Terbang Bersama Mandala
Mandala Airlines ialah maskapai penerbangan partikelir nan cukup lama malang melintang di negara Indonesia. Maskapai ini dibentuk sejak tahun 1969 sekaligus sebagai pioner penerbangan komersial di Indoensia. Mandala juga ialah salah satu maskapai dengan kapital terkuat. Mandala mampu melewati masa krisis moneter nan melanda Indonesia, bahkan banyak maskapai-maskapai penerbangan nan gulung tikar, salah satunya ialah Adam air. Persaingan nan semakin ketat tidak membuat maskapai partikelir ini gentar. Bagi Mandala, maskapai nan lain itu merupakan suntikan motivasi buat melakukan segala sesuatunya semakin baik.
Perjalanan Langkah Mandala
Sejak awal berdirinya, Mandala Airlines sudah melayani 17 kota besar di Indonesia dengan menggunakan 10 buah pesawat boeing. Namun sekarang Mandala sudah mampu mengembangkan sayapnya lebih lebar lagi dengan melayani 25 kota besar di Indonesia. Langkah nan dilakukan oleh maskapai penerbangan satu ini cukup dapat ditiru. Mereka melayani penumpang dengan hati dan selalu ingin memberikan nan terbaik. Walaupun terkadang jadwal penerbangan sering juga tertunda, mereka berusaha tak terlalu mengecewakan para penumpang dengan memberikan sedikit makanan atau minuman kepada penumpangnya.
Madala menjadi salah satu pemersatu wilayah di Indonesia nan memanjang dari Aceh sampai dengan Papua. Bahkan sampai ujung paling barat Indonesia yaitu Kabupaten Marauke di Timur Indonesia. Inilah salah satu langkah perjuangan nan dilakukan oleh Mandala. Kalau tak ada Mandala, berapa ratus orang akan terlantar dan tidak terangkut oleh transportasi udara ini.
Pada 2006, Mandala Airlines mengistirahatkan pesawat boeingnya dan menggantinya dengan pesawat nan jauh lebih besar, lebih canggih dan lebih modern. Mandala bergabung dalam Cardig Internasional. Perusahaan ini ingin memposisikan sebagai pesawat dengan pelayanan nan terbaik buat para penumpang. Mandala mengubag sistem pemasaran dan gaya pelayanan terhadap para penumpangnya.
Armada Mandala
Pembelian 30 pesawat Airbus A320 dengan kapasitas kursi 180 buah dan Airbus A319 dengan kapasitas kursi 144 buah pada tahun 2007 dengan harga 2,3 miliar dollar ialah salah satu solusi terbaik. Hal ini dilakukan buat mengubah gambaran Mandala. Dari maskapai sederhana menjadi maskapai mewah namun tetap dengan harga nan terjangkau tetapi dengan fasilitas lengkap. Perubahan tersebut memang harus dilakukan agar tak tergencet dan wafat di tengah-tengah persaingan nan sangat ketat. Pihak Lion Air nan menjadi salah satu pesaing Mandala juga telah menandatangani beberapa kontrak buat memperbarui armada mereka.
Penumpang Indonesia semakin pintar dalam hal menentukan mana maskapai nan dapat memberikan pelayanan nan lebih baik. Kalau mereka kecewa atau ada pelayanan nan kurang baik, mereka lebih baik menunda berangkat daripada tak mendapatkan nan terbaik dari maskapai nan diinginkannya. Hal ini sangat disadari oleh pihak manajemen Mandala.
Pada 2007, Mandala Airlines mendapat sertifikat nomor satu sebagai pesawat dengan pelayan terbaik dari DSKU dengan meraih skor 181. Hal nan diprioritaskan oleh Mandala ialah menjadi maskapai penerbangan dengan pesawat nan mengutamakan keselamatan penumpang dan memberikan kenyamanan saat penerbangan. Untuk itu Mandala mengadakan kolaborasi dan mendapatkan sertifikasi IOSA dari IATA.
Hingga saat ini, yaitu tahun 2011 Mandala telah berusia 42 tahun dan telah memberikan nan terbaik buat Indonesia. Kini maskapai penerbangan Mandala berada di bawah kekuasaan Indigo Partners dan Cardig International sejak tahun 2006. Mandala selalu memanfaatkan rute penerbangan nan luas dengan brand nasional. Mandala selalu menjadi nan terdepan dalam menawarkan keamanan, kenyamanan, dan bisa diandalkan sebagai pesawat modern dengan harga nan ekonomis.
Mengingat keadaan ekonomi orang Indonesia nan semakin membaik, tak salah kalau maskapai penerbangan nasional ini tidak ingin kehilangan roti bisnis nan telah ada di depan mata. Mereka tak mau main-main dalam bisnis ini. Main-main hanya akan menyebabkan masyarakat tidak ingin menggunakan pelayanannya lagi.
Rute nan diambil oleh Mandala ialah Medan, Padang, Pekan Baru, Batam, Pangkalpinang, Jambi, Bengkulu, Semarang, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Kupang, Yogyakarta, dan Tarakan, Merauke, dan Biak. Pemesanan tiket bisa online langsung di situsnya atau langsung ke bandara. Dapat juga pesan di travel terdekat. Kemudahan mendapatkan tiket ini juga merupakan salah satu nan sangat dipikirkan oleh manajemen Mandala.
Terbang Bersama Mandala
Indonesia merupakan negara dengan taraf populasi penduduk nan tinggi dan wilayah negara nan sangat luas. Kondisi tersebut memungkinkan banyak peluang usaha di berbagai sektor. Salah satunya ialah bisnis transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Dari semua peluang ini, salah satu nan paling memikat ialah jasa transportasi udara. Walaupun butuh kapital sangat besar, tetapi investasi terus mengalir di sektor ini. Jumlah maskapai penerbang setiap tahun bukan berkurang, malah terus bertambah.
Dari sekian banyak perusahaan nan bergelut di bidang ini, salah satunya ialah Mandala. Perusahaan ini boleh dibilang perusahaan nan sudah banyak makan asam garam, dengan jam terbang lebih dari 40 tahun. Mereka mampu bertahan di tengah kompetisi nan sangat ketat dan kondisi perekonomian nan tak stabil. Sejumlah perusahaan seangkatannya, salah satunya Bouraq Airlines, sudah gulung tikar. Atau, Merpati Airlines nan nyaris bangkrut jika tak mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah.
Apa taktik Mandala?
Mandala Airlines mengalami kemajuan nan pesat setelah masuknya investor asing, Cardig International dan Indigo. Mereka mengambil alih kepemilikan saham dari TNI pada 2006. Hal ini menjadi penanda dimulainya berbagai perubahan drastis di tubuh perusahaan tersebut. Beberapa praktisi penerbangan mancanegara masuk ke perusahaan ini dan membenahi berbagai hal, mulai dari peralatan, fasilitas, sampai sumber daya manusianya. Dalam tempo nisbi singkat, Mandala nan sebelumnya tertatih-tatih, mampu bangkit dari keterpurukan. Sejumlah langkah strategis diyakini sebagai penyebab kebangkitan tersebut.
Di tangan pemegang saham nan sudah berpengalaman dalam industri penerbangan internasional, Mandala berubah menjadi pebisnis profesional. Mereka tidak lagi mengikuti cara-cara bisnis lokal nan cenderung tradisional dan terlalu lembek dalam menjalankan aturan. Kini, semuanya harus sinkron dengan mekanisme tanpa ada kompromi dan negosiasi. Tidak ada lagi cara-cara berbisnis suka atau tak suka. Yang ada hanyalah semuanya berdasarkan peraturan nan telah ditetapkan dengan jelas dan disepakati secara bersama-sama. Tidak ada pilih kasih, semua harus taat peraturan kalau kemajuan bersama akan diraih.
Termasuk, dalam hal keselamatan penerbangan. Pesawat-pesawat lama mulai dikandangkan dan diganti dengan pesawat baru. Sejak 2006, Mandala mendatangkan pesawat baru jenis Airbus, menggantikan Boeing nan sudah uzur.
Bukti keseriusan mereka dalam mengubah profil perusahaan, antara lain dengan kembali mendatangkan 25 pesawat baru keluaran Airbus mulai 2011 ini. Mandala konfiden dengan pesawat-pesawat baru, pelayanan akan membaik dan taraf keselamatan semakin terjamin. Biaya perawatan pun diyakini akan lebih efisien dengan hanya memiliki satu jenis pesawat saja. Spesifik buat perawatan pesawat, Mandala mengontrak perusahaan berstandar internasional di Singapura. Tidak cukup sampai di situ, demi keselamatan pula, Mandala merekrut 3 teknisi senior asal Prancis buat mengawasi masalah teknis pesawat.
Menuai Sukses
Berkat langkah-langkah strategis tersebut, Mandala terbukti dapat terhindar dari gejolak ekonomi nan tak stabil. Ketika perusahaan lain limbung, Mandala justru bersiap-siap buat go regional sebelum go internasional. Mereka merasa sudah cukup berhasil berkiprah di rute domestik dan akan terus meningkatkan rute domestik. Kapital itu sudah dikantongi Mandala, antara lain dengan prestasi sebagai satu-satunya maskapai penerbangan di Indonesia nan tak terkena embargo terbang ke Eropa. Padahal, sejumlah maskapai penerbangan primer negeri ini dilarang terbang ke sana.
Maskapai penerbangan senior ini juga mulai melakukan langkah strategis nan mendukung program asosiasi penerbangan internasional IATA. Antara lain dengan meluncurkan program Fly Carbon Free, atau program pengurangan emisi karbon. Program ini merupakan bagian dari kampanye Green Aviation nan dicanangkan IATA dan Mandala menjadi nan pertama di Indonesia. Langkah ini diyakini akan mendukung impian mereka menjadi salah satu maskapai penerbangan terkemuka di Asia dalam 10 tahun ke depan.
Dari sisi jumlah penumpang, data sejak 2008 lalu menunjukkan Mandala sukses menduduki peringkat ketiga terbanyak di bawah Garuda Indonesia dan Lion Air. Sebuah prestasi nan cukup baik mengingat selama beberapa dasa warsa terakhir, Mandala Airlines selalu terbelit berbagai masalah internal.
Memang sudah menjadi hukum alam, kalau berniat berubah, niscaya akan ada hasilnya!