Akibat-Akibat Positif Revolusi Industri

Akibat-Akibat Positif Revolusi Industri

Revolusi industri merupakan perubahan di bidang usaha mencapai hasil produksi dengan cara radikal dengan memanfaatkan mesin-mesin. Akan tetapi, revolusi nan berawal di Inggris pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 (sekitar tahun 1750-1850) ini tak sekadar berpengaruh kepada kemajuan industri. Akan tetapi, juga berpengaruh kepada aspek budaya, sosiokonomi, dan teknologi.

Terminologi “revolusi industri” sendiri diperkirakan mulai digunakan sejak seorang duta Prancis memperkenalkannya dalam surat. Isi surat tersebut mengumumkan bahwa Prancis akan ikut serta dalam revolusi industri ( la revolution industrielle ) di tahun 1799.



Penyebab Terjadinya Revolusi Industri

Penyebab primer meletusnya revolusi ini di Inggris hingga sekarang masih diperdebatkan dan dianggap terlalu kompleks (tidak adanya 1 penyebab utama). Akan tetapi, kebanyakan pakar sejarah meyakini bahwa revolusi ini merupakan bentuk perkembangan dari perubahan-perubahan di bidang sosial dan kelembagaan. Perubahan ini disebabkan oleh kekuasaan feodalisme di Inggris Raya pasca terjadinya Perang Saudara di Inggris pada abad ke-17.

Dengan diperketatnya supervisi batas-batas negara Inggris Raya, penyebaran endemi penyakit menjadi berkurang. Dan ini mencegah terjadinya endemi epidemik nan sering terjadi di kala itu. Angka keselamatan hayati bayi-bayi dan balita meningkat. Hingga memungkinkan tersedianya jumlah tenaga kerja nan melimpah saat mereka dewasa.

Gerakan revolusi agrikultural (sejak abad ke-15) di negara tersebut menyebabkan kegiatan produksi bahan makanan lebih efisien tanpa perlu mempekerjakan banyak orang. Hal ini rupanya tak seimbang dengan populasi tenaga kerja usia produktif nan terus bertambah. Mereka mengalami kesulitan mencari pekerjaan di bidang agrikultur di desanya masing-masing. Oleh sebab itu, terjadilah urbanisasi besar-besaran ke kota-kota besar. Sehingga masyarakat banyak bekerja di bidang manufaktur, seperti menenun.

Semakin hari usaha-usaha rumahan di bidang manufaktur ini semakin berkembang hingga akhirnya membentuk pabrik-pabrik. Pasar mereka pun semakin luas dengan adanya kebijakan perluasan kolonialisme (penjajahan ke negara-negara lain). Hal ini bersamaan dengan dimulainya perdagangan internasional. Keadaan bertambah baik bagi industri manufaktur dengan dimulainya revolusi teknologi pada abad ke-17.

Revolusi teknologi inilah nan dipercaya oleh banyak pakar sejarah sebagai pemicu primer terjadinya revolusi ini. Hal tersebut tentu terkait kemajuan teknologi kala itu mempermudah pekerjaan di bidang manufaktur, terutama setelah ditemukannya mesin-mesin bertenaga uap. Bisa disimpulkan bahwa penyebab revolusi industri di Inggris merupakan sebuah rentetan peristiwa dan aspek nan saling memengaruhi satu sama lain.

Dimulai dengan semakin makmurnya Inggris di bawah kekuasaan feodalisme kerajaan. Semakin berkualitasnya tenaga kerja nan dimiliki Inggris sebab terlindungi dari endemi penyakit dan tersedianya bahan pangan berkualitas nan melimpah. Terjadinya arus urbanisasi ke kota besar (seperti London) sebab adanya revolusi agrikultural. Hingga semakin dihargainya penemu-penemu dan inovator di bidang teknologi nan memicu banyaknya penemu-penemu baru.

Revolusi ini bagaikan memiliki imbas domino. Ini sebab pada tahun-tahun selanjutnya, negara-negara lain di Eropa (dan juga Amerika Serikat) mulai terlibat dalam perdagangan internasional dan turut serta melakukan revolusi di bidang industri.



Akibat-Akibat Positif Revolusi Industri

Revolusi industri di Inggris nan terjadi selama kurang lebih 1 abad lamanya ini membawa angin segar penemuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Berikut ialah beberapa di antaranya:



1. Kemajuan di Bidang Tekstil

Di awal abad ke-18, industri tekstil di Inggris hanya berpaku pada produksi kain wol nan dibuat handmade , ditenun satu demi satu oleh para pekerja tangan. Industri ini dikenal dengan sebutan industri rumahan.
Keadaan lantas berubah semenjak terjadinya revolusi industri .

Revolusi di bidang teknologi berperan besar dalam memajukan industri tekstil Inggris. Dengan diciptakannya mesin tenun, mesin pemintalan, dan mesin-mesin pendukung produksi tekstil lainnya. Mesin pemintalan pertama bekerja dengan memanfaatkan tenaga keledai. Selanjutnya berkembang memanfaatkan tenaga kuda, tenaga air, dan sebagainya.

Dengan penemuan dan pemugaran di sana-sini, akhirnya para penemu bukan saja menciptakan mesin pemintalan nan lebih modern. Juga menciptakan mesin-mesin nan memungkinkan industri tekstil memproduksi kain dari bahan katun dan bahan lainnya. Mesin-mesin tekstil paling modern di masa revolusi ini menggunakan tenaga uap sebagai tenaga penggeraknya.



2. Kemajuan di Bidang Metalurgi

Metalurgi merupakan ilmu mengolah dan merekayasa mineral dan logam sehingga bisa dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan besar nan terjadi di bidang ini ialah penggantian penggunaan bahan bakar kayu ke bahan bakar mineral (batu bara). Meski sebenarnya penggunaan batu bara sebagai bahan bakar sudah diperkenalkan sejak tahun 1678 (sebelum revolusi industri). Akan tetapi, perkembangan dan penemuan nan signifikan terjadi pada saat revolusi.

Kemajuan di bidang metalurgi juga mencakup pemanfaatan jenis-jenis besi hingga pembuatan baja. Teknik-teknik maju di bidang metalurgi saat itu menopang pembuatan mesin-mesin industri nan berkualitas.



3. Kemajuan di Bidang Pertambangan

Pertambangan batu bara bukan hal baru di Inggris. Jauh sebelum revolusi industri, masyarakat Inggris sudah sering menggali terowongan buat menambang mineral ini. Akan tetapi, penambangan batu bara dengan cara tradisional bukannya tanpa risiko bahaya gas nan dihasilkan dari batu bara tersebut. Alat-alat nan masih konvensional dan metode penambangan nan seadanya menyebabkan kegiatan pertambangan batu bara bagaikan pertarungan hayati dan wafat si penambang.

Untunglah mesin uap James Watt memberi solusi nan lebih baik. Mesin-mesin pendukung pertambangan nan dilengkapi lampu keselamatan mulai digunakan sejak terjadinya revolusi ini. Selain itu, proses ekskavasi gua batu bara digantikan dengan cara nan lebih praktis. Dengan cara meledakkan gua dengan berbagai bahan kimia nan ditemukan selama revolusi tersebut.



4. Kemajuan di Bidang Tenaga Uap

Barangkali, inilah kemajuan nan paling populer dari revolusi industri. Diciptakannya mesin-mesin bertenaga uap merupakan kemajuan nan signifikan di berbagai industri. Ini sebab dengan mesin bertenaga uap, para pengusaha tak membutuhkan banyak pekerja (cukup mempekerjakan beberapa operator mesin saja) dan produktivitas produksi barang semakin meningkat.



5. Kemajuan di Bidang Ilmu Kimia

Selama revolusi ini, banyak percobaan-percobaan kimia dilaksanakan. Metode-metode nan lebih efisien dalam menciptakan zat-zat kimia bermunculan. Seperti metode pembuatan asam sulfur, alkali, natrium karbonat, asam klorida, kalsium sulfida, dan sebagainya. Penemuan-penemuan di bidang ilmu kimia merupakan jalan bagi terlaksananya inovasi-inovasi di bidang lain. Seperti, industri sabun, kaca, dan kertas nan efisien dan efektif.



6. Kemajuan-Kemajuan Lain

Kemajuan-kemajuan lain nan disebabkan terjadinya revolusi ini antara lain:

  1. Kemajuan di bidang permesinan (kecil dan besar);
  2. Penerangan dengan tenaga hidrogen, metana, dan sebagainya;
  3. Pembuatan kaca nan lebih modern; dan
  4. Perkembangan metode-metode transportasi di London.


Akibat-Akibat Negatif Revolusi Industri

Meski membawa akibat positif pada perkembangan teknologi, revolusi industri juga memberi akibat negatif dalam aspek sosial. Salah satunya ialah arus urbanisasi besar-besaran. Arus urbanisasi ke kota-kota besar pusat industri menyebabkan banyak orang desa nan terlunta-lunta di kota. Sementara, bidang agrikultural di desa tak terurus. Dengan kata lain, terjadi ketimpangan antara bidang industri dan bidang agrikultural di Inggris selama revolusi industri.

Orang-orang desa nan berurbanisasi ke kota-kota besar dengan mengharapkan kehidupan nan lebih layak pun tak semuanya beruntung. Penemuan-penemuan di bidang permesinan industri menyebabkan pabrik-pabrik tak terlalu banyak memerlukan pekerja.

Hal ini berimbas pada rendahnya upah pekerja dan panjangnya jam kerja. Efek nan lebih jauh lagi ialah banyaknya anak di bawah umur dan wanita nan dipekerjakan sebab upah mereka lebih rendah daripada pekerja laki-laki. Ini dianggap menguntungkan para pengusaha dan menekan biaya produksi.

Upah nan rendah dan jam kerja nan tak manusiawi berimbas pula pada kesenjangan kesejahteraan nan mencolok. Saat para pengusaha semakin sukses, para pekerja justru semakin susah.

Kesenjangan ini seringkali menimbulkan ketegangan di antara kedua belah pihak hingga huru-hara menjadi hal nan lumrah terjadi saat revolusi industri. Secara tak langsung, kesenjangan ini melahirkan idealisme-idealisme di bidang sosial politik, yakni kapitalisme (kaum pengusaha) dan sosialisme (kaum buruh).