Contoh Resensi Buku Sastra
Contoh resensi buku sastra merupakan pedoman cara meresensi buku berbentuk buku sastra. Membaca resensi buku tampaknya hal nan biasa. Hal nan tak biasa ialah menulis resensi sendiri, misalnya, menulis resensi buku sastra besar dan melegenda. Buku-buku ini mampu menorehkan sejarah terbesar bagi perkembangan karya sastra ke depannya.
Judul-Judul Buku nan Pernah Diresensi
Berikut ini beberapa judul contoh resensi buku sastra nan sempat melegenda pada zaman Balai Pustaka.
- Kalau Dewi Tara Sudah Berkata yang ditulis oleh Muhammad Yamin
- Ken Arok Dan Ken Dedes
- Indonesia Tumpah Darahku
- Pertemuan nan ditulis oleh Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati pada 1927
- Salah Asuhan yang ditulis oleh Abdul Muis pada 1928
- Pertemuan Djodoh pada 1933.
Setelah angkatan Balai Pustaka (1920), lahir angkatan pujangga baru. Sastra pujangga baru membawakan karya sastra baru nan lebih mengedepankan nilai elitis, intelektual, dan nasionalisme. Angkatan pujangga baru ini kemudian digolongkan menjadi dua, yaitu Kelompok Seni buat Seni dan Seni buat Pengembangan Masyarkat.
Berikut ini beberapa contoh resensi buku sastra angkatan pujangga baru, seperti buku nan ditulis oleh Sultan Takdir Alisjahbana, Anak Perawan Ada Di Sarang Penyamun, Layar Terkembang, Dian Tak Kunjung Padam dan Tebaran Mega . Ada juga beberapa penulis lain nan seangkatan pujangga baru, yaitu Sanusi Pane, Armijin Pane, Tengku Amir Hamzah, Hamka, dan Roestam Effendi.
Dari kesekian angkatan, tentunya banyak contoh resensi buku sastra nan pernah dimunculkan di media masa pada masa itu. Selepas angkatan pujangga baru, lahir beberapa angkatan sesudahnya, seperti angkatan 45. Kemudian, lahirlah angkatan berikutnya nan disebut angkatan 50-60-an, 66-70, disusul angkatan 80-90. Terakhir, angkatan saat ini, penulis nan paling terkenal di antaranya Ahmad Faudi, Dewi Lestari, Habiburrahman El Shirazy dan Andrea Hirata.
Setelah mengetahui sekelumit sejarah kronologis munculnya karya sastra, nan perlu menjadi pusat perhatian ialah cara menulis contoh resensi buku sastra. Syarat meresensi buku nan baik ialah mencantumkan bukti diri buku, seperti judul buku, halaman buku, tahun terbit, dan nama penulis. Itu ialah hal ini wajib ada dalam resensi buku.
Keuntungan resensi buku ialah buat pihak penulis, penerbit, dan penulis resensi. Bagi penulis, ketika resensinya dimuat media massa, ia akan mendapatkan honor dari media massa dan terkadang penulis akan diberi hadiah dari penerbit.
Ketika resensi Anda dimuat, ada beberapa media nan tak memberitahukan kepada penulis bahwa tulisannya dimuat. Ada pula media massa nan selalu memberitahukan kepada penulis apabila tulisannya diterbitkan.
Ketika resensi sudah diterbitkan, berikut cara menunjukkan contoh resensi buku sastra (jika berupa sastra), dapat juga buku selain sastra, kepada penerbit buku. Pastikan Anda mengirimkan contoh resensi buku sastra nan sudah pernah dimuat di media massa. Tanyakan juga ke penerbit alamat jelas dan katakan tujuan Anda menelepon.
Ada beberapa penerbit nan tak menerima bukti hasil resensi nan sudah dimuat di media masa. Jika pihak penerbit menyetujui, hal nan perlu diperhatikan ketika mengirimkannya ialah melampirkan fotocopi KTP, nomor rekening, contoh resensi buku sastra nan dimuat di Media, dan jangan sampai salah menuliskan alamat rumah dan nomor telepon Anda.
Apabila bukti contoh resensi buku sastra tersebut sudah dikirimkan ke penerbit, tunggulah beberapa waktu. Dalam hitungan bulan hingga bulan kemudian, Anda akan diberi bingkisan dari penerbit (jika penerbitnya di luar kota). Bukan hadiah nan menjadi motivasi primer Anda seharusnya, tapi keberanian buat mau mencoba menulis, berani bersaing, dan tentunya mendapatkan pengalaman nan lebih.
Syarat Resensi Buku Sastra
Berikut ini ialah syarat resensi buku sastra nan bagus dan dapat dimuat di media massa.
- Judul
Hal nan paling krusial dalam setiap tulisan ialah judul. Judul dibuat seringkas mungkin dan mengundang penasaran pembaca. Di bawah judul, tulis bukti diri buku seperti nan diuraikan di atas
- Perhatikan Paragraf Pertama
Pada paragraf pertama, seorang penulis harus mempunyai kepekaan analisis. Kepekaan analisis ini sangat dibutuhkan sekali. Biasanya, paragraf pertama berisi pengantar.
Usahakan sebelum meresensi buku harus benar-benar paham isi buku dan tamat membaca buku tersebut. Hal ini membantu ketika menuliskan dan saat pengambilan masukan, saran, dan simpulan.
Misalnya, contoh resensi buku sastra berupa novel. Paragraf pertama nan perlu Anda tuliskan ialah hasil analisis penulis, melihat, atau mengkritik keadaan nan berkembang. Hal nan perlu diperhatikan ialah paragraf pertama harus dapat bersangkutan dengan paragraf kedua.
- Paragraf Kedua
Paragraf kedua ialah hasil review isi buku. Saat melakukan review ini, penulis harus mempunyai kepekaan dan kejelian. Sangat krusial sekali bagi seorang penulis buat bisa merangkum resensi menjadi kalimat demi kalimat nan mengalir. Seorang penulis resensi buku juga harus mempunyai kemampuan membuat pembaca tertarik ingin membaca buku secara utuh atau memancing pembaca buat segera membelinya.
- Paragraf Ketiga
Pada paragraf ini, penulis menuliskan kelebihan dan kekurangan atau nilai positif dan negatif nan terkandung dalam isi buku tersebut. Jika perlu, lakukan perbandingan dengan contoh resensi buku sastra nan lain. Dalam paragraf ini, penulis tak boleh membuat jalan cerita sendiri, harus mengacu pada buku tersebut.
Contoh Resensi Buku Sastra
Berikut ini ialah contoh resensi buku sastra novel karangan Andrea Hirata nan berjudul Edensor .
Kesuksesan nan Diawali dari Keterbatasan
Judul : Edensor
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2008
Halaman : xii + 290 halaman
Hidup dilihat sekilas tampak sporadis, berantakan tak beraturan. Jika tiba pada waktunya, apa nan dilihat jarang tampak tertata begitu tersistematis. Tidak jauh berbeda dengan mimpi. Secara nalar mimpi seseorang tak masuk akal, tetapi jika mimpi itu menjadi alat satu-satunya harapan, kekuatan terbesar, justru itulah nan mengantarkan mimpi semu menjadi mimpi kenyataan.
Seperti nan ditulis angkatan sastrawan 2000, Andrea Hirata, dalam novel tetralogi Laskar Pelangi. Edensor, itulah salah satu judul nan wajib dibaca. Novel sastra satu ini menyuguhkan sajian motivasi tentang pentingnya meraih sebuah mimpi. Buku ini menceritakan perjalanan seorang Andrea nan menyuguhkan cerita ringan, tapi mempunyai nilai semangat nan tinggi.
Buku ini menggambarkan betapa kuatnya cita-cita itu memengaruhi, memberikan semangat dan optimisme seseorang. Tentang hal melihat masa depan nan belum tahu niscaya ujungnya, novel ini mengajarkan tentang berartinya hayati dalam keterbatasan. Meskipun serba terbatas, mimpi itu tetap dapat dicapai.
Novel ini membahas beberapa kekonyolan dan kenakalan-kenakalan laskar pelangi. Di balik kenakalan tersebut, ternyata terdapat kebermaknaan hayati dan semangat nan besar. Meskipun fasilitas jauh dari layak, kapital semangat itulah nan menyebabkan para laskar pelangi mampu bertahan, menunjukkan eksistensi hayati masing-masing.
Kekurangan novel Edensor ini ialah banyaknya penggunaan bahasa Melayu sehingga pembaca nan tinggal di Pulau Jawa harus belajar dengan bahasa tersebut sebab tak terbiasa dengan itu semua. Sedikit adanya perubahan, hal inilah nan menjadi daya tarik Andrea menuliskan karya sastra novelnya. Gaya bahasanya bagus dan meletup-letup. Buku ini cocok dibaca oleh berbagai golongan.
Demikianlah bahasan mengenai resensi buku beserta contoh resensi buku sastra. Semoga bermanfaat buat Anda nan ingin mencoba membuat resensi buku sastra atau buku umum.