Psikologi Kejiwaan dan Jenis Kecerdasan Manusia

Psikologi Kejiwaan dan Jenis Kecerdasan Manusia

Psikologi kejiwaan ? Seorang psikologi atau psikiater niscaya tahu betul apa nan dimaksud dengan psikologi kejiwaan. Sebuah ilmu nan belajar tentang kejiwaan seseorang, tentang pengaruh nan dibawa oleh keadaan jiwa seseorang terhadap perilakunya. Klarifikasi sederhananya kurang lebih seperti itu.



Apa Itu Psikologi Kejiwaan?

Pertanyaan tersebut niscaya terlintas di benak masyarakat Indonesia nan ingin tahu betul tentang apa nan dimaksud dengan psikologi kejiwaan . Karena bagi sebagian orang, mengetahui kondisi jiwa seseorang rasanya cukup mengasyikkan. Mereka dapat tahu bagaimana caranya menghadapi orang dengan kepribadian nan berbeda-beda.

Psikologi kejiwaan merupakan kajian psikologi nan mulai menyadari tentang jiwa dalam diri manusia. Pada mulanya psikologi mengabaikan masalah jiwa dalam diri manusia. Jiwa dalam diri manusia dianggap sebagai sesuatu nan abstrak. Psikologi hanya mengkaji sesuatu nan konkret, yaitu mengenai tingkah laku pada diri manusia.

Padahal arti dari psikologi itu sendiri ialah ilmu jiwa. Pemahaman bahwa psikologi hanya memelajari tingkah menimbulkan usulan kalau nama psikologi lebih baik diganti dengan nama ilmu "tingkah laku". Namun, pada akhirnya para ahli psikolog menyadari bahwa ada faktor lain dalam diri manusia nan juga memengaruhi kehidupan manusia.

Faktor tersebut ialah kekuatan jiwa. Kekuatan jiwa ini disebut oleh para ahli sebagai spiritual intelligence (kecerdasan spiritual). Bahwa faktor kejiwaan hakikatnya merupakan dasar terciptanya sebuah konduite manusia.

Sederhananya ketika kejiwaan sedang tak terganggu dalam artian tak ada stres nan melanda, konduite manusia akan cukup kooperatif, menyenangkan. Berbeda ketika jiwa sedikit terganggu dampak terlalu banyak nan sedang dipikirkan. Stres, dan hal-hal nan sifatnya beban dalam pikiran akan membuat seseorang berperilaku tak menyenangkan.



Pentingnya Mengetahui Psikologi Kejiwaan

Dari sini jelas terlihat bahwa betapa pentingnya memelajari paling tak mengetahui informasi tentang psikologi kejiwaan. Informasi tersebut bukan hanya buat mereka nan berkecimpung langsung di global psikologi, tapi juga masyarakat awam secara luas.

Mengetahui keadaan kejiwaan seseorang, emosional atau tidak, sedang stres atau tak akan membantu Anda buat lebih memahami kepribadian seseorang. Anda jadi sedikit mengerti bagaimana harus menghadapi seseorang nan sedang dalam kondisi kejiwaan tertentu.

Mengetahui psikologi kejiwaan dalam hal ini kondisi kejiwaan seseorang akan membantu dalam kehidupan sosial Anda. Anda akan terhindar dari bercanda nan salah waktu, Anda akan terhindar dari kesalahan bicara nan tak disengaja. Karena hal-hal seperti itu berpotensi menimbulkan komunikasi nan tersendat dan interaksi nan menjadi kurang baik.

Menjadi manusia nan peka terhadap kondisi kejiwaan seseorang ialah salah satu kunci mendapatkan teman dalam jumlah nan banyak. Coba saja perhatikan. Mereka nan egois cenderung dijauhi, sementara mereka nan peduli dengan keadaan orang lain, akan menjadi orang nan sangat disayangi.



Psikologi Kejiwaan dan Jenis Kecerdasan Manusia

Sejatinya, psikologi tentang kejiwaan erat kaitannya dengan dua kecerdasan manusia. Yakni kecerdasan intelektual dan emosional. Eratnya interaksi antara psikologi kejiwaan dengan kecerdasan emosional dan intelektual terkait dengan kemampuan seseorang "mengatur" kejiwaannya. Kurang lebih seperti itu.

Kita telah mengenal bahwa dalam manusia ada dua kecerdasan, yaitu Kecerdasan Intelektual (Intellegence Quetion) dan Kecerdasan Emosional (Emotional Question). Kedua kecerdasan itu dikemukakan pertama kali oleh Daniel Goleman. Hingga pada akhirnya orang menyadari bahwa kesuksesan tak cukup hanya dengan mengandalkan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional.



1. Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan nan tumbuh berkat pendidikan. Berkat masuknya berbagai ilmu nan dipahami oleh seseorang. Manusia nan intelektualnya cerdas akan menjadi seorang nan pintar secara akademik. Ia dapat memecahkan persoalan-persoalan nan menuntut inteligensi tinggi.



2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional berbeda dengan kecerdasan emosional. Dalam kajian psikologi kejiwaan , kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur emosinya maupun emosi lingkungan di sekitarnya. Klarifikasi sederhananya seperti itu.

Kecerdasan emosional dirasa lebih krusial dibanding dengan kecerdasan intelektual. Kecerdasan ini memiliki andil nan cukup besar buat mendorong kesuksesan seseorang. Kasarannya, mereka nan ber- attitude baik lebih cepat menanjak daripada mereka nan pintar tapi attitude -nya tak begitu baik.



Psikologi Kejiwaan - Memahami Kecerdasan Spiritual Manusia

Kedua kecerdasan itu harus dipadukan dengan kecerdasan lain nan ada dalam diri manusia, yaitu Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan spiritual memiliki peranan nan tidak kalah krusial dari dua kecerdasan nan tadi sudah disebutkan.

Kecerdasan Spiritual sebenarnya sudah lama diperbincangkan. Hanya saja pembahasan itu memiliki kemasan nan berbeda pada masanya. Di dalam kajian psikologi dikenal tiga genre besar nan menjadi inspirasi berbagai genre psikologi saat ini. Tiga genre besar itu ialah Behaviorisme, Psikoanalisi, dan Humanistis.

Konsep jiwa manusia diperbincangkan pada masa munculnya genre psikologi Humanistis. Genre Humanistis kemudian dikembangkan ke dalam psikologi transpersonal, nan mengkaji aspek pengalaman spiritual sebagai landasannya. Maslow seperti nan dikutip di dalam buku " Spiritual Intellegence " karya Danah Zohar dan Ian Marshal mengatakan bahwa kajian psikologi belum paripurna sebelum difokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, kecerdasan spiritual ialah kecerdasan buat menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan spiritual menempatkan konduite dan hayati dalam konteks makna nan lebih luas dan kaya, kecerdasan nan digunakan buat menilai segala tindakan atau jalan hayati nan lebih bermakna.

Khalil A Khavari menyebut kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non-material dalam diri setiap insan. Khalil mengatakan bahwa kecerdasan ini merupakan intan nan tersimpan dalam diri manusia. Manusia harus mengetahui dan mengenalnya, menggosoknya sampai mengkilap dengan penuh tekad, menggunanakannya menuju kearifan, dan buat mencapai kebahagiaan abadi.

Tony Buzan memandang kecerdasan spiritual sebagai sesuatu nan berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu nan lebih besar, meliputi "melihat suatu citra secara menyeluruh". Sedangkan Stephen Covey melihat kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan nan paling fundamental daripada kecerdasan lainnya.

Kecerdasan spiritual menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan nan lain dalam diri manusia. Ia menjadi wakil atas kerinduan manusia terhadap pencarian mana dan interaksi nan tak terbatas. Kecerdasan spiritual

Jika disimpulkan, kecerdasan spiritual berarti kemampuan potensial dalam diri manusia nan menjadikan ia bisa menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan nan lebih besar dan sesame mahluk hidup, sebab merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Kecerdasan spiritual membawa manusia buat dapat menempatkan diri dan hidupnya kea rah nan lebih positif dengan lebih bijaksana, lebih damai, dan mendapatkan kebahagiaan nan hakiki.

Pemahaman mengenai kecerdasan spiritual pada zaman ini sangat relevan. Pada zaman ini kita melihat ada begitu banyak persoalan-persoalan sosial nan semakin membebani hayati seseorang. Namun, saat ini manusia mengalami krisis spiritual sebab kebutuhan akan makna tak terpenuhi. Manusia pun banyak nan hayati dalam kondisi dangkal dan hampa.

Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia buat menguatkan kehidupan agamanya. Dengan kehidupan agama nan baik maka manusia pun dapat menjadi manusia nan humanis. Dalam pembahasan ini kecerdasan spiritual memandang manusia sebagai manusia nan psikologis. Namun dalam keagamaan, kecerdasan spiritual memandang manusia sebagai mahluk kreasi Allah Yang Maha Besar.

Psikologi Kejiwaan pada akhirnya mencakup kondisi kejiwaan manusia secara keseluruhan. Kecerdasan inteletual, emosional dan spiritual ialah pembentuk kejiwaan manusia itu sendiri.