Biografi Plato: Akademia
Banyak pihak nan meragukan hal-hal nan berkaitan dengan biografi Plato , terutama tentang karya-karya nan ia tulis. Entah itu pemikiran original Plato sendiri, atau gagasan sang guru -Sockrates- nan dilakukan saat percakapan, kemudian ditulis kembali. Plato, begitu ia disebut. Ada pula nan menyebut bahwa aslinya ialah Platon, nama spesifik nan diberikan kepadanya. Nama orisinil Plato ialah Aristokles. Ia lahir di Athena pada 427 SM.
Biografi Plato: Kelahiran dan Keluarganya
Tanggal dan tahun lahir Plato tak diketahui secara pasti. Namun para pakar meyakini bahwa ia terlahir di lingkungan keluarga aristokrat nan terpandang. Berdasarkan sumber-sumber kuno, ia disebutkan terlahir di Athena sekitar tahun 429 - 423 SM. Ayahnya bernama Aristun. Konon, ayahnya masih keturunan raja Athena, Codrus dan raja Messenia, Melantus. Sementara itu ibunya bernama Perictione. Perictione berasal dari keluarga terpandang dan terpelajar, kebanyakan keluarganya ialah penegak hukum dan sastrawan.
Plato memiliki 3 saudara kandung, yakni 2 orang saudara lelaki bernama Adeimantus dan Glaucon serta seorang anak perempuan bernama Potone. Tidak ada keterangan niscaya apakah saudara-saudara kandung tersebut lebih tua atau lebih muda dari Plato.
Sang ayah meninggal global saat Plato masih kecil. Lantas ibunya menikah lagi dengan Pyrilampes, pamannya. Ia ialah seorang duta Yunani buat Persia, dan merupakan orang terpandang di Athena. Sebelum menikah dengan ibunya Plato, Pyrilampes pernah menikah dan memiliki seorang anak lelaki nan tampan bernama Demus. Setelah menikah dengan Pyrilampes, ibunya kembali mengandung dan melahirkan seorang anak lelaki bernama Antiphon. Nama-nama saudaranya ini kelak sering kali muncul dalam buku-buku filsafat karangannya.
Konon, Plato ialah seorang pegulat nan tangguh dan memiliki badan nan tegap. Karena itulah ia dipanggil 'Plato' nan artinya lebar atau rata. Informasi ini disampaikan oleh Paul Strathern dalam bukunya 90 Menit Bersama Plato . Unik memang seseorang nan sangat berpengaruh gagasannya ternyata dahulunya hanya seorang pegulat. Masih menurut Strathern, Plato sering memenangkan pertandingan gulat, namun ia tak pernah menjadi kampiun di pertandingan Olimpus -cikal bakal pertandingan olahraga Olimpiade saat ini.
Tidak hanya memiliki fisik nan kuat, Plato juga memiliki otak nan cerdas dan kerendahan hati nan mulia. Ia dikenal sebagai anak nan cepat tanggap, bahagia belajar, dan tak sombong. Ia mampu menguasai pelajaran tata bahasa, musik, dan olahraga dengan baik semasa kecilnya. Ia juga sudah mulai menghadiri kelas filosofi sebelum ia berjumpa Socrates.
Biografi Plato: Rendezvous dengan Sang Guru
Seiring berjalannya waktu, ketertarikan Plato pada filosofi semakin besar. Pada saat nan sama di Athena ada seorang pria tua dan buruk bernama Socrates, nan di kemudian hari menjadi gurunya. Plato sudah sering mendengar cerita tentang Socrates dari orang-orang. Sosok itu sering berdialog dengan pemuda-pemuda di pasar. Pada suatu hari, Plato pun menyudahi kepenasarannya dan mulai ikut bergabung buat terlibat diskusi dengan pemuda-pemuda lain dan dengan sang guru.
Socrates sangat memengaruhi pola pikir filsafat Plato. Ia ialah orang nan berpengaruh dalam biografi Plato . Hal ini terlihat dalam berbagai kitab filsafat nan ditulis oleh Plato. Plato sangat mengagumi gurunya, ia ialah murid nan patuh. Mereka memiliki kedekatan sebab kecocokan pola pikir, sehingga interaksi keduanya menjadi seperti ayah dan anak. Mereka sering terlibat dalam diskusi filsafat mendalam, nan kemudian dituliskan Plato dalam karya-karyanya. Socrates sendiri sporadis menulis, ia lebih suka berdiskusi.
Kebiasaan Socrates buat berdiskusi dianggap kelewatan oleh masyarakat Athena. Ini sebab Socrates suka sekali berkeliling kota dan bertanya tentang banyak hal kepada setiap orang nan lewat, seolah-olah ia orang bodoh nan tak tahu apa-apa. Lama-kelamaan masyarakat kesal dan merasa tersinggung setelah menyimpulkan bahwa Socrates hanya ingin mengetahui sejauh mana seseorang benar-benar tahu akan sesuatu dan kapan ia justru bersikap 'sok tahu'.
Akhirnya dengan dalih dianggap membahayakan dan merusak akhlak anak-anak muda, Socrates akhirnya dipenjarakan dan dihukum mati. Ini membuat Plato kecewa. Ia (dan para murid Socrates nan lainnya) merasa tuduhan kepada guru mereka tak masuk akal. Plato bahkan bersedia membayar denda kepada pengadilan buat membebaskan guru nan menjadi sumber inspirasinya ini. Namun sang guru menolak dibebaskan dan lebih memilih takdirnya buat dihukum mati.
Biografi Plato: Akademia
Plato banyak mengembara ke berbagai tempat, mulai dari Megara (Yunani), lalu ke Kyreni (Afrika Utara), Mesir, hingga ke Sisilia. Pengembaraannya itu tentu buat mencari kebijaksanaan sinkron nan diajarkan oleh sang guru. Sekembalinya dari pengembaraan, ia kemudian mendirikan sekolah bernama Akademia bagi setiap orang nan ingin belajar ilmu seperti etika, matematika, maupun logika. Salah satu murid Plato nan paling terkenal ialah Aristoteles. Bahkan syahdan katanya, mereka pernah berdebat sampai ayam dibawa-bawa ke Akademia
Suatu hari Aristoteles pernah bertanya kepada Plato sebagai guru, apakah manusia itu? Plato kemudian menjawab 'manusia itu ialah binatang/ hewan nan berkaki dua'. Keesokan harinya Aristoteles membawa seekor ayam lalu menyodorkannya; 'inikah nan anda maksud manusia? Sekiranya Anda menjadi Plato saat itu, mungkin Anda berfikir Aristoteles murid kurang ajar.
Setelah kaget melihat ayam nan muridnya bawa, Plato kemudian merevisi devinisinya tentang manusia. 'manusia ialah hewan bekaki dua dan tak berbulu', begitu teriak Plato. Mendengar jawaban baru, Aristoteles pun tak kehilangan akal. Keesokan harinya ia kembali ke Akademia dengan membawa seekor ayam nan bulunya sudah habis ia cabuti. Kemudian ia kembali bertanya; 'apakah ini nan guru maksud tentang manusia?'
Cerita itu berakhir sampai di sana, tak ada informasi lebih jauh mengenai anekdot definisi manusia. Apa nan terjadi setelah itu tak ada nan tahu, apakah mereka bertengkar kemudian Plato mengeluarkan Aristoteles dari Akademia, atau Plato merebut ayam tidak berbulu itu kemudian ia menggorengnya. Yang jelas, di kemudian hari, Aristoteles memperbaiki definisi Plato tentang manusia, dan dengan sangat seksama melakukan pembedaannya dengan binatang.
Di akhir kehidupannya, Plato sempat terjerat politik di kota Syracuse. Saat sedang berkeliling negeri, ia mengunjungi Syracuse nan saat itu berada di bawah kekuasaan Dionysus. Salah seorang saudara ipar Dionysus berguru kepada Plato, tetapi ini bukan berarti sang raja bahagia akan keberadaan Plato. Ia justru tak menyukai Plato. Dengan kekuasaannya, ia menjadikan Plato budak belian. Plato mengalami masa-masa sulit di sebuah kota bernama Cyrene, nan saat itu dilanda perang melawan Athena.
Karena kebaikan hati seorang majikannya, Plato dibebaskan dan dikembalikan ke Athena. Setelah Dionysus meninggal dunia, Plato diundang buat datang kembali oleh adik iparnya nan pernah menjadi murid Plato. Ia meminta Plato menjadi guru buat calon raja nan baru, yakni Dionysus II. Tidak seperti ayahnya nan menentang Plato, calon raja ini menyukai filsafat dan menerima ajaran Plato. Namun sebab ternyata keberadaannya menyulut keributan antara Dionysus II dan sang paman nan mengirim Plato ke istananya, akhirnya Plato memutuskan buat meninggalkan kota tersebut.
Biografi Plato berakhir dengan kembalinya Plato ke kota kelahirannya, Athena. Ia menjalani hari tuanya dalam kedamaian. Ada banyak versi nan menyebutkan bagaimana Plato menjalani akhir hayatnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa Plato meninggal saat tengah tertidur lelap, beberapa sumber lainnya mengatakan bahwa Plato meninggal saat tengah tidur-tiduran sembari bersiul mengikuti nada seruling nan dimainkan untuknya. Sumber lain bahkan mengatakan bahwa ia mati saat sedang menghadiri pesta pernikahan kerabatnya.