Jaringan Bioskop 21 di Seluruh Wilayah Indonesia
Anda pecinta film atau moviemania? Niscaya sudah tidak asing lagi dengan nama Bioskop 21 . Bioskop 21 ialah jaringan bioskop terbesar di tanah air. Bioskop 21 tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Sebagian besar bioskop 21 berada di dalam pusat perbelanjaan sehingga mudah diakses oleh para moviemania .
Bioskop 21 menjadi pilihan primer moviemania buat menyaksikan film-film berkualitas. Sajian film terbaru menjadi menu primer bioskop 21, dengan dukungan teknologi tata suara Dolby digital dan THX, menonton film di bioskop 21 menjadi lebih menyenangkan.
Bioskop 21 dan Sejarah Bioskop di Indonesia
Sebelum mengulas lebih jauh tentang jaringan bioskop 21, ada baiknya kita mengenal sejarah bioskop di Indonesia secara umum. Sejarah bioskop di Indonesia, diawali dengan masuknya film ke Hindia Belanda (Batavia) pada tahun 1900. Kala itu film disebut sebagai "gambar idoep" nan dibawa masuk oleh kaum kulit putih.
Setahun setelah masuknya "gambar idoep" kemudian muncul kenyataan layar tancap, antara lain di Deca Park (Gambir), Lapangan Tanah Abang, Lapangan Mangga Besar, Lapangan Stasiun Kota (Beos). Konsep layar tancap ini kemudian diadopsi pada bioskop 21 kini.
Beberapa bioskop nan ditujukan buat kalangan elite kelas atas mulai berdiri tahun 1903, antara lain Deca Park. Sementara itu, Capitol ditujukan bagi penonton kelas menengah, dan kelangan 'wong cilik' mendapat porsi bioskop Rialto Senen dan Rialto Tanah Abang. Pembagian tingkatan ekonomi seperti itu, sekilas juga terjadi pada bioskop 21 kini.
Pada era itu para pengusaha Tionghoa sudah mendominasi kepemilikan bioskop. Melalui usaha bioskop nan dimilikinya, mereka memanjakan para Belanda dengan tontonan. Selain itu, pihak Belanda juga mendapatkan suguhan makanan serta minuman.
Pada dasa warsa tahun 1920 – 1930, film-film dari Amerika (Hollywood), Eropa (Belanda, Prancis, Jerman) dan Cina (Legenda Tiongkok Asli) banyak masuk ke Hindia Belanda. Bahkan beberapa film Hollywood sudah lebih dulu diputar di bioskop-bioskop Hindia Belanda daripada di negeri Belanda sendiri, pada sekitar tahun 1920-an. Jadi, bukanlah hal nan aneh bila bioskop 21 kini juga banyak memutarkan film-film asing.
Pada 1936, terdapat kurang lebih 225 bioskop di Hindia Belanda, mereka terdapat antara lain di Bandung terdapat 9 bioskop, Jakarta memiliki 13 bioskop, Surabaya 14 bioskop, dan Yogyakarta berjumlah 6 bioskop. Penyebaran bioskop masa lalu, satu pola dengan penyebaran bioskop 21 kini.
Namun, pada zaman penjajahan Jepang, jumlah bioskop di Indonesia menurun tajam. Bioskop nan asalnya berjumlah ratusan, 300 bioskop, saat itu hanya tersisa 52 bioskop. Masing-masing bioskop nan menjadi cikal bakal bioskop 21 itu tersebar di Surabaya, Malang, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta.
Turunnya jumlah bioskop tersebut disebabkan sebab harga tiket nan cukup mahal. Harga satu tiket bioskop saat itu sama dengan harga beras jatah dari pemerintah sebanyak satu kilogram. Selain itu, film nan dipertontonkan cenderung lebih banyak mengandung propaganda daripada hiburan. Berbeda dengan konsep tontonan bioskop 21 saat ini tentu saja.
Pascakemerdekaan Indonesia, lahirlah tiga forum perfilman nan menjadi embrio film Indonesia. Ketiga forum itu ialah Perusahaan Produksi Film, Perusahaan Peredaran Film, dan Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia). Ketiga anak badan perfilman tersebut ikut andil dalam pembentukan bioskop 21.
Pada tahun 1951 di Jakarta diresmikan bioskop Metropole nan mampu menampung 1.700 loka duduk. Teknologi jendela peniup dan penyedot telah diaplikasikan pada bioskop ini. Arsitekturnya unik sebab memiliki tiga taraf nan dilengkapi ruang dansa dan kolam renang di lantai teratas. Bioskop ini menjadi bioskop modern pertama nan dimiliki Indonesia, sekaligus cikal bakal berdirinya bioskop 21.
Kemudian pada tahun 1955, berdirilah kompleks bioskop Indra di Yogyakarta nan dilengkapi toko dan restoran. Era keemasan bioskop nasional berlangsung pada awal Orde Baru, baik dalam skala produksi film nasional maupun wahana loka pertunjukkannya. Bisokop ini juga menjadi cikal bakal berdirinya bioskop 21.
Pada tahun 1990-an, produksi film nasional mencapai puncaknya, dengan jumlah produksi film nasional mencapai 112 judul per tahun. Di era 1990-an ini, jaringan bioskop di Indonesia sudah dikuasai Cineplex 21. Pada era ini jugalah, bioskop 21 telah menjadi sel jadi dalam global perfilman Indonesia.
Bioskop 21 Kini
Seiring zaman nan semakin maju, Cineplex 21 Group kemudian melakukan berbagai pembenahan dan pembaruan. Pembenahan nan dilakukan antara lain ialah dengan membagi jaringan bioskopnya menjadi 3 merek terpisah, yakni Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere buat sasaran pasar berbeda.
Cinema 21 lebih banyak memutar film produksi dalam negeri, sedangkan Cinema XXI didominasi film Hollywood. Kasta paling atas ialah The Premiere, nan ditargetkan buat pecinta film nan menginginkan fasilitas mewah. Sistem ini secara otomatis dianut juga oleh bioskop 21.
Jaringan Bioskop 21 di Seluruh Wilayah Indonesia
Hampir di setiap kota besar di tanah air niscaya berdiri jaringan bioskop 21. Bioskop 21 hadir di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Solo, Balikpapan, Palembang, dan Banjarmasin. Di masing-masing kota besar tersebut, setidaknya berdiri kompleks Cinema 21 dan Cinema XXI, sedangkan The Premiere baru hadir di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Kelebihan Menonton Film di Jaringan Bioskop 21
1. Kelebihan Menonton di Bioskop 21 - Kualitas Gambar dan Suara
Menonton film di bioskop 21 maupun cinema XXI kita benar-benar bisa menikmati suguhan film dengan kualitas gambar dan suara nan bagus. Rata-rata bioskop 21 dan cinema XXI telah mengembangkan teknologi 3D.
Aplikasi teknologi Dolby Digital Cinema 3D di beberapa bioskop 21 semakin memanjakan para moviemania dari kualitas gambar dan suara. Seiring berkembangnya film-film dengan format digital dan 3D, kebutuhan akan teknologi Dolby Digital Cinema 3D semakin meningkat, dan jumlah bioskop 21 nan mengaplikasikan teknologi ini pun semakin bertambah.
2. Kelebihan Menonton di Bioskop 21 - Suasana Nyaman
Selain kualitas gambar dan suara, kita juga disediakan berbagai fasilitas pendukung. Mulai dari gerai makanan, lounge, café, game center, hingga toilet nan nyaman. Kursi bioskop 21 pun terasa nyaman saat diduduki, dengan penataan ruang nan meminimalkan terhalangnya pandangan penonton ke layar.
3. Kelebihan Menonton di Bioskop 21 - Informasi Terbarukan
Informasi tentang film bisa diakses di website resmi bioskop 21. Saat tidak punya banyak waktu buat mencari resensi film, kita bisa membuka website resmi 21. Di sana kita bisa melihat jadwal film nan sedang ditayangkan. Sekaligus membaca resensinya. Majemuk info terbaru dari dunai perfilman juga bisa kita akses di sana.
4. Kelebihan Menonton di Bioskop 21 - Fasilitas Mobile Ticketing
Melengkapi kenyamanan para penonton, jaringan bioskop 21 meluncurkan sistem ticketing (MTix), buat melakukan pemesanan tiket melalui SMS dan website . Namun, buat saat ini layanan MTix hanya tersedia di sebagian besar Cinema XXI dan Cinema 21. Penonton nan ingin menggunakan fasilitas ini tetap diharuskan mendatangi loket Cinema XXI atau 21 buat proses registrasi sebelum menonton.
Strategi bioskop 21 bersaing dengan DVD
Untuk memenangkan persaingan pasar dengan beredarnya DVD, terutama nan bajakan buat film-film baru, jaringan bioskop 21 terus berupaya meningkatkan kualitas, baik dari segi pelayanan, fasilitas, hingga kualitas film nan diputar.
Bioskop 21 selalu menyajikan film-film box office terbaru. Kualitas gambar dan suara pun juga terus ditingkatkan sehingga penonton lebih puas menikmati tayangan film. Bioskop 21 sempat terancam embargo masuknya fim asing.
Pada awal tahun 2011, para moviemania sempat dibuat risi dampak maraknya pemberitaan media tentang isu ancaman importir perfilman asing nan berencana menghentikan pasokan film-film impor di Indonesia. Semua terjadi dampak kebijakan Ditjen Bea dan Cukai nan mengenakan revisi bea masuk tambahan buat film-film asing. Impor film disepadankan dengan impor barang senilai 23,75%, ditambah 23,75% dari pendayagunaan di bioskop, ditambah 15% PPh, serta pajak tontonan 10-15%. Bioskop 21 terancam tak bisa menampilkan film-film luar.
Tentunya kebijakan itu sangat merugikan pihak penyelenggara bioskop, dalam hal ini jaringan bioskop 21. Dampak kenaikan biaya masuk film impor, mereka harus melakukan penyesuaian pembiayaan lainnya, termasuk harus menaikkan harga tiket. Namun, pilihan buat menaikkan harga tiket masuk dinilai lebih realistis daripada harus menutup jaringan bioskop 21 di seluruh Indonesia.
Bioskop 21 Cineplex memiliki sekitar 500 layar di Indonesia. Kebijakan tersebut akan memangkas suplai ratusan judul film impor setiap tahunnya. Namun, beruntung setelah banyak menuai protes, akhirnya kebijakan tersebut ditarik kembali sehingga kita dapat kembali menikmati film-film box office Hollywood melalui jaringan bioskop 21.