).

Sebuah kata nan diambil dari bahasa lain, memiliki kemungkinan buat diubah. Perubahan dilakukan agar dapat ditulis dan dilafalkan dalam bahasa nan baru. Contohnya ialah kata “etymologie”, nan menjadi kata “etimologi”. Bentuk suku kata “ty” dan “gie” tak digunakan dalam bahasa Indonesia, terlebih dalam “ty” tak ada huruf vokal sehingga tak dapat dilafalkan. Sebagai gantinya, suku kata “ty” diubah menjadi “ti” sinkron dengan penulisan lafal dalam bahasa Indonesia.



Etimologi sebagai Alat buat Mendefinisikan Suatu Kata

Dalam etimologi, terdapat istilah etimon, yaitu kata asal atau kata orisinil sebelum kata tersebut berubah penulisan dan lafal. Kata etymos merupakan etimon dari etimologi. Pencarian etimon sangat penting, sebab disinilah inti dari etimologi.
Arti krusial studi etimologi terutama buat mencari arti dan makna awal suatu kata.

Penelusuran arti dan makna kata bisa melalui penelusuran teks, maupun dengan melakukan studi linguistik lain seperti etnolinguistik maupun linguistik historis. Kegunaan dalam bahasa Indonesia, agar suatu kata bisa digunakan sinkron dengan arti dan maknanya. Sebuah kata nan tak digunakan sinkron arti dan maknanya bisa membuat sebuah kata menjadi ambigu. Bermakna ganda makna mempengaruhi keberhasilan penyampaian pesan .



Penyimpangan dan Pelebaran Makna Kata

Jika ingin membuat makalah bertema etimologi, topik nan bisa dipilih ialah sebuah kata nan sedang populer digunakan di masyarakat namun ternyata sebagian besar masyarakat salah menggunakan sebab tak mengetahui persis asal-usul katanya. Contoh kata nan dapat menjadi topik ialah kata “preman”. Kata partikelir berasal dari kata dalam bahasa Belanda yaitu vrijman nan berarti orang bebas.

Dalam bahasa Inggris, vrijman berubah menjadi freeman. Arti orang bebas ialah orang nan tak mempunyai ikatan, terutama ikatan dinas. Partikelir bisa pula berarti berpakaian bebas tanpa mengikuti anggaran penggunaan baju dinas. Polisi partikelir berarti polisi nan menggunakan baju bukan dinas (seragam). Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, vrijman sering disebutkan sebagai budak-budak nan telah dibebaskan sebagai orang merdeka .

Lalu mengapa arti dan makna partikelir menjadi orang nan suka berbuat kejahatan dan tindak kekerasan? Pembahasan tentang pelebaran makna (peyoratif) kata partikelir agaknya dapat menjadi sebuah topik makalah.

Sebuah studi linguistik bisa menggunakan banyak pendekatan metode nan berasal dari disiplin ilmu lain dan malah membentuk suatu studi baru bahasa. Studi linguistik menggunakan pendekatan ilmu antropologi bisa disebut sebagai Antropologi linguistik dan etnolinguistik. Studi linguistik menggunakan pendekatan ilmu sosial/sosiologi bisa disebut sebagai sosiolinguistik. Dalam pembahasan kata preman, hasil studi sosiolinguitik dan antropologi linguistik bisa digunakan sebagai suatu komparasi mengenai pelebaran makna kata partikelir .

Format atau bagan alur makalah tentang pembahasan preman, misalnya dimulai dengan pengantar atau pendahuluan. Bagian pendahuluan berisi arti-arti kata preman, yaitu partikelir nan berarti orang dalam kondisi bebas, dan partikelir sebagai orang nan getol melakukan tindak kejahatan. Contoh-contoh penggunaan kata partikelir dalam kalimat sebaiknya disertakan buat mengetahui bahwa disparitas arti kata partikelir bisa dilihat pada konteks kalimat dan kejadian peristiwa.

Pada pendahuluan diterangkan pula etimologi kata preman, dan kemudian dipertentangkan dengan arti kata partikelir nan telah mengalami pelebaran arti. Maka pertanyaan makalah nan muncul adalah: “Mengapa dan bagaimana kata partikelir nan bermakna orang dursila bisa muncul?”

Pertanyaan makalah kemudian dibahas berbagai data sejarah tentang penggunaan kata partikelir dari masa ke masa. Konteks sosial penggunaan kata partikelir harus menjadi perhatian sebab makalah tentang partikelir sedikit banyak menggunakan studi sosiolinguistik. Bagian akhir makalah merupakan konklusi dari pembahasan, sekaligus berisi jawaban dari pertanyaan nan diajukan pada bagian awal makalah.



Sastra

Peminat sastra sangatlah banyak dan berasal tak hanya dari akademisi bahasa saja. Makalah tentang bahasa Indonesia dengan bertema sastra tentu diminati oleh banyak orang, penyebabnya sebab kajian tentang sastra tak melulu harus menggunakan teori sastra. Pengkajian sastra bisa menggunakan pendekatan-pendekatan ilmu sosial lainnya, seperti filsafat, sosiologi, antropologi, dan jurnalisitik.



Antropologi sebagai Alat Pengkajian Sastra

Pengkajian sastra menggunakan ilmu antropologi dapat dilakukan terhadap novel-novel karya Ahmad Tohari. Salah satu cabang ilmu antropologi ialah etnografi. Etnografi bisa didefinisikan sebagai sebuah catatan atau pelukisan tentang sistem kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Etnografi juga bisa dipahami sebagai suatu cara buat mendesrkipsikan sistem kebudayaan tersebut. Novel-novel karya Ahmad Tohari sangat kental dengan pelukisan sistem kebudayaan suatu kelompok masyarakat.

Dalam novel “Bekisar Merah”, Ahmad Tohari bisa begitu detail mendeskripsikan kehidupan pengrajin gula kelapa tradisional, lengkap dengan pelukisan lingkungan alam loka para pengrajin itu tinggal. Pelukisan tentang kelompok masyarakat nan mendekati lengkap dilakukan juga oleh Ahmad Tohari dalam trilogi novel “Ronggeng Dukuh Paruk”.

Mendeskripsikan sistem kebudayaan masyarakat merupakan salah satu keahlian nan harus dimiliki oleh seorang antropolog. Walau tak pernah mengenyam pendidikan antropologi, namun narasi deskriptif nan dilakukan oleh Ahmad Tohari bisa tersusun begitu lancar, seolah-olah Ahmad Tohari merupakan bagian dari masyarakat nan ia deskripsikan.

Permasalahan nan bisa dimunculkan dalam makalah tantang bahasa Indonesia terkait novel karya Ahmad Tohari adalah: “Perbandingan pelukisan etnografi novel Bekisar Merah dengan novel Ronggeng Dukuh Paruk”. Hal-hal nan dibandingkan ialah seting lokasi, seting waktu, dan seting tokoh nan ada dalam masing-masing novel.
Pengkajian sastra bisa pula menggunakan ilmu jurnalistik, atau sebaliknya.



Jurnalistik Sastrawi

Dalam jurnalistik, terdapat suatu bentuk penulisan laporan jurnalistik nan sangat rumit, yaitu jurnalisme sastrawi. Bentuk laporan jurnalistik ini sedemikian rumitnya hingga tak semua wartawan (bahkan nan sudah senior sekalipun) bisa dengan mudah mebuatnya. Namu, laporan jurnalistik bergenre ini justru sangat mudah buat dipahami oleh pembaca.

Jurnalisme sastrawi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode liputan. Dua nan sangat krusial ialah metode jurnalisme invetigasi dan liputan mendalam. Hasil dari melakukan metode ini ialah fakta-fakta. Narasumber nan digunakan juga harus lengkap dan berimbang. Yang menjadi pembeda dengan karya jurnalistik lain, jurnalisme sastrawai disusun dari narasi-narasi deskriptif fakta-fakta nan ditemukan. Hubungan antara berbagai fakta akan menimbulkan banyak pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan nan muncul itulah nan terus digulirkan bersama dengan narasi fakta terus menerus. Artinya, dari hubungan antar fakta, menghasilkan pertanyaan, dan pertanyaan nan muncul tersebut harus dicari jawabannya dengan mengumpulkan fakta-fakta baru dan kemudian dinarasikan.

Narasi nan terus bergulir, kadang disertai dengan deskriptif, pada akhirnya akan membentuk sebuah karya tulis mirip dengan cerpen ataupun novel. Cerpen dan novel merupakan karangan fiksi, namun jurnalisme sastrawi merupakan karangan non fiksi nan dikemas seperti sebuah novel atau cerpen.

Jika akan membuat makalah tentan jurnalisme sastrawi, pertanyaan nan bisa dimunculan adalah: “seberapa efektif narasi sastra digunakan buat mejelaskan suatu fakta?”. Pada bagian pembahasan masalah, suatu fakta nan ditemukan pada karya jurnalistik umum, dibandingkan dengan fakta nan dinarasikan dalam sebuah karya jurnalisme sastrawi. Dari perbandingan tersebut akan muncul jawaban keefektifan penyajian fakta.

Bahan buat membuat makalah tentang bahasa Indonesia sangatlah banyak. Kemampuan buat menjaring bahan makalah tergantung dari kemampuan buat mengamati dan menemukan kenyataan berbahasa. Seharusnya ini mudah sebab bahasa Indonesia digunakan sehari-hari oleh orang-orang di sekitar kita.