Satu Contoh Cerita Abu Nawas
Cerita Abu Nawas ialah salah satu cerita paling melegenda di dunia. Terlebih bagi mereka para umat muslim. Cerita Abu Nawas ini lahir dari seorang tokoh nan bernama Abu Nawas. Lelaki itu ialah salah satu pujangga Arab nan cukup terkenal di negaranya maupun dunia. Tokoh ini selalu hadir di cerita seribu satu malam nan terkenal dari negara Arab.
Nama lengkap lelaki ini ialah Abu Nuwas al-Hasan ben Hani Al-Hakami. Tokoh pujangga Arab ini lahir pada 756 dan meninggal pada 814. Ia lahir dari pasangan berkebangsaan Persia. Selama hidupnya, Abu Nawas terkenal sebagai penyair nan handal dalam beberapa aliran puisi sekaligus.
Sebelum menjadi penyair terkenal, diceritakan bahwa Abu Nawas ialah seorang pecandu alkohol. Dia kemudian bertobat dan berubah menjadi seorang pujangga dengan karya-karya nan luar biasa. Dia tak hanya pakar dalam satu genre saja, tapi hampir semuanya.
Latar Belakang Kehidupan Pujangga Pembuat Cerita Abu Nawas
Abu Nawas datang dari keluarga nan sederhana. Ibunya ialah seorang penjual berang-barang kelontong. Abu Nawas dan keluarga pindah ke Baghdad. Kepindahannya ke Baghdad semakin membuatnya terkenal. Abu Nawas terkenal sebab puisi nan ditulisnya bertema jenaka dan cerdas.
Puisi-puisi nan ditulis Abu Nawas umumnya berisi tentang objektivitas seksual. Humor nan ditawarkan Abu Nawas memang cenderung cabul. Cara penulisannya dan jenis puisi nan sering ditulisnya kerap kali mendapat cemooh dari masyarakat luas. Hal nan menarik dari Abu Nawas ialah ia merupakan penyair pertama dan satu-satunya nan berani menulis tentang masturbasi.
Sebagai seorang penyair nan merasa bebas menuliskan tentang apa pun, Abu Nawas justru terjebak dalam situasi nan menyulitkan. Beberapa karyanya nan mengandung politik menjerumuskannya dalam situasi dan keadaan nan sulit. Ia terpaksa harus menjauh dari keluarga dan pindah ke Mesir.
Keahlian Abu Nawas dalam meramu kata-kata sudah sangat diakui oleh para kritikus. Ia dinobatkan sebagai penyair terbesar dalam Islam. Abu Nawas menuliskan dengan jujur perasaan terdalamnya, dan itu ialah hal nan sulit dilakukan oleh para penyair besar sekalipun. Kejujurannya dalam mengungkapkan berbagai rasa dalam karya sastranya justru memberikan akibat jelek baginya.
Cerita hayati Abu Nawas sungguh dramatis, berbeda dengan cerita-cerita Abu Nawas nan dikarangnya. Dengan segala kejenakaan karya-karyanya, Abu Nawas memiliki kehidupan nan sama sekali tak jenaka. Hidupnya berakhir tragis di penjara. Menurut cerita, Abu Nawas meninggal sebab dibunuh oleh Ismail bin Abu Sehl. Ismail memberikan Abu Nawas racun.
Cerita Abu Nawas dalam Kisah 1001 Malam
Cerita perjalanan hayati Abu Nawas menginspirasi banyak orang buat membuat cerita tentangnya. Dalam setiap cerita nan dihadirkan, Abu Nawas selalu diciptakan sebagai orang nan konyol dan memiliki selera humor nan tinggi.
Abu Nawas ialah salah satu dalam cerita Seribu Satu Malam. Abu Nawas tak sendiri, ia bersama Ali Baba dan Sinbad ialah orang-orang nan hadir dalam cerita Seribu Satu Malam. Cerita Seribu Satu Malam ini berisi banyak sekali cerita. Cerita-cerita tersebut dibedakan dalam segi cerita. Ada cerita tentang cinta, tragedi, komedi, dan puisi. Cerita Abu Nawas selalu dikategorikan dalam cerita lawak nan sarat makna dan pelajaran hidup.
Bermula dari cerita Seribu Satu Malam itulah, cerita mengenai Abu Nawas terus berkembang. Cerita ini dilahirkan dan diciptakan oleh para pengarang-pengarang dunia. Mereka menciptakannya dan mengembangkannya dengan tanpa batas. Hingga kini, Abu Nawas tetap abadi dan melegenda. Cerita tentangnya tak pernah terlindas zaman.
Satu Contoh Cerita Abu Nawas
Setelah mengetahui kehidupan sang pujangga, mari simak 1 buah cerita Abu Nawas berikut ini. Kisah di bawah ini diambil dari kisahpetualanganabunawas.blogspot.com.
Cerita Abu Nawas : “Raja Nyaris Terbunuh”
Pada suatu hari, Abu Nawas berjalan-jalan hingga ke kampung Badui di daerah gurun jauh dari kota loka tinggalnya. Sesampainya di loka tersebut, ditemuinya ada beberapa orang nan sedang memasak bubur, suasananya ramai sekali.
Tanpa disadarinya, ia ditangkap oleh orang-orang itu dan dibawa ke rumah mereka buat disembelih.
“Kenapa saya ditangkap?” tanya Abu Nawas.
“Wahai orang asing, setiap orang nan lewat di sini niscaya akan kami tangkap, kami sembelih seperti kambing dan dimasukkan ke belanga bersama adonan tepung itu. Inilah pekerjaan kami dan itulah makanan kami sehari-hari,” jawab salah seorang dari mereka sambil menunjuk ke belanga nan airnya mendidih.
Abu Nawas ketakutan juga. Namun meski keadaan sedang terjepit, ia masih sempat berpikir jernih. “Kalian lihat saja, badanku kurus kering, jadi dagingku tidak banyak. Kalau kalian mau besok saya bawakan temanku nan badannya gemuk sehingga dapat kalian makan buat 5 hari lamanya. Aku berjanji, maka tolong lepaskan aku,” pinta Abu Nawas. Karena janjinya itu, Abu Nawas akhirnya dilepaskan.
Di sepanjang jalan Abu Nawas berpikir keras buat menemukan siasat agar dirinya sukses membawa teman nan gemuk. Terlintas olehnya Baginda Raja. "Seharusnya Raja tahu akan warta nan tak mengenakkan ini, dan alangkah baiknya kalau Baginda Raja mengetahui sendiri," gumannya dalam hati.
Abu Nawas segera saja masuk ke dalam istana buat menghadap Raja. Dengan berbagai bujuk rayu, akhrinya Abu Nawas sukses mengajak Baginda Raja ke kampung badui tersebut.
Sesampainya di kampung badui tersebut, si pemilik rumah tanpa banyak bicara langsung saja menangkapnya. Abu nawas segera meninggalkan loka itu dan dalam hati dia berpikir,
"Jika Raja pintar, niscaya pasti dia akan dapat membebaskan diri. Tapi kalau bodoh, akan matilah ia sebab akan disembelih orang dursila itu."
Sementara itu, didalam rumah Baginda tak menyangka akan disembelih. Dengan takutnya dia berkata,
"Jika membuat bubur, dagingku ini tidaklah banyak sebab banyak lemaknya. Tapi jika kalian izinkan, kalian akan saya buatkan peci kemudian dijual nan harganya jauh lebih mahal ketimbang harga buburmu itu."
Akhirnya mereka menyetujuinya. Baginda telah beberapa hari tak terlihat di istananya, ia bekerja keras buat membuat peci buat orang badui itu. Namun pada akhirnya beberapa hari ke depan Baginda dibebaskan oleh para pengawalnya.
Setelah Baginda dibebaskan, barulah Abu Nawas dipanggil buat mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Abu Nawas dianggap telah mempermalukan rajanya di muka rakyatnya sendiri.
"Wahai Abu Nawas, engkau ini benar-benar telah mempermalukan aku, perbuatanmu sungguh tak pantas dan kamu harus dibunuh," ujar Raja Harun geram.
"Ya Tuanku, sebelum hamba dihukum, perkenankan hamba menyampaikan beberapa hal," kata Abu Nawas membela diri.
"Baiklah, tetapi kalau ucapanmu salah, pasti engkau akan dibunuh hari ini juga," ujar Baginda Raja.
"Wahai Tuanku, alasan hamba menyerahkan kepada si penjual bubur itu ialah ingin menunjukkan fenomena di dalam masyarakat negeri ini kepada paduka. Karena semua kejadian di dalam negeri ini ialah tanggung jawab baginda kepada Allah SWT kelak. Raja nan adil sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya," kata Abu Nawas.
Setelah mendengar ucapan Abu Nawas nan demikian, hilanglah rasa amarah baginda Raja. Dalam hati beliau membenarkan ucapan Abu Nawas tersebut. "Baiklah, engkau saya ampuni atas semua perbuatanmu dan jangan melakukan perbuatan seperti itu lagi kepadaku," tutur baginda raja.
Itulah informasi seputar cerita Abu Nawas dan pujangga nan mengarangnya. Semoga bermanfaat!