Viking Bonek - Rasa Senasib Sepenanggungan
Dunia sepak bola Indonesia baru saja dirundung warta duka. Catatan buram kembali dihadirkan. Pada laga Persija vs Persib nan diselenggarakan hari Minggu 27 Mei 2012 di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta terjadi peristiwa friksi antar suporter nan menewaskan tiga orang.
Tentu saja, friksi tersebut semakin mencoreng paras persepakbolaan di Indonesia. Suporter sepak bola di negara kita dianggap anarkis, tak bersahabat, tak berjiwa besar dan bahagia kekerasan. Apakah betul seperti itu? Lantas adakah paras ramah dan sikap toleransi antar suporter klub sepak bola di Indonesia?
Jika kita melihat perseteruan panjang Viking (Suporter Persib ) dan The Jack (Suporter Persija) dan membandingkannya dengan interaksi Viking dan Bonek (Suporter Persebaya), tentu kita akan merasakan disparitas nan sangat jauh. Tidak seperti hubungannya dengan The Jack, para bobotoh Persib ternyata memiliki interaksi nan baik dengan pendukung Persebaya tersebut. Persahabatan terjalin antara dua kubu suporter ini. Berikut merupakan ulasan mengenai persahabatan Viking Bonek.
Asal Usul Viking Bonek
Kita akan membahas mengenai persahabatan dua suporter klub sepakbola tersebut. Kita tilik terlebih dahulu asal usul Viking Bonek. Berikut sekilas sejarah mengenai interaksi kedua suporter bola tersebut.
Persib dan Viking
Nama Viking tentu tidak dapat dilepaskan dari kesebelasan nan menjadi andalan mereka yaitu Persib Bandung. Kesebelasan ini sebenarnya sudah ada sejak 1923 dengan nama awalnya Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond [BIVB]. Pada saat itu diketuai oleh Mr. Syamsudin. Kemudian pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, MIVB [PPSM Magelang], SIVB [Persebaya], MVB [PSM Madiun], PSM [PSIM Yogyakarta] dan VVB [Persis Solo] turut andil dalam kemunculan PSSI nan diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
BIVB pun tenggelam. Muncul lah dua serikat sepak bola nan juga diwarnai nasionalisme Indonesia yaitu Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung [PSIB] dan National Voetball Bond [NVB]. Kedua serikat tersebut sepakat buat melebur dan berganti nama menjadi Persib pada tanggal 14 Maret 1933.
Eksistensi Persib didukung oleh kehadiran para suporter setia nan kerap kali meramaikan jalannya pertandingan. Pada tanggal 17 Juli 1993 didirikanlah sebuah kelompok bobotoh Persib dengan nama Viking Persib Club. Klub pendukung setia Persib ini dipelopori oleh Hendra Bule, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Ayi Beutik, dan Aris Primat dan beberapa pionir Viking Persib Club lainnya.
Nama Viking sendiri diambil dari nama sebuah suku bangsa nan menempati kawasan Skandinavia di Eropa Utara. Karakter dari suku bangsa tersebut nan berani, keras, berjiwa penakluk, pantang menyerah, gigih itulah nan mendasari para bobotoh buat menamai klub suporter kesebelasan Persib dengan sebutan Viking. Bobotoh ingin menggelorakan semangat dari karakter bangsa Skandinavia pada para anggotanya.
Persebaya dan Bonek
Tak hanya Bandung nan memiliki Persib. Surabaya pun memiliki klub sepak bola nan tidak kalah terkenalnya. Saat awal berdirinya pada tanggal 18 Juni 1927 Persebaya dikenal dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond atau disingkat SIVB. Klub ini didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji.
Kemudian pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Nama tersebut kemudian diganti lagi menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya) pada tahun 1963. Nama tersebut masih bertahan sampai sekarang.
Seperti halnya Persib, Persebaya pun memiliki pendukung setia nan selalu mendukung kesebelasan tersebut setiap kali melakukan pertandingan baik laga tanding maupun laga tandang. Pendukung kesebelasan ini yaitu Bonek. Sebenarnya nama kelompok resmi pendukung kesebelasan Persebaya tersebut ialah Yayasan Suporter Surabaya (YSS) tetapi nama Bonek menjadi lebih lekat dipakaikan pada pendukung fanatik klub sepak bola ini.
Bonek merupakan istilah nan digunakan bagi para pendukung setia kesebelasan Persebaya. Bonek berasal dari bahasa jawa, yaitu perpaduan dari kata “Bondho” nan berarti Kapital dan “Nekat”. Sebutan tersebut dilabelkan pada para arek Suroboyo pendukung kesebelasan dikarenakan kenekatan mereka buat menyaksikan laga para pemain Persebaya.
Mereka tidak segan buat beramai-ramai menaiki kereta buat mendukung tim nya nan bertanding di kota lain. Istilah Bonek sendiri pertama kali dihadirkan oleh Harian Pagi Jawa Pos pada 1989 ketika mengulas pemberitaan mengenai kenyataan suporter Persebaya nan berbondong-bondong ke Jakarta (melakukan away supporter ) dalam skala nan besar. Mereka ingin menyaksikan laga tanding klub kecintaan mereka tersebut.
Viking Bonek - Rasa Senasib Sepenanggungan
Sebenarnya jika menilik pada sejarah, Persib dan Persebaya ialah musuh bebuyutan dari sejak zaman perserikatan. Kedua klub besar tersebut bukanlah sahabat baik seperti sekarang. Namun, Viking Bonek membuktikan bahwa dua kubu suporter nan sama-sama kuat dan sempat bermusuhan ternyata bisa saling beriringan. Lalu, apa nan menyebabkan Viking Bonek dapat menjalin persahabatan?
Rasa senasib sepenanggungan ialah hal nan mungkin menjadi dasar dari kebersamaan Viking Bonek sekarang ini. Kedua suporter sama-sama memiliki riwayat jelek di mata publik. Mereka dianggap sebagai biang kerusuhan setiap kali pertandingan sepak bola berlangsung. Dimana ada pertandingan nan ditonton oleh Viking dan Bonek niscaya akan ada kerusuhan nan terjadi.
Memang dalam sejarah sepak bola Indonesia Bonek beberapa kali terlibat dalam kerusuhan ketika Persebaya berlaga. Seperti nan terjadi pada tanggal 4 September 2006, Bonek Mania melakukan kerusuhan saat pertandingan Copa Dji Sam Soe Persebaya melawan Arema Malang. Ketika itu para oknum Bonek Mania membakar sejumlah mobil nan berada di luar Stadion 10 November serta menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion. Bonek pun dikenakan sangsi embargo memasuki stadion manapun selama tiga tahun.
Viking pun pernah beberapa kali terlibat dalam kerusuhan ketika pertandingan berlangsung. Salah satunya, kerusuhan nan terjadi pada hari Minggu, 23 Januari 2011 dmana saat itu Persib menjamu Arema FC di stadion Siliwangi. Pada saat itu kerusuhan terjadi dan puluhan kursi di dalam stadion dirusak.
Atas semua catatan buram nan pernah dimiliki oleh Viking Bonek, masyarakat maupun media nasional acap kali melayangkan hujatan pada keduanya. Bahkan media masa nasional sering menjadikan warta kerusuhan Viking dan Bonek sebagai headline utama. Keonaran-keonaran nan dibuat oleh oknum tak bertanggung jawab menjadikan nama Viking dan Bonek coreng moreng.
Viking dan Bonek sering dijadikan target empuk pemberitaan media . Mereka dijadikan lakon keonaran apabila kerusuhan terjadi. Padahal tidak selalu kedua klub pendukung Persib Persibaya itu melakukan kerusuhan. Mereka merasa memiliki nasib nan sama. Yaitu nasib dideskreditkan oleh masyarakat maupun media massa. Viking Bonek akhirnya menjadi dua sahabat karib nan mengusung semangat persaudaraan.
Keduanya kerap kali saling menjamu ketika Persib atau Persebaya bertandang ke kota berlawanan. Viking menonton pertandingan Persibayadi Bandung, begitupun sebaliknya Bonek menonton pertandingan Persibdi Surabaya. Bahkan pada satu pertandingan, Persib nan bermain laga lawatan melawan Deltras Sidoardjo mendapat dukungan penuh tidak hanya dari Viking, tetapi juga Bonek Mania. Karena dukungan ganda tersebut akhirnya Persib bisa bermain dengan apik dan mengalahkan tuan rumah dengan skor 2-0.
Selain itu, mereka pun mengangkat jargon Viking Bonek Satu Hati sebagai gelora persaudaraan. Keduanya bahkan sering mengadakan kolaborasi positif buat mempererat ikatan tersebut. Salah satunya yaitu dengan menciptakan lagu Viking Bonek Satu Hati. Lagu tersebut menyiratkan kentalnya persahabatan mereka.
Terlepas dari semua kontroversi atas sikap anarkis nan dilakukan oknum-oknum nan mengatas namakan Viking Bonek. Kedekatan dua klub besar pendukung setia Persib dan Persebaya ini setidaknya bisa menghilangkan kesan angker dari kehadiran suporter kesebelasan sepak bola nasional. Dua kubu nan berbeda kesebelasan, kota bahkan suku ternyata bisa bersanding dan menjalin persahabatan nan jauh dari kata rusuh.