Tema Studi Islam
Berbeda Tapi Tak Harus Bermusuhan
Tidak boleh ada nan berpendapat bahwa ia ialah mahluk nan paling baik dan paling suci. Hanya Allah Swt nan tahu kedudukan seorang hamba di sisi-Nya. Kalau ada nan mengatakan bahwa akidah seseorang telah rusak, dari sisi mana ia mengungkapkan hal itu. Kerusakan itu sendiri mempunyai indikasi dan kriteria nan tak dapat dihakimi begitu saja. Ketika ada orang nan mendatangi orang pintar dengan meminta bacaan eksklusif dan dirajah di suatu media. Lalu media itu digantung di pintu rumahnya, ini baru dapat dikatakan kalau akidah orang ini rusak.
Tetapi kalau ia mempelajari ilmu-ilmu nan dianggap tak sejalan dengan Islam, misalnya ia mempelajari tentang teknik berjudi dengan tujuan agar dapat menghindarkan diri dari perjudian, akidahnya tak rusak. Selama ia tahu bahwa nan ia pelajari itu buakn dengan tujuan nan jahat. Apabila ada orang nan berteman dengan orang-orang non muslim dan mempelajari ilmu mereka, selama ia tak larut dalam pergaulan itu dan menjaga dirinya sebagai seorang muslim, akidahnya tak dapat dikatakan telah rusak.
Apalagi kalau ia hanya mengatakan bahwa ia berpendapat kalau doa qunut itu bukan bagian dari rukun sholat dan bahwa tak batal bersentuhan dengan suami atau istri dalam keadaan berwudhu. Disparitas ini seharusnya tak perlu menimbulkan perpecahan. Ketik adalam satu keluarga besar. Satu keluarga inti tak setuju dengan adanya acara yasinan bagi orangtua mereka nan meninggal, keluarga nan lain, tak harus membenci. Saling menghargai dan menghormati saja.
Pasti ada perasaan tak enak. Namun, ketika pemahaman memang berbeda, maka tak dapat dipaksakan. Tidak banyak orang nan dapat mengendalikan perasaan dan emosinya. Perdebatan kusir niscaya tidak terelakan. Orang nan mengerti hukum berdebat, niscaya akan menghindarinya sebab tak akan ada nan mengalah ketika telah berpikir tentang menang kalah dalam berdebat. Berbeda ketika nan dikedepankan ialah diskusi dan musyawarah buat mufakat.
Permasalahan umat ini memang sangat kompleks dan rumit. Banyak hal nan mempengaruhi cara pandang dan cara mengelola hati. Para pemuka agama pun terkadang malah terlihat dan terlibat dalam perselisihan nan sangat sengit sehingga menghalangi mereka buat sholat berjamaah. Ketika nan dikedepankan ialah ketinggian hati, maka tak ada masalah nan dapat dipecahkan. Berbeda kalau masing-masing berusaha memahami dan mengerti dan tak mau bertengkar, maka kedamaian akan tercipta.
Jangankan dalam masyarakat nan lebih luas. Dalam satu keluarga inti pun kontradiksi itu niscaya ada. Seorang ibu nan sangat berpegang pada budaya dan adat niscaya akan mendapatkan kontradiksi dari anak-anaknya nan telah melek ilmu agama. Niscaya akan terjadi perselisihan paham sehingga menjauhkan mereka dari kebersamaan. Bukannya tak mungkin bahwa sang anak tak merasa disayang dan tak merasa menjadi bagian dari ibunya.
Tidak dapat mengatakan bahwa seseorang itu telah mengerti agamanya kalau belum terlihat bagaimana caranya mengatasi masalah itu. Orang nan sering mengaji atau beribadah saja mungkin tak mendapatkan loka nan tinggi di sisi Allah Swt kalau ternyata ia tak berilmu. Semua hal itu harus dilakukan berdasarkan ilmu. Tanpa adanya ilmu, maka ibadah nan dilakukan dapat saja tertolak. Mengetahui dan mempelajari agama ini tak dapat setengah-setengah.
Agama Itu Mencerahkan
Padahal agama harus juga dipandang sebagai perangkat-perangkat kerangka berpikir moralitas dan etika nan menuntun manusia pada jalan pencerahan. Membebaskan umat manusia dari kemiskinan dan keterbelakangan hidup. Agama menuntut pula pada keshalehan sosial daripada kesamaan sikap individualistik. Pemahaman seperti ini akan membuat orang berpikir bahwa ia tak dapat dikatakan berian sebelum ia dapat mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri.
Pengertian metodologi studi agama memiliki signifikasi perwujudan dari usaha mengubah penghayatan dan pemahaman keislaman masyarakat Islam dan global melalui kajian ilmiah. Serta mampu melahirkan suatu komunitas nan mampu memperbaiki aspek intern dan ekstern agama Islam. Hal ini dimaksudkan agar Islam sebagai rahmat bagi seluruh jagad raya, dapat terlihat dari bagaimana umatnya memahami agama dan memperlakukan orang lain.
Kalau hanya mempelajari Islam secara setengah dan hanya melakukan kewajiban, akhirnya terkadang hati itu menjadi sedikit keras. Tidak sedikit misalnya orang nan rajin beribadah tetapi masih juga melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Seorang wanita nan rajin beribidah ternyata tak dapat menghargai dan menghormati suaminya hanya sebab ternyata sang suami tak mampu memenuhi kebutuhannya. Karena ia merasa lebih banyak nan berjasa di rumah tangganya, ia lalu menyepelekan suaminya. Itu hanya sedikit aspek nan terjadi di tengah masyarakat.
Contoh aspek intern ialah solusi dari disparitas organisasi formal keagamaan nan sering kali mengakibatkan krisis nasional. Konflik intern agama membuat tidak selaras pada kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Studi Islam di Indonesia memang sangat dibutuhkan buat menjaga dan menggali keberagamaan nan beranekaragam dan multikultural. Alasan utamanya, sebab Islam merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia.
Pemahaman pada metodologi studi tentang Islam diharapkan melahirkan generasi masyarakat nan siap menghadapi keberanekaragaman dalam situasi nan rukun, penuh rasa tasamuh atau toleran, dan memiliki sikap saling menghargai.
Tema Studi Islam
Upaya memahami pengertian metodologi studi Islam, secara sederhana bisa dibagi dalam tiga tema besar, yaitu:
Pertama. Tentang Islam, kebudayaan dan penelitian. Kajian ini meliputi perkembangan studi Islam dalam global Islam. Mengungkap asal usul studi Islam, pertumbuhan, pendekatan-pendekatan, dan teori penelitian agama Islam. Secara rinci sebagai berikut:
Agama, Islam, dan Studi Islam. Peran Islam dalam Kehidupan Manusia di Dunia. Islam dan Kebudayaan Umat Manusia. Islam dan Kebudayaan Lokal Indonesia. Penelitian Agama dan Berbagai Model Pendekatan-Pendekatan Agama.
Kedua. Tentang doktrin, sejarah, dan studi Islam kawasan. Objek kajiannya mendalami Islam sebagai agama dan berbagai perannya di masyarakat. Mempelajari sejarah perkembangan Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga pertumbuhan Islam di dunia. Termasuk juga kajian Islam di berbagai kawasan, seperti di Afrika, Cina, dan Asia Tenggara.
Tema kedua ini bisa dirinci sebagai berikut: Kitab Al-Quran dan Sunnah Sebagai Panduan dan Sumber Agama Islam. Ijtihad sebagai Upaya Hukum Agama Islam. Doktrin dan Kepercayaan Islam. Ritual dan Institusi Agama Islam. Sejarah Agama Islam. Genre Pemikiran Islam dan Dimensi Pemikirannya. Studi Islam Kawasan dan Perkembangannya.
Ketiga. Tentang Islam dan modernitas. Mengkaji kedudukan Islam dengan isu humanisme dan moralitas dunia. Termasuk juga peranan Islam dalam komunitas keluarga, masyarakat dan global kontemporer. Hal nan krusial juga ialah sumbangan Islam bagi global dan interaksi dengan agama-agama lain.
Tema ketiga dirinci sebagai berikut: Islam dalam Sentuhan Global Kontemporer. Peran Islam dalam Moral dan Kemanusiaan. Fungsi Islam dalam Wilayah Keluarga dan Masyarakat.
Tujuan Studi Islam
1. Mengungkap faktor emosional dalam kerangka rasional, aktual, dan kultural berupa kecintaan pada agama Islam.
2. Membuktikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dan memberikan kebaikan bagi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.
3. Menghilangkan kerangka berpikir negatif sebagian masyarakat global terhadap agama Islam. Tanggapan negatif terhadap Islam sering kali menyudutkan komunitas Muslim di berbagai negara.
Setelah pemaparan tersebut, bisa terungkap bahwa pengertian metodologi studi Islam ialah usaha komprehensif secara ilmiah melalui berbagai pendekatan teori penelitian disiplin ilmu buat mempelajari agama Islam dan peran-fungsinya dalam kehidupan umat manusia.
Definisi ini akan terus berkembang sinkron dengan perkembangan pengetahuan manusia dalam berbagai disiplin ilmu dalam dimensi-dimensi kehidupan manusia. Untuk lebih memahami studi Islam, berikut dua karya sebagai rujukan, yaitu: Metodologi Studi Islam karya Drs. Atang Abdul Hakim, MA. dan DR. Jaih Mubarak, penerbit Rosdakarya Bandung. Lalu, Metodologi Studi Islam karya Abuddin Nata.
Tidak ada habis waktu dan usia buat senantiasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Dan hayati sendiri ialah proses belajar kita. Semangat terus buat belajar!