Fakta Sejarah
Para generasi muda Cina, sejak sangat dini dibenamkan data-data kehebatan nenek monyangnya sehingga anak tersebut bangga dengan bangsanya sendiri dan akan berusaha mati-matian buat dapat menjaga warisan berharga nenek monyangnya. Tak hanya terjadi di Negeri Cina, bangsa Indonesia pun ternyata telah melakukan hal serupa. Lewat Museum Juang 45 , fakta sejarah kehebatan para pendahulu itu diperkenalkan. Namun, sudah seberapa jauh usaha melakukan sosialisasi fakta sejarah ini kepada para generasi muda?
Belajar Dengan Cina
Begitu banyak hal nan dapat dipelajari dari negara nan telah begitu maju dengan kebudayaannya sejak ribuan tahun silam. Negeri Tirai Bambu ini memang mempunyai satu karakter nan perlu dipelajari. Bukan sebab ini menjadi pemuja Cina, tetapi pelajaran dari negeri dengan jumlah penduduk terbesar di global ini akan memberikan satu perbedaan makna berbeda dari bangsa lain. Bangsa satu ini telah membuktikan diri sebagai salah satu bangsa nan dapat bertahan dari segala gempuran budaya dan gempuran pengaruh dari negara-negara nan dipandang lebih maju.
Salah satu hal nan dapat dikagumi ialah perjuangan orang Cina memperkenalkan apa nan telah dilakukan oleh para pendahulunya. Perjuangan suatu bangsa bisa dijadikan salah satu pelajaran pembentukan karakter bangsa. Cina ialah salah satu negara nan sangat pandai mengelola sejarah kehebatan masa lalunya menjadi cambuk perjuangan hayati meraih prestasi terbaik di segala bidang. Setiap anak Cina harus tahu siapa leluhurnya dan apa saja nan telah dilakukan oleh leluhur mereka dahulu sehingga para leluhur itu dapat dibanggakan.
Satu warisan budaya dan warisan ilmu nan baik itu harus diberitahukan kepada para generasi berikutnya. Generasi muda itu harus menghargai dan menghormati apa nan telah dilakukan oleh para pendahulu itu. Bila mereka tak menghargainya, merek akan mendapatkan celaka. Penghormatan kepada para leluhur ini bahkan diabadikan dalam satu rangkaian upacara penghormatan kepada para leluhur. Bangsa Indonesia mungkin tak perlu memuja para leluhur. Namun demikian, mukan berarti bangsa ini tak dapat menghargai apa nan telah leluhur mereka lakukan terutama para pahlawan.
Penghargaan terhadap para pahlawan itu akan membangkitkan makna keindonesiaan. Semangat membangun negeri akan kian membara ketika tahu bahwa apa nan dilakukan kini tak seberat nan telah dilakukan oleh para pendahulu. Apa nan telah diletakkan sebagai satu karakter bangsa harusnya dipelihara bahkan dilestarikan agar bangsa Indonesia lebih mengenal bangsa sendiri dan mau berusaha buat terus memacu diri berbuat lebih baik demi bangsa dan kesejahteraan rakyatnya. Salah satu hal nan dapat dilakukan demi memperkenalkan jiwa perjuangan itu ialah melalui kunjungan kepada museum termasuk Museum Juang 45 .
Bagaimanapun, tahun 1945 seakan menjadi satu momentum puncak perjuangan bangsa. Walaupun setelah itu, bangsa ini tetap harus berjuang mempertahankan kemerdekaannnya dan berusaha meraih pengakuan sebagai negera merdeka dari tangan Belanda, semangat juang itu tetap harus dikobarkan. Anak-anak sekarang harus bangga mempunyai para pejuang muda usia nan berjuang tanpa lelah. Mereka tidak takut mati. Mereka konfiden berada pada jalur perjuangan nan sahih sehingga mereka tak takut jiwa dan nyawanya melayang oleh sebutir peluru ataupun oleh sebuah granat maupun sebuah bom.
Perjuangan tanpa lelah inilah nan harus dipelajari dan ditransfer kepada para generasi muda. Cukup menyedihkan ketika generasi bangsa ini hanya dapat bersenang-senang main game atau main permainan lain nan tak dapat memberikan kegunaan apa-apa kepada jiwa dan raga mereka. Adalah satu kekalahan ketika tak dapat memanfaatkan waktu nan telah diberikan Tuhan kepada manusia. Bangsa lain dapat maju, mengapa bangsa ini seolah hanya menikmati kemajuan bangsa lain? Tidak adakah keinginan meraih sesuatu nan lebih dari apa nan telah atau nan akan diraih oleh bangsa lain.
Dengan melihat apa nan ada di museum perjuangan, anak-anak nan akan melanjutkan perjuangan bangsa hingga akhir zaman, akan memahami dari mana asal sebauh kemerdekaan. Bahwa mendapatkan kemerdekaan itu tak mudah. Dibutuhkan tekad nan kuat dan komitmen perjuangan nan jelas agar semangat juang itu tetap membara. Membandingkan dengan apa nan telah dilakukan oleh orang Cina kepada para generasi mudanya, sepertinya bangsa ini harus mengatur taktik bagaimana anak bangsa ini mampu menghormati dan menghargai apa nan anak bangsa terdahulu telah lakukan.
Makna Gedung Joang 45 dalam Perjuangan Bangsa
Museum Juang 45 menempati sebuah bangunan antik nan dulunya merupakan sebuah hotel. Gedung dengan banyak ruangan ini sangatlah sejuk. Halamannya nan asri, beberapa ornamen patung dada dari pahlawan nasional Indonesia, bentuk atap khas bangunan Belanda, lantai berwarna gelap dengan dinding-dinding lebar, membuat pengunjung merasa nyaman dan tidak merasakan gerahnya udara Jakarta Pusat loka di mana gedung ini berada.
Daerah Menteng merupakan satu daerah nan cukup pas bagi keberadaan gedung satu ini. Kepadatan kendaraan di lingkungan nan memang banyak dihuni oleh orang-orang hebat negeri ini, telah membuat gedung satu ini mudah diraih. Akses nan mudah itu memang disengaja. Walaupun pada kenyataannya, tak banyak nan ingin mengunjungi museum satu ini. Padahal atta letak dan tata kelola gedung telah sangat optimal. Pikiran orang Indonesia saja nan masih belum memahami betapa pentingnya mempelajari sejarah. Bukan sebab ingin mempunyai nilai nan bagus, melainkan dengan kesungguhan hati ingin mendapatkan ilmu nan bermanfaat tentang kehidupan masa lampau.
Fasilitas Museum
Museum nan tepatnya berada di Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ini sudah mengalami renovasi sejak pembukaannya pada 1974. Renovasi dilakukan buat menambah fasilitas museum, seperti, Plaza buat aktivitas outdoor , Childrenroom , ruang spesifik buat kreativitas anak dilengkapi game komputer pahlawan, mewarnai, puzzle , dan permainan knock-down . Fasilitas tersebut dibangun guna memberikan pelayanan nan lebih baik kepada para pengunjung museum.
Renovasi dilakukan agar menarik perhatian para pengunjung. Bagaimanapun, perjuangan bangsa ini harus disebarluaskan. Semangat nan tidak pernah luntur dengan tujuan nan jelas itu membuat banyak orang berpikir bahwa perjuangan itu memang tak boleh berhenti hingga jiwa dan ruh ditarik kembali ke alam keabadian. Perjuangan itu hanya berubah bentuknya. Semangat mencapai tujuan demi menggapai kehidupan nan lebih baik, tetap terus dilakukan hingga apa nan dicita-citakan terwujud. Apalagi kalau cita-cita itu merupakan cita-cita demi kesejahteraan hayati bersama.
Selain fasilitas tambahan tersebut, Museum Juang 45 sudah dulu memiliki fasilitas penunjang lainnya, misalnya, ruang Pameran Tetap dan Temporer dengan pojok multimedia, sinema Joang '45, studio penayangan film-film dokumenter dan film perjuangan lama, perpustakaan surat keterangan sejarah ilmiah, dilengkapi komik-komik perjuangan buat bacaan anak. Semua fasilitas itu tentu saja buat membuat para pengunjung merasa beda berada di museum tersebut.
Kalau bentuk dan fasilitas museum tak bagus dan tak menarik, maka para pengunjung akan sangat keberatan menghabiskan waktu, energi, dan uang mereka demi melihat sesuatu nan tak memberikan makna apa-apa. Paling tidak, kesejukan halaman museum ini membawa perbedaan makna nan berbeda. Setelah menikmati perbedaan makna yang teduh nan ada di halaman museum sambil membayangkan para pejuang nan berteduh di bawah rindangnya pepohonan, mungkin saja ada getaran hati ingin mengelilingi semua ruangan nan ada di museum tersebut.
Tidak sporadis gedung ini juga dipakai sebagai loka penyerahan hadiah buat lomba-lomba nan berkaitan dengan sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah. Hal ini dilakukan tak lain agar para generasi muda paham bahwa berjuang itu tidak mengenal lelah apalagi kata menyerah. Mati ialah sebuah taruhan biasa nan harus diambil dalam mewujudkan cita-cita perjuangan. Kematian nan berguna nan menjadi pengorbanan demi kebahagiaan dan kehidupan nan lebih baik bagi penerus bangsa. Oleh karenanya, para generasi muda tak boleh menyepelekan ataupun melupakan fakta sejarah tersebut.
Fakta Sejarah
Pada masa penjajahan Jepang, Gedung Joang digunakan sebagai loka mendidik pemuda-pemuda Indonesia mengenai perpolitikan. Pendidikan tersebut dibiayai oleh bangsa Jepang. Fakta sejarah lainnya nan dapat dilihat di Museum Juang 45 ini ialah mobil pertama Presiden dan wakil Presiden serta citra tentang perjuangan Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan termasuk juga peristiwa pengeboman Cikini nan dimaksudkan buat membunuh Sukarno.