Catatan Sejarah AC Milan Lainnya

Catatan Sejarah AC Milan Lainnya

Associazione Calcio Milan, atau terkenal dengan nama singkatannya, AC Milan , atau lebih singkat lagi, Milan, ialah salah satu klub elite di Italia.

Klub berjuluk I Rossoneri (Si Merah dan Hitam) ini telah meraih 18 gelar kampiun internasional nan diakui UEFA dan FIFA, hanya di bawah Boca Juniors sebagai peraih terbanyak gelar internasional. Milan meraih empat gelar dunia, tiga Piala Interkontinental, dan satu Piala Global Antarklub FIFA.

Klub nan juga dijuluki il Diavolo (Si Setan) ini meraih tujuh gelar Piala/Liga Champions (hanya kalah dari Real Madrid), memegang rekor lima kali kampiun Piala Super UEFA, dan dua kali kampiun Cup Winners’ Cup.

Di perserikatan domestik, Milan meraih 17 scudetto (juara Seri A), urutan ketiga setelah Juventus (27 gelar) dan Inter Milan (18 gelar). Klub ini bermain di San Siro, nan juga terkenal sebagai Stadion Giuseppe Meazza (berkapasitas 80.074 loka duduk), berbagi dengan Inter. Pemiliknya ialah Silvio Berlusconi, nan juga Perdana Menteri Italia.



Sejarah AC Milan - Pecah

AC Milan didirikan sebagai sebuah klub kriket pada 1899 oleh ekspatriat Alfred Edwards dan Herbert Kilpin, nan berasal dari Nottingham, Inggris. Sebagai penghormatan, nama klub ini memakai pengucapan Inggris, bukan pengucapan Italia, yakni Milano. Milan meraih gelar pertama di Perserikatan Italia pada 1901 dan meraihnya lagi pada 1906 dan 1907.

Pada 1908, gara-gara ketidaksepakatan mengenai perekrutan pemain asing, klub ini pecah menjadi dua, AC Milan dan Internazionale. Perpecahan itu membuat Milan puasa gelar hingga musim 1950-51. Pada 1963, Milan meraih gelar kampiun level Eropa buat pertama kali setelah mengalahkan Benfica di final. Sukses ini diulangi pada 1969, diikuti gelar kampiun Piala Interkontinental di tahun itu.

Setelah Gianni Rivera pensiun, prestasi Milan anjlok. Pada 1980, Milan bahkan terlibat skandal Totonero (skandal perjudian dan penentuan hasil pertandingan) dan sebagai sanksinya didegradasi ke Seri B. Dengan cepat Milan kembali naik ke Seri A, tetapi turun lagi ke Seri B sebab menduduki urutan ketiga dari bawah.



Sejarah AC Milan - Skandal

Pada 1986, pengusaha Silvio Berlusconi mengambil alih klub ini dan dengan segera menanamkan banyak uang. Milan kemudian mengangkat Arrigo Sacchi sebagai instruktur dan merekrut trio Belanda, Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard. Itulah saat awal masa keemasan dalam sejarah Milan.

Dengan trio terkenal itu, Milan meraih lima trofi Perserikatan Champions, lima Piala Super Eropa, dua Piala Interkontinental, dan satu Piala Global Antarklub. Bersama trio Belanda itu, Milan sempat dijuluki The Dream Team .

Pada 2006, Milan kembali terlibat skandal di Seri A bersama empat klub lainnya, yakni dalam pengaturan skor akhir pertandingan. Akibatnya, Milan mengalami mutilasi 15 poin dan gagal lolos ke Perserikatan Champions. Akan tetapi, mutilasi itu kemudian dikurangi menjadi tujuh poin saja dan Milan lolos ke Perserikatan Champions. Hebatnya, Milan kemudian menjadi kampiun Perserikatan Champions pada musim itu.



Catatan Sejarah AC Milan Lainnya

Assocoazione Calcio Milan atau AC Milan merupakan salah satu klub besar sepak bola di Italia. Klub nan berasal dari kota Milan ini termasuk salah satu klub tersukses di Italia. Kesuksesan klub nan bermarkas di Stadion San Siro ini tercatat dalam catatan sejarah AC Milan. Tercatat, AC Milan telah menjuarai Serie A sebanyak 18 kali dan Piala Italia sebanyak 5 kali.

Dalam sejarah AC Milan, klub ini didirikan pada 1899. Klub ini didirikan oleh dua orang nan berkebangsaan Inggris, yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards. Awalnya, klub ini diberi nama Klub Kriket dan Sepak Bola Milan pada 16 Desember 1899. Saat itu, Edwards menempati posisi presiden klub pertama Milan, sedangkan Kiplin menjabat sebagai kapten pertama Milan.

Pada musim 1901, AC Milan mencatatkan sejarah dengan meraih gelar pertama sebagai kampiung sepak bola Italia. Namun, pada 1908, sebagian pemain Milan nan berasal dari Italia dan Swiss tak menyukai penguasaan pemain Inggris dan pemain Italia lainnya nan ada dalam skuad inti. Oleh sebab itu, pemain nan tak menyukai penguasaan itu membentuk klub saingan nan bernama Internazionale Milan.

Pada era 1950-an, AC Milan menjadi klub nan ditakuti sebab saat itu Milan memiliki trio GreNoLi, yaitu Gunnar Gren, Gunnar Nordahl, an Nils Liedholm. Trio pemain Milan ini berasal dari Swedia.

Pada musim 1961/1962, AC Milan kembali merebut kampiun perserikatan sepak bola Italia. Saat itu, AC Milan dilatih oleh Nereo Rocco. Dalam catatan sejarah Milan, Noreo Rocco merupakan sosok instruktur inovatif nan menemukan strategi catenaccio (pertahanan berlapis). Pada masa kepelatihan Noreo Rocco, Milan meraih gelar piala champion pertama.

Pada musim kompetisi 1978/1979, klub nan berjuluk Rossoneri ini meraih gelar scudetto nan kesepuluh. Namun, pada musim 1979/1980, Milan dipaksa turun kasta ke Serie B bersama Lazio sebab terbukti ikut terlibat dalam skandal perjudian.

Pada musim kompetisi 1980/1981, AC Milan dengan mudah menjuarai Serie B dan sukses promosi ke Serie A. Namun, pada musim 1981/1982, AC Milan kembali dipaksa turun kasta sebab kasus nan sama.



Era The Dream Team AC Milan

Banyaknya masalah nan menimpa AC Milan, membuat taji dan kesuksesan AC Milan luntur. Pada saat Milan dalam keadaan nan terpuruk, AC Milan dibeli oleh pengusaha Italia nan bernama Silvio Berlusconi. Masuknya Berlusconi sebagi pemilik Milan, membuat secercah cahaya buat membuat AC Milan bangkit kembali buat merajai kompetisi sepak bola Italia.

Setelah Berlusconi masuk, pengusaha Italia ini memboyong instruktur Arrigo Sacchi dan tiga pemain Belanda, yaitu Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit. Selain tiga pemain asal Belanda ini, Berlusconi pun membeli pemain lain, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli. Langkah merekrut pemain berkelas nan dilakukan Berlusconi ini dilakukan buat mengembalikan masa kejayaan AC Milan.

Sejak dilatih oleb Arrigo Sacchi, AC Milan meraih gelar kampiun Serie A pada musim 1987/1988. Selanjutnya, pada musim kompetisi 1988/1989, Milan sukses meraih gelar Piala Champions ketiganya. Selanjutnya, Milan pun mengulangi kejayaan pada musim berikutnya.

Saat Arrigo Sacchi meninggalkan AC Milan buat melatih Tim Nasinal Italia, posisi instruktur AC Milan ditempati oleh Fabio Capello. Pada masa kepelatihan Fabio Capello, AC Milan meraih masa keemasannya nan kemudian mendapatkan julukan The Dream Team .

Julukan The Dream Team ini didapatkan Milan sebab Milan tak terkalah sepanjang kompetisi sepak bola. The Dream Team Milan ini dihuni oleh pemain nan hebat, yaitu Franco Baresi (Bek), Paolo Maldini (Bek), Costacurta (Bek). Di posisi gelandang, ada nama Marcel Desaily, Donadoni, dan Ancelotti. Sementara itu, di posisi penyerang, ada Dejan Savicevic, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro.

Setelah Fabio meninggalkan AC Milan pada 1996, posisi instruktur diberikan kepada Oscar Tabarez. Namun, kepelatihan Tabarez tak menghasilkan hasil nan maksimal. Hal ini membuat AC Milan memanggil kembali Arrigo Sacchi buat menggantikan Oscar Tabarez.

Namun, setelah Arrigo Sacchi kembali menggantikan Tabarez, Milan mengakhiri musim kompetisi Serie A 1996/1997 di posisi ke-11. Pada musim kompetisi 1997/1998, posisi Sacchi digantikan kembali oleh Fabio Capello. Periode kedua kepelatihan Fabio Capello, Milan merekrut pemain nan memiliki nilai potensial pada masa itu, seperti Leonardo, Christian Ziege, dan Patrick Kluivert. Namun, usaha mendatangkan pemain bintang nan dilakukan AC Milan tak berakhir manis.

Pada musim kompetisi Serie A 1997/1998, AC Milan hanya finish diurutan ke-10. Hasil nan diraih AC Milan ini membuat posisi Fabio Capello dipecat sama dengan nasib Arrigo Sacchi. Setelah Fabio Capello dipecat, AC Milan mencari instruktur baru. Akhirnya, pencarian pelatihan berakhir dengan direkrutnya instruktur baru, Alberto Zaccheroni nan berasal dari Udinese. Masuknya Zaccheroni, diikuti dengan masuknya Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg nan merupakan pemain Udinese saat dilatih Zaccheroni .

Selain itu, AC Milan pun mendatangkan Roberto Ayala, Luigi Sala, dan Andres Giuly. Pada era kepelatihan Alberto Zaccheroni, AC Milan sukses meraih gelar scudetto ke-16 pada musim kompetisi Serie A 1999/2000. Namun, pada musim berikutnya, Alberto Zaccheroni tak sukses meraih gelar. Akhirnya, instruktur nan berhasil bersama Udinese ini dipecat.

Setelah Zaccherono dipecat. Posisi instruktur AC Milan ditempati Cesare Maldini nan tidak lain ayah dari kapten AC Milan, Paolo Maldini. Posisi Cesare Maldini pun tak kondusif dan akhirnya Cesare Maldini dipecat. Selanjutnya, posisi Cesare Maldini digantikan oleh Fatih Terim. Namun, dalam kepelatihan Fatih Terim, AC Milan pun tak bisa meraih kesuksesan.

Posisi Fatih Terim kemudian digantikan oleh Carlo Ancelotti. Era kepelatihan Carlo Ancelotti sukses membawa Milan meraih gelar Piala Champions pada musim kompetisi 2002/2003 dan pada musim kompetisi Serie A 2003/2004, Carlo Ancelotti sukses membawa AC Milan menjuarai kompetisi Serie A sekaligus memposisikan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di kompetisi Serie A.

Setelah Carlo Ancelotti tak melatih AC Milan sebab hijrah ke Chelsea, posisi instruktur AC Milan pada musim 2008/2009 ditangani oleh mantan pemain Milan, Leonardo. Pada masa kepelatihan Leonardo, AC Milan kehilangan beberapa pemain, di antaranya Kaka nan pindah ke Real Madrid, Paolo Maldini nan memutuskan buat pensiun, dan Yoann Gourcuff nan memutuskan buat bertahan di Bordeaux.

Saat melatih AC Milan, Leonardo gagal mempersembahkan gelar buat klub nan dilatihnya itu. Setelah Leonardo memutuskan buat mundur, tongkat kepelatihan AC Milan pindah ke tangan Massimiliano Allegri.

Musim kompetisi Serie A 2010/2011, Massimiliano Allegri mengawali debutnya sebagai instruktur Milan. Pada masa kepelatihan Allegri, Milan merekrut Zlatan Ibrahimovic dari Barcelona dan Robinho dari Manchester City.

Pelatih Massimiliano Allegri akhirnya sukses membawa AC Milan menjadi scudetto kompetisi Serie A musim 2010/2011. Scudetto nan diraih AC Milan pada masa Massimiliano Allegri merupakan gelar scudetto AC Milan nan ke-18.

Itulah instruktur AC Milan dari masa ke masa. Ada instruktur nan sukses meraih kesuksesan, ada juga nan minim prestasi. Namun, terlepas dari semua hal itu, banyak catatan sejarah nan diukir pelatih-pelatih tersebut melatih AC Milan.