Pencegahan
Salah satu masalah lingkungan hayati nan mulai diperbicangkan di tanah air dan global ialah masalah keberadaan hutan gundul. Keberadaan hutan seperti ini, memiliki peran nan sangat signifikan atas berbagai kenyataan lingkungan nan terjadi akhir-akhir ini.
Berbagai bala nan menyebabkan korban jiwa, salah satunya diakibatkan oleh munculnya kawasan hutan gundul di berbagai wilayah. Mulai bala tanah longsor, banjir bandang hingga rusaknya ekosistem binatang berawal dari semakin sedikitnya jumlah pohon nan ada di kawasan hutan.
Padahal, Indonesia merupakan kawasan nan menjadi pusat hutan dunia. Julukan paru-paru bumi, sempat diberikan kepada Indonesia sebab jumlah hutannya nan masih sangat luas. Keberadaan hutan nan cukup besar ini, diyakini mampu menjadi penyeimbang dan menyerap berbagai partikel berbahaya nan tersebar di muka bumi.
Kondisi ini didukung dengan kontur tanah Indonesia nan sangat subur. Sehingga di atasnya, berbagai jenis tumbuhan atau vegetaasi, tersebar sejak dari dasar samudera di dalam lautan, permukaan laut, pesisir, muara, dataran rendah, dataran menengah, hingga dataran tinggi dan pegunungan.
Hutan sendiri memiliki fungsi sebagai loka berkumpulnya berbagai macam flora dan fauna. Dan Indonesia nan memiliki hutan tropis memiliki kelebihan tersendiri, antara lain terdapatnya cadangan plasma nuftah atau keanekaragaman hayati. Bahkan, ada pendapat nan menyatakan bahwa kekayaan hidup di Indonesia, merupakan nan terbesar di dunia. Hampir sebagian besar spesies dunia, dapat dijumpai di kawasan ini.
Hal ini merupakan sebuah anugrah nan sangat besar bagi Indonesia. Sebab, secara kenyataan, luas daratan Indonesia hanya sejumlah 1,3 persen dari luas daratan holistik di muka bumi. Namun dari luas nan sangat terbatas itu, dalam hutan Indonesia terdapat 11 pesen spesies tumbuhan nan ada di muka bumi. 10 persen spesies mamalia dan 16 persen spesien burung, dapat dijumpai di Indonesia.
Sayangnya, kekayaan alam nan demikian besar ini tak dipelihara dengan baik. Hal ini terlihat dari data nan menunjukkan bahwa pada tahun 1950, luas hutan di Indonesia berjumlah 84 persen atau 162 juta hektar. Namun pada tahun 1985, jumlah hutan Indonesia tercatat hanya sekitar 119 juta hektar. Ini berarti terdapat penyusutan sekitar 27 persen dibandingkan tahun 1950.
Dan hal ini semakin memprihatinkan jika melihat data nan ada pada tahun 1997. dimana dari data nan dikeluarkan oleh World Resourcers Institute, terdapat temuan bahwa hutan di Indonesia sudah menyusut sebanyak 72 persen.
Pemerintah sendiri melalui Departemen Kehutanan Republik Indonesia, sudah membuat penetapan kawasan hutan. Dimana pada tahun 1950, kawasan nan ditetapkan seluas 162 juta hektar, pada tahun 1992 menurun menjadi hanya 118,7 juta hektar. Selanjutnya, pada tahun 2003 jumlah ini berkurang menjadi 110,0 juta hektar dan terakhir pada tahun 2005 ditetapkan sebanyak 93,9 juta hektar.
Dengan kondisi seperti ini, menunjukkan bahwa di Indonesia, keberadaan hutan semakin meyusut. Proses pendayagunaan dan penjarahan hutan selalu saja terjadi setiap waktu. Baik dengan cara formal berkedok kegiatan pengolahan hasil hutan ataupun dengan cara non formal misalnya illegal logging.
Padahal, kegiatan perusakan hutan tersebut sama saja dengan melakukan kegiatan bunuhu diri. Sebab, manusia secara tak disadari sudah membuat kehancuran secara permanen. Bukan hanya bagi ekosistem nan ada di Indonesia, namun juga buat dunia. berkurangnya jumlah hutan, sama halnya dengan pengurangan jumlah vegetasi secara tersistem. Sehingga, gudang-gudang klorofil nan menjadi produsen oksigen serta menyerap karbondioksida serta zat berbahaya lagi, menjadi dihilangkan.
Salah satu akibat nan dapat dirasakan dengan banyaknya hutan gundul di sekeliling kita saat ini ialah kelangkaan oksigen serta pemanasan global. Hampir di semua tempat, suhu mengalami peningkatan nan cukup signifikan. Bahkan berdasar penelitian, lapisan ozon sudah ditengarai semakin besar lubang kebiocorannya. Padahal, lapisan ozon ini memerlukan ribuan juta tahun buat membentuknya.
Bencana
Dengan kondisi hutan gundul, beberapa bala kerap muncul dan mengancam masyarakat nan tinggal di sekitar hutan tersebut. Salah satu nan sering timbul ialah ancaman banjir besar nan dapat terjadi ketika musim penghujan tiba.
Keberadaan pohon di hutan, memiliki peran besar dalam menahan genre air pada saat terjadi hujan besar. Melalui akar-akar pohon di hutan, genre air dapat diserap dan disimpan agar tak menimbulkan banjir. Akar ini juga bermanfaat buat menyimpan cadangan air, sehingga ketika musim penghujan tak menyebabkan kekeringan bagi masyarakat.
Selain bahaya banjir, ancaman tanah longsor kerap mewarnai mereka nan tinggal di bawah perbukitan gundul. Dengan ketiadaan pohon, lapisan tanah menjadi bebas dan tak ada unsur nan mengikatnya. Akibatnya, ketika terjadi hujan besar lapisan tanah menjadi ringkih dan tak dapat saling mengikat antar lapisannya. Inilah nan kemudian menyebabkan terjadinya tanah longsor dan membahayakan masyarakat nan tinggal di bawahnya.
Inilah bahaya-bahaya nan dapat ditimbulkan dampak hutan gundul. Namun, berbagai bala tersebut seringkali tak menjadikan manusia merasa sadar akan tindakannya nan salah dengan membabat hutan di Indonesia.
Tingginya nilai komoditi hutan, merupakan salah satu faktor nan menyebabkan banyak pihak mengabaikan akibat negatif nan dapat ditimbulkan sebab perusakan hutan tersebut. Selain itu, belum begitu kuatnya peran pihak nan berwenang dalam mencegah setiap perusakan tersebut menjadi pendorong kuat tetap berlangsungnya praktek perusakan tersebut.
Pencegahan
Agar tak terjadi akibat negatif nan lebih besar, kiranya dibutuhkan beberapa langkah konkret nan terintegraasi dari masing-masing pihak. Tujuannya, agar semua langkah nan dilakukan dapat saling mendukung dan tak saling bertabrakan antara satu sama lainnya.
Salah satunya ialah peran dari pemerintah sebagai pihak nan membuat regulasi mengenai pengelolaan hutan. Dengan ketegasan dari pemerintah, diharapkan semua pihak nan memiliki niat buat melakukan perusakan hutan dapat berpikir dua kali. Salah satunya dengan menimbulkan imbas jera seperti memberikan sanksi nan sangat berat bagi mereka nan tertangkap melakukan perusakan hutan.
Hal ini diperlukan sebab dari fenomena nan ada sebagian besar pelaku perusakan hutan melakukan sebab tak adanya sanksi nan bersifat membuat jera. Akibatnya, ketika mereka selesai menjalani proses hukum tak akan ragu buat melakukannya lagi.
Langkah pencegahan lain nan dapat dilakukan buat megindari kerusakan hutan ialah dengan mengajak masyarakat nan ada di sekitar hutan. Mereka perlu diberikan pencerahan mengenai arti krusial hutan bagi kehidupan dan terutama buat mereka. Jika pencerahan ini dapat dimunculkan, maka mereka akan memiliki kemauan buat ikut menjaga kelestarian hutan dari pihak nan tak bertanggung jawab.
Langkah lain nan dapat dilakuan buat menjaga keletarian hutan ialah dengan melakukan penanaman kembali hutan gundul. Hal ini perlu dilakukan secepatnya, agar tanah di bekas hutan tersebut masih tetap terjaga kesuburannya. Pohon nan dipilih dapat menggunakan jenis pohon nan memiliki ciri seperti hutan alam dan memiliki nilai ekonomi. Dengan demikian, akan merangsang masyarakat buat turut dalam proses pengembangan tanaman hutan tersebut, sebab dapat memberikan kegunaan bagi mereka. Jenis tanaman nan dapat dipilih buat melakukan penghijauan kembali misalnya tanaman jabon atau juga sengon nan cukup kuat akarnya dan memiliki nilai ekonomi tinggi.