Jurnal Internasional

Jurnal Internasional



Bukti Ilmiah

Jurnal Psikologi Sosial ini biasanya terdapat di masing-masing universitas nan membuka fakultas atau pendalaman terhadap cabang ilmu ini. Penelitian dan pengembangan dalam global akademik mengenai sesuatu hal nan mempunyai urgensitas dan menimbulkan banyak kegunaan buat kelangsungan kehidupan manusia sebagai individu dan makhluk sosial menjadikan kehadiran (salah satunya) jurnal dalam berbagai bidang sangat krusial dan mesti dilakukan secara kontinu.

Pada awalnya tak banyak nan menganggap apa nan terjadi dengan manusia dan lingkungannya itu merupakan satu objek penelitian nan menarik. Namun, seiring dengan berkembangnya apa nan dimaksud dengan Psikologi dan Sosiologi serta ruang lingkup penelitian kedua jenis keilmuan ini, Psikologi Sosial dianggap krusial buat dikaji. Bagaimanapun, manusia tak dapat hayati sendiri walau secerdas apapun ia.

Pasti ada pengaruh nan ia dapatkan dari lingkungannya. Nabi Muhammad saw bahkan menaruh perhatian nan cukup besar terhadap pengaruh lingkungan ini. Betapa tak seseorang nan baik akan menjaid tak baik ketika teman dan lingkungannya tak baik. Sangat dianjurkan buat bergaul dengan orang nan beriman dan orang-orang nan lebih mencintai akhiratnya dibandingkan dunianya agar keimanan tetap terjaga.

Begitu kuatnya pengaruh orang lain inilah nan membuat banyak pakar Psikologi tertarik meneliti biang nan selama ini dilakoni oleh para pakar Sosiologi. Itulah mengapa sebelum pakar Psikologi mengadakan penelitian pada bidang Psikologi Sosial ini, ia akan mempelajari ilmu Sosiologi walaupun tak terlalu mendalam. Pengetahuan itu akan membantunya mengambil konklusi dan menganalisis apa nan sebenarnya terjadi pada masyarakat dan individu nan ada di dalam masyarakt itu.

Misalnya, masalah nan menyangkut tingkah laku pemimpin. Ketika Bupat Garut, Aceng Fikri mengatakan bahwa apa nan terjadi padanya merupakan wilayah privasinya, semua orang berkomentar bahwa ia tak seharusnya berkata seperti itu. Saat ia menjadi pejabar publik, ia menjadi milik publik. Semua tingkah lakunya diamati dan disorot sedemikian rupa. Masyarakat merasa memilikinya. Apalagi ia terpilih sebab pilihan masyarakat sendiri.

Wajarlah kalau akhirnya masyarakat juga nan memintanya mundur. Walaupun ia bersikeras tak mau mundur, masyarakat bersama dengan DPRD Garut telah sepakat melengserkan bupati nan getol kawin cerai ini. Yang dinikahinya ialah para wanita muda nan cukup lugu. Sedangkan istri sahnya nan katanya telah pisah ranjang, masih tinggal di rumah dinas bupati. Mengapa masyarakat geram dengan apa nan dilakukan oleh Bupati Aceng?

Ia dianggap telah melecehkan wanita. Ia seolah menganggap wanita sebagai loka pelampiasan nafsu belaka. Ketika sang wanita tak mampu memberikan pelayanan nan maksimal, si wanita pun diceraikan. Tentu saja hal ini merupakan contoh nan baik dari seorang pemimpin. Tidak heran kalau banyak wanita geram dengan kasus ini. Bagi ilmu Psikologi Sosial hal ini dapat menjadi satu bukti ilmiah bahwa ada interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Jangankan seorang bupati, seseorang nan biasa saja ketika ia melanggar kebiasaan sosial apalagi kebiasaan agama, ia akan mendapatkan sangsi sosial nan tak kecil. Di Aceh, suatu provinsi nan telah menerapkan syariah Islam, orang-orang nan melanggar hukum syariah ini akan mendapatkan sanksi badan nan disaksikan oleh orang banyak. Sanksi cambuk ini tentu saja akan membuat rasa malu tidak terperihkan. Belum lagi sanksi dari Allah Swt. Itu baru sanksi dari manusia.

Namun, nan membuat heran, masih saja banyak orang di Aceh nan melanggar aturan. Bahkan menurut data, taraf korupsi di provinsi istimewa satu ini cukup tinggi. Jangankan di Aceh, nan lebih memprihatinkan ialah bahwa kementerian nan paling banyak terkan korupsi, ialah Kementerian Agama. Orang-orang nan bekerja di Kementerian Agama ini niscaya merupakan orang-orang nan berilmu dan tahu mana nan baik dan mana nan tak baik.

Inilah imbas dari saling mempengaruhi nan terjadi di masyarakat atau di komunitas tertentu. Jangan pernah meremehkan pengaruh lingkungan ini. Walaupun ada satu teori nan mengatakan bahwa kalau seseorang tak mau terpengaruh ia tak akan terpengaruh. Mungkin saja teori ini benar. Tetapi berapa lama ia dapat bertahan? Jangan-jangan sedikit demi sedikit ia akan terpengaruh. Apalagi kalau ia mendapatkan kesempatan demi kesempatan nan begitu menggoda.

Godaan demi godaan akan membuatnya mulai berpikir buat melakukan sesuatu nan telah dilakukan oleh orang lain nan telah lebih dahulu melakukan banyak kesalahan. Lihatlah contoh konkret dari seorang Andi Mallarangeng. Tidak ada nan mengira kalau seorang Andi Mallarangeng terjebak ke dalam permainan kotor korupsi. Kini nama dan reputasi Andi telah tercemar. Ia tak hanya menjadi tersangka sendirian, ada adiknya nan terseret juga dalam permasalahan Hambalang.

Begitu menyakitkan menyaksikan apa nan telah terjadi pada pejabat negeri ini. Orang berprestasi dan bukan dari keluarga miskin seperti Andi Mallarangeng pun akhirnya terjebak ke dalam aksi nan dianggap satu kejahatan nan sangat keji. Tidak hanya Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh nan seorang mantan Puteri Indonesia, masa mudanya penuh prestasi, tetapi lalu ternoda oleh korupsi nan dilakukannya dengan sadar.

Bagitu banyak bukti lain kalau pengaruh lingkungan sangat berpengaruh kepada individu. Tidak salah kalau cabang ilmu Psikologi satu ini begitu serius mempelajari apa saja nan dapat membuat orang sangat terpengaruh oleh lingkungannya. Anak-anak nan awalnya sangat baik pun dapat menjadi sangat jahat. Menjadi baik itu merupakan suatu perjuangan. Orangtua dan orang-orang di sekeliling anak-anak harus menyadari hal ini.



Psikologi Sosial sebagai Cabang Ilmu

Sebagaimana telah disinggung sedikit diatas, bahwa Psikologi Sosial merupakan suatu cabang ilmu Psikologi nan melakukan studi buat mengkaji konsepsi rekanan antara manusia dengan lingkungannya. Para ahli nan terjun dalam bidang ilmu interdisipliner ini secara mayoritas mereka nan mempunyai dasar pendidikan Sosiologi dan Psikologi sebab dirasa tepat antara core keahlian dengan bidang nan digeluti. Para pakar Psikologi Sosial juga menggunakan manusia baik secara individu maupun kelompok sebagai unit analisa mereka.

Memang pada awalnya kehadiran Psikologi Sosial ini kerap dianggap sebelah mata dan dianggap tidak memberikan peranan signifikan dalam kehidupan masyarakat. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan makin banyaknya analisa nan tertuang dalam jurnal Psikologi Sosial mampu membuka mata banyak orang bahwa kehadiran cabang ilmu ini dapat memperkaya perspektif manusia dalam konteks rekanan sosialnya.

Melalui berbagai penelitian lapangan dan laboratorium nan telah dilakukan psikologi sosial ternyata mampu menelisik dan memahami aktifitas manusia nan berbuat buat dan dari lingkunghannya. Atau dalam bahasa sederhana, ketika kita ingin mengetahui konduite manusia maka krusial diketahui situasi, berbagai kenyataan nan terjadi, dan budaya nan ada dan berkembang di masyarakat.

Para pakar dan peneliti dalam Psikologi Sosial nan kebanyakan terdiri dari pada psikologi dan sosiolog ini meski banyak kesamaannya, namun empirisnya memeliki kesamaan disparitas dalam hal pendekatan nan dilakukan, metode nan digunakan, terminologi nan dipakai, dan terlebih tujuan nan hendak dicapai. Disamping itu mereka juga biasanya menyukai masyarakat profesional dan juga jurnal akademik buat publikasi ilmiahnya nan berbeda.

Masa kerja sama nan terutama terjadi di antara kedua kelompok ahli tersebut terjadi di tahun-tahun pasca terjadinya perangh global II. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, prospek pemisahan di antara kedua disiplin cabang ilmu tersebut, namun tetap saja kondisi tumpang tindihnya masih saja kerap terjadi. Masing-masing ilmu mencoba memilih satu kasus nan lebih condong kepada ilmu nan mereka pelajari.



Jurnal Internasional

Sebagaimana lazimnya para akademisi, para ahli juga banyak nan membidik buat mempublikasikan hasil riset atau karyanya di jurnal Psikologi Sosial kaliber internasional seperti American Psychological Association (APA) di AS, nan merupakan jurnal bergengsi dan terakreditasi sangat baik. Termasuk juga para ahli Psikologi di Indonesia. Hal inilah nan membuat banyak pakar berusaha sekuat tenaga membuat penelitian nan dapat dikategorikan berhak masuk ke dalam jurnal internasional tersebut.