Sanksi buat Keluar dari kebiasaan Masyarakat
Pandangan tentang pengertian sopan santun di Indonesia selama ini tak banyak mengalami perubahan sejak jaman penjajahan. Bahwa sopan santun ialah sikap menunduk, menempatkan diri di bawah orang nan dianggap miliki kedudukan di atasnya, mengagungkan mereka, diam dan tak melawan.
Pandangan ini agaknya cukup sinkron bila dipakai dalam interaksi majikan – pembantu atau jendral – kopral, itupun masih harus tetap memperhatikan Hak Asasi Manusia mereka sebagai individu, keluar dari semua itu sudah berubah nama menjadi penindasan.
Batasan dan Pengertian Sopan Santun
Ketika definisi sopan santun mulai banyak menuai disparitas pendapat, ada satu prinsip nan harus diperhatikan. Inti dari pengertian sopan santun ialah penghargaan terhadap orang lain serta hukum nan berlaku di sekitarnya. Mengenai cara dan batasan tentang definisi sopan santun sangatlah bergantung pada hukum adat atau kebiasaan masyarakat setempat, baik secara tertulis maupun tidak.
Sopan santun sendiri merupakan suatu tingkah laku nan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan, serta memiliki nilai nan natural. Sopan santun juga dikatakan sebuah konsep idealisme nan belum dapat dipahami.
Dalam pelaksanaannya, sopan santun merupakan sikap nan ditunjukan dari apa nan dirasakan, dilihat, dan dialami dalam kondisi dan situasi apapun. Sikap dalam sopan santun ini biasanya tercermin dalam beberapa perilaku, seperti senyum, menunduk, berbicara, hormat, dan taat pada peraturan.
Hal-hal tersebut sebagian besar dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia dalam konduite sopan santunnya. Dalam hal ini, konduite sopan santun setiap orang berbeda-beda. Hal tersebut dibedakan oleh lingkungan, adat, kebiasaan, dan aturan-aturan masyarakatnya setempat.
Contoh kecil: di Indonesia, mengucapkan salam atau bersalaman masuk dalam batasan atau definisi satu sopan santun nan berlaku. Tidak demikian dengan Tibet, menjulurkan lidah ialah suatu bentuk salam ketika bertemu.
Penanggung Jawab Sopan Santun
Rasulullah SAW menyampaikan dalam haditsnya bahwa “tarbiyatul ula, tarbiyatul ummahat” artinya pendidikan/tempaan pertama (bagi seorang anak) ialah pendidikan/tempaan (dari) Ibu.
Keluarga ialah sistem terkecil dalam sistem politik makro. Dipimpin oleh seorang kepala rumah tangga dan ibu serta anak-anak sebagai anggotanya. Dalam lingkup terkecil inilah kepribadian dibentuk dan pengertian sopan santun ditanamkan.
Mengacu pada Hadits Rasulullah SAW tentunya penanggung jawab terbentuknya karakter dan sopan santun ialah orang tua atau lebih spesifiknya lagi Ibu.
Bayangkan bagaimana bila kedua orang tua sibuk beraktivitas di luar rumah, otomatis kedekatan jiwa tidak akan dengan mudah terjalin begitu erat dan tidak sporadis hasil akhirnya karakter anak sudah di luar kontrol orang tua.
Lepas kendali sebab minimnya penanaman definisi sopan santun secara utuh dan benar. Maka ada baiknya orang tua membagi tugas dan menjalankannya dengan baik.
Keluarga merupakan loka nan baik dalam penanaman sopan santun dalam perkembangan anak. Tidak hanya sebagai guru awal terciptanya sopan santun dalam diri, tetapi juga sebagai citra konduite nan disebuat sopan santun tersebut.
Sosok kepala keluarga nan ditampilkan oleh seorang Ayah akan mengantarkan anak pada pengertian sopan santun kepada orangtua. Selain itu, sosok ayah juga bisa memberikan citra krusial mengenai rasa menghormati dan menuruti nasehat.
Ibu nan merupakan sosok pelindung dan penerang dalam keluarga juga bisa memberikan porsi lebih dari cerminan sopan santun dari ayah. Ibu nan biasanya lebih dekat dengan anak akan memberikan pengetahuan melalui cara nan dihiasi kasih sayangnya.
Itulah nan menjadi sebuah citra krusial pendidika sopan santun dalam keluarga.
Sanksi buat Keluar dari kebiasaan Masyarakat
Masyarakat Suku Jawa, mereka sangat menjunjung tinggi “karma inggil”nya. Karma Inggil ini akan terlihat ketika didapati individu nan lebih muda secara usia tak menggunakan karma inggil dalam berkomunikasi dengan mereka nan lebih matang secara usia. Hal ini kemudian akan diberikannya hukuman moral nan biasa diterima dalam bentuk pengucilan dari masyarakat atau hanya sekedar dipergunjingkan.
Inilah nan menjadi salah satu bukti bahwa sopan santun dalam masyarakat Indonesia pada umumnya sangat menjunjung tinggi nilai sopan santun dan kebiasaan nan ada.
Tidak secara tertulis memang sopan santun ditentukan dalam masyarakat. Akan tetapi, konduite sopan santun ini sedikit banyaknya telah memberikan imbas nan baik dalam masyarakat, sehingga konduite nan tak mencerminkan sopan santun akan mendapatkan hukuman eksklusif dalam masyarakat sekitarnya.
Sanksi nan diterima dampak dari ketidaksopanan seseorang akan berimbas pada penolakan dari masyarakat. Hal ini diakibatkan sopan santun nan menjadi kebiasaan masyarakat telah dilanggar oleh orang tersebut.
Tips Menjaga Sopan Santun Bila Anda Pendatang Baru
Pepatah berkata “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” ialah prinsip nan sangat tepat buat Anda pegang bila Anda seorang pendatang. Berikut ini tips mengorek batasan atau pengertian sopan santun setempat:
- Berbaik-baiklah dengan tetangga sekitar, kalau perlu antar makanan nan Anda masak buat tetangga, sebab ini akan menarik simpati mereka. Selain akan menarik perhatian, hal ini juga bisa menjadi suatu langkah buat memperkenalkan diri kepada masyarakat sekitar.
- Jangan buru-buru ambil sikap ataupun sekedar “angkat suara”. Kenali bagaimana mereka bersikap kepada nan lebih tua atau lebih muda, bagaimana mereka mengucapkan salam ketika berpapasan atau sekedar melewati warga nan sedang duduk – duduk di teras rumah, amati gaya bicara dan cara mereka menyampaikan pendapat.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian dan sikap berbeda-beda. Oleh sebab itulah, mengamati dan mempelajari kebiasaan-kebiasaan orang dalam lingkungan sekitar akan menjadikan Anda lebih mengenal norma-norma nan berlaku dalam masyarakat tersebut.
- Biarkan warga beradaptasi dengan “komponen tambahan” dalam lingkungan mereka. Biasanya mereka akan banyak mengamati tindak-tanduk Anda (tak sporadis pada hal-hal kecil juga). Singkat kata: biarkan mereka “menikmati” kehadiran Anda, jangan buru-buru tunjukkan diri.
Dalam hal ini, Anda dapat memperkenalkan diri Anda dengan mengirimkan makanan kepada tetangga, ikut berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, dan bersosialisasi nan baik dengan warga sekitar. Hal ini akan membantu Anda dalam proses penerimaan diri Anda oleh oranglain.
- Bila mereka sudah terbiasa dengan Anda dan merasa nyaman, sikap netral kemudian muncul. Disinilah Anda boleh masuk sebagai pribadi Anda sendiri (catatan: tetap jangan langkahi kebiasaan masyarakat).
Anda dapat melakukan hal-hal nan merupakan Norma diri Anda dengan tetap menjunjung tinggi kebiasaan masyarakat nan berlaku. Segala sesuatu nan Anda lakukan akan menjadi evaluasi oranglain. Semakin Anda baik, semakin baik pula konduite oranglain terhadap Anda. Dan jika sebaliknya, hukuman masyarakat biasanya akan diterima oleh Anda.
- Bila Anda mengalami masalah, rasa tak nyaman, dsb, maka sebelum mengkonfirmasi dengan pihak nan dipercaya dari warga sekitar (RT setempat atau tetangga), ada baiknya matangkan dulu bersama pasangan Anda.
Sikap diskusi dan keterbukaan dengan orang terdekat sedikitnya akan membantu mengurangi masalah dan ketidaknyamanan diri Anda. Hal ini juga akan membawa Anda buat berintropeksi diri ketika Anda melakukan hal-hal nan salah tanpa Anda sengaja.
Bersikap terbuka dan mendengar evaluasi oranglain terhadap Anda akan membantu memecahkan masalah dan juga dapat dijadikan sebuah solusi bagaimana Anda menyelesaikan masalah tersebut.
Tips menjaga kesopanan dalam masyarakat sebenarnya tak dapat dituliskan secara singkat. Menjaga kesopanan dalam masyarakat pada dasarnya bergantung pada sikap dan kepekaan Anda terhadap kebiasaan masyarakat nan berlaku.
Hal ini dikarenakan, sopan santun merupakan suatu sikap nan lahir dari dalam diri manusia. Baik buruknya sopan santun seseorang bergantung pada pemahaman dan pengetahuan diri terhadap sopan santun itu sendiri.
Demikianlah pembahasan mengenai sopan santun dalam masyarakat, semoga bermanfaat.