Memperbaiki Diri
Mengawali Rumah Tangga Harmonis
Banyak nan terjebak dengan indahnya cerita cinta, padahal jatuh cinta hanyalah langkah awal buat mengejar cinta nan sesungguhnya yaitu cinta sejati. Terdengar sangat muluk, namun layak buat diperjuangkan. Manusia ditakdirkan buat berpasangan dan memiliki keturunan, walau barangkali tak semuanya. Jika tak ada kecocokan dalam berpasangan maka rumah tangga menjadi tak harmonis.
Bagimana cara mengawali rumah tangga harmonis? Diperlukan pencerahan penuh buat membedakan antara hasrat, ambisi, nafsu, dan perasaan cinta itu sendiri. Ketertarikan fisik mungkin merupakan pemicu dua insan buat jatuh cinta atau merasakan hasrat nan kuat buat terus bersama-sama. Namun dibutuhkan pula campur tangan pihak lain yaitu keluarga, kerabat maupun sahabat terdekat buat memberikan pandangan mengenai calon pasangan. Mengapa? Karena orang nan tengah jatuh cinta seringkali sulit buat melihat fenomena dengan logis. Yang ada hanyalah angan – angan indah.
Setelah mengenal pasangan dengan baik dan memutuskan buat menikah, setiap insan hendaknya siap buat menghadapi berbagai sifat nan ada dalam diri pasangannya. Tidak ada manusia nan seratus persen baik dan sempurna. Sejauh apa Anda bisa menerima keburukan atau kekurangan pasangan merupakan kunci buat membina rumah tangga harmonis.
Saling Memberi Dan Menerima
Dalam arti apa saling memberi dan menerima? Dalam arti memberikan pengaruh baik dan menerima nasihat nan baik dari pasangan masing-masing. Jika sebelum menikah Anda banyak mendapat masukan dari keluarga, kerabat maupun para sahabat. Setelah menikah hendaknya berhati-hati buat tak membeberkan masalah rumah tangga terhadap sembarang orang. Nasihat atau masukan nan tak bijaksana dari orang nan kurang tepat justru akan membelokkan biduk rumah tangga ke badai nan mengganas.
Insan – insan nan berkarakter baik, berke-Tuhanan dan memiliki taraf pendidikan nan cukup biasanya lebih mudah buat saling memberi dan menerima. Mereka berkepribadian terbuka sehingga bisa dengan mudah mendengar argumen atau masukan dari pasangan dan memberi umpan balik nan positif.
Dalam rumah tangga serasi perselisihan merupakan mediasi buat proses memberi dan menerima. Pertengkaran dalam rumah tangga tak boleh larut dan membesar, perselisihan hanya merupakan ajang buat saling mengontrol dan memperbaiki diri.
Penerimaan seperti ini tak hanya berlaku secara fisik atau materi saja, melainkan psikis. Misalnya saja, ketika pasangan memiliki kekurangan dalam bentuk konduite nan buruk, Anda sebaiknya tak menghujat atau merasa menyesal sebab telah menikahinya.
Hal nan seyogyanya Anda lakukan ialah menerima dengan lapang dada karakter nan telah lama terbentuk dari diri pasangan, lantas mengubahnya sedikit demi sedikit sehingga menjadi seseorang nan lebih baik dan menghargai apa nan Anda lakukan dalam menciptakan perubahan tersebut.
Perubahan nan dilakukan mungkin akan sulit terasa jika Anda menginginkan waktu nan cepat buat mencapai perubahan tersebut. akan tetapi, perubahan tersebut akan mampu dirasakan jika Anda melakukannya dengan penuh kesabaran hingga suatu hari pasangan pun mengubah tingkah laku buruknya menjadi tingkah nan baik.
Di satu pihak, Anda mungkin akan disibukkan dengan urusan sakit hati nan membawa diri dan pikiran Anda buat lebih mementingkan ego sendiri dibandingkan dengan mengubah hal tersebut.
Hal nan perlu diingat ialah perubahan tersebut bukan hanya membawa akibat positif bagi pasangan, tapi juga akibat nan baik bagi Anda dan interaksi Anda dengan pasangan.
Jika sikap-sikap jelek masih dipertahankan sebagai suatu situasi nan egois, maka bukan tak mungkin jika hal nan akan muncul dalam kehidupan rumah tangga pun bukan sesuatu nan baik.
Namun, jika Anda sudah meniatkan kebaikan dalam diri Anda dan pasangan, maka hal itu pasti akan memberikan kebahagiaan dan rumah tangga serasi nan selama ini diimpikan.
Memperbaiki Diri
Tahap nan kedua buat menjadikan sebuah keluarga menjadi serasi ialah dengan sama-sama memperbaiki diri dan tak malu buat melakukan hal tersebut. kebanyakan suami atau isteri enggan melakukan pemugaran hanya sebab alasan nan subjektif, seperti halnya malu buat berubah, gengsi, dan alasan lain nan mungkin dijadikan pembenaran bagi Anda dan pasangan buat tetap melakukan Norma jelek Anda.
Setelah pasangan Anda mengetahui kekurangan Anda, begitu juga sebaliknya, Anda perlu membuka hati dan pikiran buat berubah menjadi lebih baik serta menjadi nan diharapkan oleh pasangan. Hal tersebut menjadi motivasi nan sangat besar buat dapat dijadikan landasan nan baik dalam mengubah dan memperbaiki diri.
Untuk memperbaiki diri, lakukan hal-hal nan diminta oleh pasangan dan berikan klarifikasi mengenai alasan mengapa sebelumnya Anda melakukan kekurangan atau Norma jelek tersebut. Hal ini dilakukan buat memudahkan pasangan Anda dalam mencari jalan keluar buat dapat ikut andil dalam pemugaran diri Anda. Oleh karena itu, tiap pasangan memiliki hak dan kewajiban nan sama dalam hal menerima, memberi, dan memperbaiki diri demi kemajuan bersama dalam kehidupan rumah tangga.
Mengendalikan Diri
Tahap nan ketiga nan harus dilakukan ialah mengendalikan diri. Pengendalian diri ini dilakukan buat menjadikan diri tak lagi sebagai pusat dari apa nan dilakukan, melainkan ‘kita’ (Anda dan pasangan) nan menjadi pusat keberhasilan Anda dalam memperbaiki diri.
Hal tersebut tentu dilakukan sebab suami istri atau kehidupan rumah tangga bukan lagi dua individu terpisah nan menjalani kehidupan masing-masing, keduanya merupakan elemen berbeda nan dipersatukan buat mengubah diri masing-masing menjadi lebih baik serta memberikan kesadaran dan kemajuan diri keduanya.
Sebagai contoh, jika Anda merupakan orang nan bahagia berbelanja sebelum menikah, dan pasangan Anda ternyata kurang menyukai hal tersebut sebab dianggap sebagai suatu pemborosan, maka Anda harus mulai belajar buat mengendalikan diri dalam hal tersebut. jika tidak, akan muncul selisih paham nan nantinya berujung pada pertengkaran besar jika tak ada pengendalian diri.
Tidak hanya itu, pengendalian diri juga dilakukan dengan mengambil jalan nan baik dari jalan lain nan biasanya digunakan buat kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi nan dimaksud dapat berupa pemuasan keinginan nan bersifat materi, dapat juga pemenuhan keinginan nan berupa pemuasan keinginan spiritual.
Menjaga Rumah Tangga Agar Harmonis
Barangkali lebih mudah diucapkan ketimbang pelaksanaannya. Rumah tangga serasi hanya bisa terbentuk oleh orang-orang nan lebih mengedepankan kepentingan pasangan dan masa depan anak-anaknya. Orang nan mampu bertanggung jawab bagi orang lain.
Rumah tangga nan serasi bukan sebab Anda memperoleh pasangan nan tepat dan sempurna. Namun lebih kepada kerja keras Anda buat berkorban, mengalah, menahan diri dan menghargai pasangan hidup. Nah, apakah Anda orang nan demikian? Maka Anda ialah orang nan mampu membina rumah tangga harmonis.
Namun, terlepas dari bagaimana kehidupan nan serasi itu dapat tercipta juga bergantung pada hal-hal nan sudah disebutkan tadi. Ketika Anda dapat memiliki niat nan baik buat dapat saling menerima dan memberi, saling memperbaiki diri, dan tentu saling mengendalikan diri.
Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal nan menjadi pokok primer dalam membina rumah tangga nan harmonis. Tanpa penerimaan dan pemberian, pemugaran diri, serta pengendalian diri, kehidupan nan subjektif akan selalu meliputi kehidupan rumah tangga Anda dan pasangan. Jadi, sudah siapkah Anda buat melakukan perubahan ke arah nan lebih baik bersama pasangan Anda?