2. Genre Surrealisme

2. Genre Surrealisme

Mendengar istilah gambar abstrak, niscaya kita akan mengingat sejumlah lukisan maestro terkenal, seperti almarhum Affandi. Lukisan abstrak nan dimilikinya seakan sanggup membuat seorang penikmat menjadi tenggelam mengartikan apa sebenarnya maksud nan ingin disampaikan. Ada pula nan hanya melihat sekilas dan kemudian berlalu. Karena tak mau pusing menanggapi keinginan mereka buat mengerti apa nan dimaksudkan dengan gambar abstrak tersebut.



Gambar Abstrak - Beberapa Genre Dalam Melukis

Para pelukis memang memiliki beberapa aliran, di antanya ialah sebagai berikut.



1. Genre Realisme dan Naturalisme

Aliran ini memiliki gaya lukisan nan sangat alami. Menggambar objek nan ada di alam nyata. Hasilnya sinkron dengan apa nan digambarnya. Katakanlah ada Basuki Abdullah dengan lukisan kudanya nan gagah berlari. Ada juga Da Vinci dengan Monalisa-nya nan membuat banyak orang mengagumi kecantikannya.



2. Genre Surrealisme

Memiliki gaya lukisan nan terlihat alami, namun sebenarnya absurd jika diamati. Genre ini suka mengungkapkan bentuk-bentuk benda nan seringkali dilihat oleh pelukisnya dalam mimpi. Akhirnya, nan nampak ialah bentuk absurd atau nan tak seharusnya ditemui di alam nyata. Misalnya saja, lukisan percakapan anjing, makan malam keluarga monyet, dan semacamnya.



3. Genre Kubisme

Menggunakan bentuk-bentuk geometri dalam mengungkapkan sebuah gambar nan dimaksudkan oleh sang pelukis. Lukisan matematika ini akhirnya menemui bentuk nan unik dan menarik perhatian bagi penikmatnya. Ada Pablo Picasso nan setia dengan genre Kubismenya.



4. Genre Romantisme

Aliran ini mirip sekali dengan genre naturalisme, hanya saja lukisan memang disajikan dengan lebih indah. Jauh lebih latif dari aslinya. Menceritakan tentang kehidupan nan sebenarnya, penuh warna, dan estetika alam menopang di belakangnya. Ada Basuki Abdullah nan setia dengan genre romantisme di Indonesia.



5. Genre Ekspresionisme

Lukisan genre ini digambarkan penuh dengan gejolak emosi. Citra nan seharusnya menarik dibuat sedemikian rupa sehingga kadangkala kita tidak paham maksudnya. Genre inilah nan menghasilkan gambar abstrak pada ranah seni lukis. Emosi nan ditanamkan di dalam gambar kebanyakan bukan emosi bahagia. Tetapi wujud dari tekanan atau protes jiwa terhadap hal-hal nan terjadi di sekeliling sang pelukis.



Gambar Abstrak - Kepribadian dan Gambar

Membaca kepribadian seseorang memang tak mudah. Jangankan buat melihat secara utuh pribadi seseorang dalam sebuah psikotes, bagi nan sudah berteman lama seperti suami-istri saja kadangkala masih kesulitan memahami seutuhnya pribadi pasangan masing-masing. Hal ini sebab setiap orang penuh misteri.

Ada hal-hal nan sengaja disembunyikan dari ranah publik. Disembunyikan dari orang lain buat melindungi diri mereka, atau mungkin justru buat mencelakakan orang lain. Siapa nan tahu? Karena setiap orang memiliki pilihan dalam hidupnya masing-masing.

Lalu, bagaimana dapat psikotes meminta seseorang buat menggambar sesuatu dan mengartikan kepribadian mereka dari sana? Tentu saja bisa, meskipun tak seutuhnya dapat dibaca. Goresan tangan pada gambar abstrak nan dibuat oleh seseorang merupakan luapan emosi dan pemikiran nan terpendam di dalam diri mereka. Tanpa sadar ketika menggambar, seseorang merasa memiliki dunianya sendiri. Hal inilah nan dialami oleh sebagian besar pelukis.

Lalu, haruskan menjadi seorang pelukis buat bisa membuat gambar abstrak nan bagus? Psikotes bukan tentang bagus atau tidaknya gambar nan dibuat. Bukan pula tentang nilai menggambar abstrak nan semestinya hanya dapat diberikan oleh maestroi seni lukis. Namun, psikotes mencoba menggali sisi kepribadian seseorang nan tak nampak di permukaan apabila berjumpa dan bercakap-cakap.

Beberapa jenis psikotes nan mencoba mengetahui sisi kepribadian seseorang dari gambar abstrak protesis mereka, antara lain:



1. BAUM (menggambar pohon)

Psikotes ini meminta para testee (orang nan dites) buat menggambar pohon berkayu atau berkambium. Tujuan menggambar pohon ini buat melihat goresan tangan pada gambar abstrak nan terkadang dibuat oleh mereka. Meskipun sama-sama menggambar pohon mangga, namun antara satu orang dengan nan lainnya akan berbeda penampakannya. Ada nan pohonnya lebat, ada nan buahnya lebat, ada nan batangnya kokoh, dan ada nan tinggi menjulang.

Mana nan benar? Tentu tak ada nan sahih dan salah dalam psikotes jenis ini. Yang ada, nantinya tester (penguji) akan menilai kepribadian seseorang dari goresan nan dituangkan mereka. Goresan berupa gambar abstrak pada batang pohon nan dibuat, atau mungkin penampakan akar nan sangat menonjol. Semua memiliki arti nan telah dipahami sahih oleh seorang psikolog tentunya.



2. DAP (menggambar manusia)

Psikotes menggambar manusia, tidak kalah menariknya dengan menggambar pohon. Bagi seseorang nan tak hobbi menggambar, mengambar manusia ialah hal nan paling menakutkan. Bagaimana tidak, kadangkala gambar manusia nan dibuat justru menyerupai robot atau bahkan satu makhluk nan tidak pernah kita lihat di alam nyata.

Ukuran tangan dan kaki nan tak seimbang, penggambaran rambut nan terlalu kaku, dan berbagai gambar abstrak lain nan ditimbulkan dari sana. Namun sekali lagi, bukan itu nan dinilai dalam psikotes. Tak perduli semenarik apapun gambar manusia nan dibuat, tidak perduli seaneh apapun gambar nan dibuat, semua tetap memiliki sisi pribadi masing-masing. Dan inilah target primer psikotes, yaitu buat mengetahui kepribadian seseorang.



3. HTP (menggambar rumah, pohon, dan manusia)

Sejalan dengan gambar manusia dan pohon, menggambar kedua jenis makhluk hayati ditambah dengan satu rumah juga membuat seseorang menggoreskan gambar abstrak mereka dalam secarik kertas nan disediakan. Komposisi dan kedekatan antara ketiga hal tersebut nan akan dinilai oleh psikolog dalam pencarian sedikit tentang kepribadian seorang testee .



Gambar abstrak dan Hasil Psikotes

Gambar abstrak dapat menunjukkan kepribadian seseorang? Hal ini kadangkala sulit dipahami, tetapi memang konkret adanya. Seseorang nan menggambar menuangkan apa nan ada dalam pikiran bawah sadarnya ke dalam lukisan. Citra tersebut dapat mengungkapkan emosi saat itu. Dapat emosi sedih, gembira, ataupun keraguan.

Selain itu, gambar abstrak juga menunjukkan sisi kepribadian seseorang nan paling mendalam. Karena goresan tinta tidak dapat dimanipulasi, sebab usapan pensil tidak dapat ditutupi, dan sebab seseorang akan menggambar dengan pencerahan nan tidak pernah dapat dikontrolnya dengan logika.

Beberapa gambar abstrak dan goresannya nan dapat dijadikan sebagai salah satu faktor buat melihat kepribadian seseorang antara lain:



1. Goresan garis tegas dan tebal

Goresan garis nan tegas menggambarkan sifat seseorang nan sudah terbentuk dengan ketegasannya. Tak mudah dipengaruhi oleh orang lain, dan dapat jadi terkesan kaku dan arogan. Namun nantinya, goresan garis nan tegas ini masih beriringan dengan ciri-ciri gambar abstrak lain nan dibuat mereka. Sehingga sebuah sikap tegas tersebut baik atau jelek tidaklah menjadi patokan nan absolut.

Pemilik garis tebal dan tegas ini biasanya sinkron buat pekerjaan dengan level manajer ke atas. Tentu saja, nantinya akan disesuaikan pula dengan pendidikan dan hasil psikotes lain nan menandakan kemampuan mereka.



2. Goresan garis lemah dan tipis

Goresan garis nan lemah menandakan bahwa seseorang masih ragu terhadap apa nan dijalaninya selama ini. Sikapnya nan kadangkala suka menurut, membuat dirinya dikatakan sebagai si plin plan. Mau enaknya sendiri, dapat jadi juga ada dalam diri seseorang dengan gambar abstrak garis melemah.

Namun, justru garis melemah ini banyak diminati oleh perusahaan nan mencari pegawai-pegawai baru dengan level di bawah asisten manajer. Karena mereka masih dapat diatur, diberi tugas oleh perusahaan, dan akan melakukannya tanpa banyak bertanya.



3. Goresan garis berulang

Bertambah lagi, apabila gambar abstrak garis nan dibuat diulang-ulang, namun ternyata tidak pernah sukses buat membuatnya tegas. Maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki kepribadian nan masih terbawa emosi. Belum kukuh dan perlu pembelajaran dengan lingkungan sekitar. Apabila lingkungannya baik maka menjadi baiklah orang tersebut. Dan apabila lingkungan sekitarnya buruk, maka menjadi buruklah orang tersebut.