Hal-hal nan Perlu Dihindari Seorang Pemimpin

Hal-hal nan Perlu Dihindari Seorang Pemimpin

Pemimpin sebagai figur dalam sebuah sistem selalu dipertanyakan setiap kali sebuah sistem organisasi goyah, mengalami kekacauan, dan tak sukses mencapai tujuan. Isu tentang kepemimpinan selalu muncul mulai dari level keluarga, organisasi, hingga negara.

Karena keberhasilan sebuah sistem, kelompok, atau organisasi memang ditentukan oleh peran pemimpinnya. Ketika sebuah keluarga mengalami perpecahan, orangtua sebagai kepala rumah tangga akan dipertanyakan bagaimana tanggung jawabnya dalam mempertahankan kelangsungan hayati berumah tangga.

Begitu pula di taraf negara. Ketika ekonomi tak merata dan menciptakan disparitas sosial nan tajam, maka pemimpin negara, dalam hal ini presiden juga akan dipertanyakan kredibilitasnya.

Maka tidak heran jika isu tentang kepemimpinan selalu menyeruak. Banyak orang nan berusaha mendefinisikan arti pemimpin nan baik. Banyak pula forum nan memberikan pelatihan kepemimpinan agar para calon pemimpin masa depan mengerti betul apa nan harus dan tak boleh dilakukannya ketika duduk di tampuk kekuasaan.

Ada banyak sekali definisi pemimpin nan dikemukakan oleh para tokoh. Dari sekian banyak definisi itu, pada dasarnya ialah seorang nan memiliki kemampuan buat memengaruhi orang lain, mengarahkan tingkah laku orang lain, memiliki visi dan misi sehingga tahu ke mana orang-orang itu harus diarahkan buat mencapai tujuan bersama.



Gaya Para Pemimpin

Gaya kepemimpinan setiap orang memiliki karakter dan kepribadiannya sendiri-sendiri, demikian pula dengan pemimpin memiliki gaya mereka sendiri. Kadang gaya seorang memimpin dapat dengan mudah dideskripsikan sebagai gaya kepemimpinan tertentu, namun ada kalanya seorang nan memimpin memiliki lebih dari satu gaya sehingga sulit mendeskripsikan gayanya.

  1. Gaya otoriter

Gaya otoriter memandang dirinya sebagai pusat dari segala keputusan dan kebijakan. Segala sesuatu bersumber pada dirinya, dan tak membuka ruang bagi orang lain buat mengemukakan pendapat atau kritik. Ia menentukan segala sesuatu, dan bawahannya hanya sebagai pelaksana atas instruksinya.

Gaya otoriter cenderung menganggap para bawahannya sebagai bagian dari alat produksi seperi mesin, sehingga ia cenderung kurang menghargai mereka. Oleh sebab itu, tidak sporadis jika mereka hanya mengutamakan tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan, tapi mengabaikan kepentingan karyawan atau bawahannya.

Meski banyak dinilai negatif, namun gaya otoriter ini sebenarnya sangat berguna dalam situasi darurat, seperti perang nan membutuhkan tindakan cepat dan keputusan tegas, tak memberi ruang perdebatan nan akan membuang-buang waktu. Oleh sebab itu, tidak heran jika gaya otoriter banyak diterapkan dalam global militer.

  1. Gaya paternalistik

Gaya paternalistik dapat ditemukan dalam masyarakat agraris tradisional. Mereka dianggap sebagai "sesepuh" atau orang nan dituakan dan dihormati oleh kelompoknya. Gaya kepemimpinan tradisional ini lebih mengutamakan kebersamaan dan kekeluargaan. Biasanya gaya paternalistik dapat ditemukan pada figur tokoh adat, ulama, guru, dan sebagainya.

  1. Gaya kharismatik

Gaya nan satu ini barangkali telah memiliki talenta memimpin sejak lahir. Ia memiliki kharisma atau daya pikat luar biasa sehingga mampu memengaruhi orang lain dengan mudah dalam jumlah besar dan mendapatkan loyalitas dari para pengikutnya.

Ia memiliki gaya hayati nan unik, esentrik, dan kadang di luar kebiasaan, namun apapun nan dilakukannya selalu mengundang kekaguman dari orang lain. Meski kadang orang lain tak dapat memberikan klarifikasi masuk akal kenapa mereka mengagumi pemimpin kharismatik ini.

Kelemahan gaya kharismatik nan terlalu bersumber pada "keakuan" ini ialah terlena dalam popularitas dan berpotensi menyalahgunakaan kekuasaan. Contohnya, mantan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Dalam setiap pidato orasinya, Bung Karno selalu mampu menggetarkan hati dan membuat bulu kuduk berdiri nan membakar semangat nasionalisme para pengikutnya.

  1. Gaya Laissez Faire

Gaya Laissez Faire ini merupakan tipe nan tak terlalu ambil pusing dengan organisasi nan dipimpinnya. Ia cenderung malas dan menganggap bahwa organisasi nan dipimpinnya ini merupakan sebuah sistem nan sudah terbentuk mapan dan dapat berjalan dengan sendirinya, tanpa memerlukan campur tangan nan besar darinya.

Jika tipe ini memiliki kaki tangan nan kompeten dan dapat dipercaya, maka organisasi mampu berjalan dengan baik tanpa campur tangannya. Namun jika tidak, dapat dipastikan organisasi ini tak akan berkembang, nan terjadi hanya mandeg, dan bahkan bisa-bisa akhirnya gulung tikar sebab tak mampu menjawab tantangan perubahan zaman. Ironisnya, tipe ini jumlahnya lebih banyak daripada tipe nan lainnya.

  1. Gaya demokratis

Gaya demokratis menyadari pentingnya pembagian peran dan tanggung jawab. Namun, meski sebuah organisasi terdiri dari banyak bagian nan menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing, semuanya tetap satu kesatuan organisasi nan utuh nan bersama-sama bekerja demi mencapai tujuan bersama.

Tanpa nan satu, nan lain tak akan ada artinya. Oleh sebab itu, menghargai masing-masing individu nan berperan merupakan karakteristik khas pemimpin nan demokratis.



Hal-hal nan Perlu Dihindari Seorang Pemimpin

Banyak hal nan harus dilakukan oleh seorang dalam memimpin, namun jangan hanya terpaku pada daftar hal-hal nan harus dilakukan, tapi ingat pula hal-hal nan perlu dihindari. Tak sporadis mereka terlalu fokus melakukan banyak hal nan harus dilakukan, namun mengabaikan hal-hal kecil nan harus dihidari namun membawa akibat nan fatal.

  1. Tidak mampu mengembangkan orang lain

Pemimpin nan baik bukan saja mampu membawa organisasinya menuju kesuksesan, tapi juga harus dapat mengembangkan setiap individu nan terlibat di dalam organisasi tersebut. Kegagalan mengembangkan orang lain menjadi lebih baik artinya risiko bagi organisasi nan berangkutan, sebab tak memberi kesempatan orang lain buat berkembang dan ikut memikirkan kemajuan organisasi.

  1. Fokus pada hasil dan mengabaikan cara

Banyak nan hanya melulu fokus pada hasil akhir, namun mengabaikan bagaimana bawahannya harus mencapai hasil tersebut. Ia menetapkan standarnya sendiri tentang cara mendapatkan hasil seperti nan diinginkan, tapi lupa bahwa setiap individu memiliki gaya dan cara mereka sendiri.

Ada kalanya seseorang akan lebih efektif bekerja dengan cara A dan bukan cara B. Namun bagi orang lain ia lebih cocok menggunakan cara B bukannya A.

  1. Memperlakukan semua orang dengan seragam

Setiap individu memiliki keunikan tersendiri. Oleh sebab itu, setiap individu juga sebaiknya diperlakukan secara unik. Jika seorang pemimpin memperlakukan semua orang dengan seragam, ia akan melewatkan banyak keunikan dan kelebihan nan dimiliki stafnya.

  1. Tidak memiliki standar

Meski setiap individu itu unik dan memiliki cara mereka sendiri dalam bekerja, namun seorang mereka harus memiliki baku kerja nan tegas. Konsekuensinya ialah hukuman atau peringatan bagi mereka nan tak dapat memenuhi baku atau sasaran nan ditentukan.

Menjadi seorang pemimpin memang bukan hal nan mudah. Mereka akan mendapat pujian jika organisasi nan dipimpinnya meraih kesuksesan, namun mereka pula nan akan dicela jika organisasinya gagal mencapai tujuan nan dicita-citakan.

Ada pula perdebatan tentang apakah pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan. Namun mungkin seorang pemimpin nan baik ialah nan memiliki talenta memimpin dan memengaruhi orang lain dan juga selalu mengembangkan dan menempa diri buat mengasah talenta kepemimpinannya agar menjadi nan terbaik.