3. Penyesuaian Intonasi Suara
Pengajian ialah loka berkumpulnya orang nan berbagi ilmu agama dengan orang nan menerima ilmu. Artinya, ada ustaz dan ada jamaahnya. Kesuksesan pengajian tergantung pada keduanya. Namun, tanggung jawab nan besar tertelak pada ustaznya.
Makanya, ustaz nan mengisi pengajian bukan sekedar menyampaikan ilmu agama. Tapi ia harus mengetahui kiat menjadi ustaz nan menggugah dan mengubah. Karena sia-sia nan disampaikan, jika tak ada hasil positif nan didapat oleh jamaahnya. Adalah artikel ini akan membahas 12 kiat menjadi ustaz nan menggugah dan mengubah.
Kedua belas kiat tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, 6 kiat nan mesti dimiliki sebelum mengisi pengajian. Bagian kedua, 4 kiat saat mengisi pengajian. Bagian ketiga, 4 kiat setelah mengisi pengajian.
Sebelum Mengisi Pengajian
Ada enam kiat nan menjadi persiapan dan mesti dimiliki penceramah sebelum berjumpa dengan para jamaah. Karena sudah sering didengar, bahwa persiapan ialah kunci keberhasilan. Karena dengan memiliki persiapan akan menimbulkan kepercayaan diri. Persiapan nan harus dimiliki tidak hanya dari sisi fisik, tapi juga dari spritual agar lebih mantap saat menyampaikan materi di depan jamaahnya.
Selain itu, kesiapan dari sisi spiritual juga menjadi bukti bahwa kesuksesan dalam berbicara dan menyampaikan ilmu tidak terlepas dari pertolongan Allah Swt. Kesiapan seperti ini juga menumbuhkan sikap ikhlas dalam menyampaikan dakwah. Adapun 6 kiat sebelum mengisi pengajian ialah sebagai berikut.
1. Niat nan Ikhlas sebab Allah
Sebelum berangkat menemui para jamaah, tanamkan dengan kuat di dalam diri bahwa niat primer mengisi pengajian ialah sebab Allah Swt. Bukan sebab ingin dihormati dan bukan sebab materi. Karena itu, senantiasa memperbaharui niat ialah langkah awal dari persiapan mengisi pengajian.
Apalagi Rasulullah Saw bersabda, “Setiap amal tergantung pada niatnya. Bagi setiap orang apa nan ia niatkan.” Artinya, niat menjadi kapital awal sebelum materi ceramah disampaikan kepada para jamaah, apakah menjadi amal atau menjadi hal nan sia-sia.
Niat dapat menjadi kekuatan nan bisa membuat penceramah menjadi lebih powerfull . Karena niat menjadikannya hanya bergantung kepada Allah. Apa nan dibicarakan penceramah menjadi amal saleh. Sikap arogan saat berceramah pun jadi hilang. Terlebih utama, dengan niat nan ikhlas, akhlak selama berceramah di depan jamaah akan terjaga.
2. Fokus pada tujuan
Fokus pada tujuan ialah bagian nan mesti disiapkan oleh para ustaz atau penceramah. Karena tujuan primer para ustaz atau penceramah dalam berdakwah adalah, jamaah pengajian bisa ‘menangkap’ materi nan disampaikannya. Makanya, fokus pada tujuan pembicaraan ialah kuncinya.
Jika penceramah tak fokus pada tujuan apa nan disampaikannya, maka arah pembicaran nan disampaikannya dapat melompat-lompat. Hal ini terntu saja memberikan imbas jelek bagi para jamaah. Yaitu, mereka sulit menangkap inti ceramah nan disampaikan.
Satu hal lagi, jika penceramah tak fokus sejak awal pada tujuannya, ketika nanti menyampaikan materi bisa-bisa waktu menyampaikan lebih banyak dan tak efisien. Plus , penceramahnya pun sulit buat memberikan kata-kata nan menggugah. Pasalnya, tak tahu mana nan mesti ditekankan.
Karena itu, sebelum memulai pengajian, penceramah mesti menyiapkan materi nan disampaikan dan fokuslah pada tujuan. Jangan melenceng dari materi nan disampaikan.
3. Yakinkan Jamaah dengan Informasi Akurat
Dalam teori motivasi kerap dikatakan, “Orang akan melakukan tindakan jika tahu keuntungannya, dan akan meninggalkan atau menghindari sesuatu jika tahu kerugiannya.” Teori ini berlaku buat para penceramah. Jika ingin menjadi penceramah nan bisa mengubah para jamaah menjadi lebih baik, perkuatlah materi ceramah nan disampaikan dengan informasi nan akurat. Baik dengan dalil-dalil, maupun dengan cerita-cerita hikmah.
4. Hidup Tujuan
Sebelum berceramah, terlebih dahulu laksanakan apa nan bakal disampaikan. Sampaikanlah materi sinkron dengan apa nan sudah dilakukan. Pasalnya, jika penceramah menyuruh jamaah pengajian bersedekah, namun nyatanya penceramah sendiri tak rajin bersedekah. Maka ini tidak akan mampu mengubah masyarakat.
Jadilah seperti kata bijak, “mulailah dari diri sendiri.” Artinya, jadikan materi ceramah nan disampaikan ialah bagian dari apa nan sudah dilakukan dan sudah menjadi bagian dari dirinya. Dengan memiliki kiat hidup tujuan, maka penceramah telah membentuk dirinya menjadi peceramah being , bukan lagi penceramah reading dan having .
5. Kenalilah Jamaah
Menurut Renald Kasali, “sebelum memulai pembicaraan, biasakanlah buat selalu mempelajari kondisi pendengar. Lalu, buka pikiran dan hati mereka. Setelah mengetahui itu semua, dipastikan kita akan bisa berbicara lebih baik.”
Apa nan dikatakan Renald Kasali layak dimiliki oleh para penceramah. Karena dengan adanya sosialisasi ini, penceramah dapat mengetahui apa kebutuhan jamaah, dapat menyesuaikan taraf bahasa nan digunakan, bisa beradaptasi dengan mudah, dan jamaah menjadi fokus mendengarkan ceramah nan disampaikannya.
6. Penampilan nan baik
Menyiapkan penampilan sebelum berceramah ialah hal nan paling baik. Baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi jamaah. Dengan penampilan nan baik, dapat menyelamatkan jamaah dari menilai penceramah dengan buruk. Dengan penampilan nan baik, penceramah juga dapat percaya diri. Karena itu, jika ingin dihargai jamaah, maka penceramah mesti menghargai dirinya sendiri.
Saat Mengisi Pengajian
Setelah membahas enam kiat nan mesti dimiliki oleh penceramah, kini nan dibahas ialah enam kiat saat berceramah.
1. Satukan Hati
Agar ceramah nan disampaikan mampu menggugah jamaah, maka sampaikan dengan menggunakan hati. Caranya adalah, jangan sampaikan materi ceramah sebelum pencairan suasana. Karena jika materi ceramah langsung disampaikan saat penceramah atau jamaah masih tegang dan kaku, maka akan timbul ketidaknyamanan.
Maka lakukanlah terlebih dahulu dengan pencairan suasana. Caranya dengan menyapa jamaah terlebih dahulu. Jika tahu bahasa daerah loka dakwah diadakan, maka tanyalah kabar jamaah dengan menggunakan bahasa daerah tersebut.
Saat suasana sudah cair, di dalam ceramah jangan gunakan kata “aku”, tapi usahakanlah buat menggunakan kata ‘kita’. Dengan penggunaan kata ‘kita’, penceramah menjadi bagian dari orang nan layak mengamalkan ilmu nan disampaikan.
2. Hadirkan Humor dan Visualisasi
Agar suasana tak kaku, penceramah harus dapat menghadirkan humor, baik dengan cerita maupun dengan visualisasi diri. Humor menjadi langkah lanjutan setelah adanya penyatuan hati antara penceramah dengan jamaah. Dengan humor, penceramah benar-benar bisa menggugah sebab dapat menarik perhatian jamaah
3. Penyesuaian Intonasi Suara
Dalam penyampaian materi ceramah, penceramah mesti dapat menggunakan dengan tepat kapan harus menggunakan suara tinggi dan rendah. Jangan sampai nada ceramah nan disampaikan datar, sebab dapat membuat jamaah menjadi mengantuk. Baku ceramah nan baik ialah keras, tegas, dan jelas.
4. Peka Terhadap Jamaah
Penceramaah saat menyampaikan materi harus peka dengan kondisi jamaah. Jika dilihat masih memungkinkan buat diberikan klarifikasi panjang, maka berikanlah. Jika terlihat jamaah sudah tak semangat, maka penceramah segera menutup. Janganlah jadi penceramah nan asyik sendiri.
Setelah Mengisi Pengajian
Setelah membahas apa nan mesti dilakukan penceramah di saat meyampaikan materi pengajian, maka kini akan dibahas apa nan mesti dilakukan pasca pengajian. Ada dua hal nan harus dilakukan penceramah
1. Penilaian Diri dan Perubahan Diri
Agar menjadi penceramah nan menggugah dan mengubah, harus selalu mengevaluasi diri. Melihat apa nan terasa kurang saat penyampaian materi. Berusaha juga mengkaji apa nan menyebabkan adanya kekurangan tersebut.
Setelah itu, simpulkan hasil penilaian nan dilakukan. Carilah solusi apa nan mesti dilakukan agar kekurangan tersebut tak hadir lagi saat menyampaikan materi ceramah. Sudah jamak diketahui, karakteristik orang berhasil ialah nan selalu melakukan perubahan ke arah nan lebih baik
2. Perkuat dengan Ibadah
Setelah melakukan penilaian diri dan bersiap ingin melakukan perubahan, maka langkah selanjutnya agar niat ikhlas mengisi pengajian nan bisa mengubah jamaah ialah dengan memperkuat ibadah. Iringi dengan ibadah-ibadah sunnah nan dianjurkan, seperti shalat dhuha, shalat tahajud, baca al-Quran, sedekah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya.
Usai beribadah, mohon kepada Allah Swt. buat memberikan petunjuk terbaik agar perubahan diri dalam hal penyampaian materi pengajian bisa sukses dengan baik. Karena tidak ada nan bisa menolong dan memudahkan penceramah buat mewujudkan cita-cita menjadi penceramah nan menggugah dan mengubah, selain Allah Swt.