Fenomena Politik Global : Sebuah Contoh Globalisasi Politik
Apakah kekacauan politik global akhir-akhir ini ialah sebuah contoh globalisasi politik ? Mungkin hal itu pernah terlintas dalam benak kita. Tentunya globalisasi sudah tak asing bagi kita sebab akibat globalisasi saat ini sudah mulai terasa.
Mulai hilangnya batas-batas antar negara dan merebaknya internet membuat globalisasi menjadi kenyataan nan tak terelakkan lagi. Lalu bagaimana dengan globalisasi politik? Bagaimana contoh globalisasi politik dan pengaruhnya bagi kehidupan kita? Mari kita ulas satu persatu tentang globalisasi politik.
Apakah Globalisasi Itu?
Sebelum memaknai tentang globalisasi politik ada baiknya kita memahami globalisasi terlebih dahulu. Globalisasi berasal dari kata “global” nan berarti universal. Globalisasi sendiri memiliki banyak makna tergantung sudut pandang nan dipakai.
Pada umumnya globalisasi dimaknai sebagai interaksi nan saling terkait antar bangsa dan manusia melalui perdagangan, investasi , perjalanan, budaya populer, dan bentuk hubungan lainnya. Dari hubungan ini negara nan satu dengan lainnya hampir tak memiliki batas.
Globalisasi merupakan hubungan nan melibatkan individu, kelompok, maupun negara. Globalisasi tak hanya melibatkan satu aspek saja tapi hampir semua aspek kehidupan. Kadang globalisasi dianggap sebagai sesuatu nan negatif sebab dianggap sebagai proyek negara adikuasa buat memperlancar kepentingan ekonomi dan politik mereka. Lalu bagaimana pandangan para ilmuwan dan tokoh tentang globalisasi?
Theodore Levitte ialah orang nan pertama kali menggunakan istilah globalisasi. Istilah ini muncul pada tahun 1985. Menurut Robertson globalisasi mengacu kepada penyempitan global secara bonus dan peningkatan pencerahan kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi dunia dan pemahaman kita akan koneksi tersebut.
Di lain pihak Waters mengemukakan globalisasi sebagai proses sosial dimana terdapat perlawanan secara geografis pada kemunduran perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan menurut Jan Aart Scholte globalisasi memiliki beberapa definisi nan berhubungan dengan internasionalisasi, liberalisasi, universalisasi, westernisasi serta interaksi transplanetari dan suprateritorialitas.
Pada interaksi transplanetari dan suprateritorialitas global dunia memiliki status sendiri dan bukan hanya gabungan negara-negara.
Selama ini globalisasi dianggap sebagai kenyataan pada abad 20. Namun tahukah Anda bahwa konsep globalisasi sudah ada sejak dahulu? Dimulai ketika manusia sudah melakukan perdagangan antar negeri sejak tahun 1000 dan 1500 M. Jalur sutera nan digunakan para pedagang India dan Tiongkok ialah salah satu bukti terjadinya hubungan antar negara.
Konsep negara dunia juga telah diperkenalkan peradaban Islam sejak zaman Nabi Muhammad dan para khalifah sesudahnya. Pada saat itu kaum muslimin telah membentuk jaringan politik dan ekonomi di wilayah Asia, Afrika bahkan sampai Andalusia. Jaringan perdagangan nan dibentuk meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Bahari Tengah,Venesia, dan Genoa.
Fase berikutnya ditandai dengan adanya revolusi industri pada tahun 1770 di Eropa. Revolusi industri ini membuat bangsa Eropa melakukan eksplorasi besar-besaran ke bagian global lain demi mencari sumber daya baru buat kepentingan industri mereka.
Memasuki abad 19 integrasi antar negara semakin berkembang. Muncullah berbagai perusahaan multinasional nan mulai membuka cabang-cabangnya di negara lain. Merebaknya restoran siap saji Mc Donald di seluruh global ialah salah satu tandanya.
Globalisasi Politik, Sebuah Keniscayaan
Globalisasi telah menyentuh berbagai bidang kehidupan. Bidang politik ialah salah satu aspek krusial nan tak bisa terelakkan dari global nan sudah mengglobal. Globalisasi politik menjadi krusial buat dibahas sebab politiklah pemegang kebijakan dari semua aspek kehidupan lainnya.
Ada sebuah pernyataan menarik dari Daniel Bell tentang globalisasi. Menurutnya “globalisasi membuat negara menjadi sangat kecil buat masalah kehidupan nan sangat besar dan terlalu besar buat masalah kehidupan nan kecil”. Memang globalisasi dimulai dari hal-hal nan bersifat non politik.
Kerjasama bidang ekonomi dan kebudayaan lambat laun mengurangi kekuasaan dan keaktifan pemerintah. Posisi pemerintah nan semakin kehilangan bukti diri kekuasaannya ialah suatu akibat adanya globalisasi politik.
Globalisasi politik diawali dengan dibentuknya suatu forum internasional seperti PBB, WTO, dan forum lainnya. Dengan adanya lembaga-lembaga ini terjadilah kesepakatan internasional mengenai beberapa kebijakan nan harus diambil oleh suatu negara. Sisi positifnya forum internasional tersebut bisa dijadikan sebagai fasilitas penyelesaian suatu masalah politik.
Namun di lain pihak kebijakan nan turut diintervensi komunitas internasional dan negara adikuasa menjadikan posisi suatu negara semakin lemah. Ide-ide politik nan bernilai dunia seperti ideologi asing mulai menjadi acuan.
Demokrasi sebagai sistem politik mulai dijadikan isu bersama nan harus diperjuangkan. Lalu apakah masih tersisa bukti diri orisinil politik suatu negara dengan adanya globalisasi politik?
Seperti pernyataan Daniel Bell, dapat jadi permasalahan suatu negara menjadi kecil, begitu pula sebaliknya. Tentu saja ini ialah akibat adanya globalisasi politik nan juga didukung oleh media. Permasalahan suatu negara nan bersifat lokal dapat saja menjadi permasalahan global.
Suatu negara harus tunduk terhadap kesepakatan nilai-nilai politik internasional seperti HAM dan demokrasi. Pada akhirnya bukti diri orisinil dari politik suatu negara mulai tergerus dampak adanya nilai-nilai politik bersama.
Fenomena Politik Global : Sebuah Contoh Globalisasi Politik
Globalisasi politik nan terjadi saat ini merupakan sebuah dampak dari penguasaan ideologi Kapitalis. Dalam globalisasi politik abad 21 ini negara global ketiga seringkali menjadi korban dari kepentingan politik negara adikuasa.
Permasalahan lingkungan, terorisme serta pelanggaran HAM dapat dijadikan komoditas politik negara maju terhadap negara global ketiga. Kenyataan politik global saat ini terjadi dampak pengaruh ide-ide politik negara maju terhadap global ketiga. Kenyataan politik global inilah sebuah contoh globalisasi politik nan terjadi saat ini.
Fenomena politik di negara-negara Afrika didorong oleh adanya industrialisasi. Negara-negara Afrika pada akhirnya harus memacu GNP dan devisa negara mereka. Negara-negara Afrika mulai melakukan industrialisasi dan modernisasi. Di lain pihak ada sesuatu nan harus dikorbankan yaitu sisi ketahanan pangan mereka. Jumlah petani dan eksplorasi tanah menjadi semakin sempit.
Negara Amerika Latin cenderung berhadapan dengan konflik politik dalam negerinya. Kenyataan demokrasi berhadapan dengan kondisi politik negara nan cenderung tiran militer. Setelah kediktatoran hancur muncullah masalah ekonomi . Akhirnya mereka harus berhutang pada IMF demi menanggulangi masalah ekonominya.
Kasus di Asia dampak globalisasi politik cenderung pada permasalahan pangan dan hutang negara. Kasus SARA nan sarat dengan isu politik seperti di Sri Lanka, Tibet, Kashmir, Ambon, Muslim Moro serta nan terbaru ialah kasus Muslim Rohingya. Adanya permasalahan SARA memicu adanya konflik sosial politik. Tentunya hegemoni asing terhadap permasalahan ini diduga menjadi salah satu pemicunya.
Globalisasi politik juga turut mempengaruhi perkembangan politik dunia. Pada tahun 1989 terjadi pemberontakan berdarah di Cina nan disebut “Peristiwa Tiannamen”. Peristiwa tersebut tentunya dipengaruhi merebaknya paham demokrasi sebagai jalan politik baru bagi Cina.Peristiwa berdarah itu pada akhirnya memunculkan Cina sebagai negara super power baru seperti saat ini.
Peristiwa lainnya dampak merebaknya demokrasi dan HAM ialah gerakan sosial Filipina nan menggulingkan pemerintahan tiran Ferdinand Marcos. Tahun 1991 politik Apartheid di Afrika Selatan dihapus. Di Eropa Timur rakyat berdemonstrasi menggulingkan rezim komunis nan berkuasa.
Yang terbaru tentunya ialah peristiwa “Arab Spring” di Timur Tengah. Kenyataan kejemuan masyarakat Timur Tengah terhadap pemerintahan boneka tiran membuat mereka melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut sebuah perubahan mendasar.
Indonesia pun tak lepas dari adanya pengaruh globalisasi politik. Reformasi nan terjadi pada tahun 1998 merupakan contoh tuntutan terhadap kebebasan berbicara dan titik jenuh terhadap pemerintahan nan diktator. Setelah itu diikuti adanya kenyataan disintegrasi nasional di beberapa loka seperti Aceh, Poso, Ambon, serta lepasnya Timor Timur.
Masalahh pun muncul seperti permasalahan HAM, AIDS, cyber crime, pengelolaan negara nan serba KKN serta ketidakberanian menghadapi IMF. Kebijakan swatantra daerah, pengurangan berbagai subsidi masyarakat dan kebijakan lain pun akhirnya diambil sebagai akibat hutang Indonesia kepada IMF.
Semua itu ialah kenyataan nan terjadi dampak adanya globalisasi politik.
Dari semua kenyataan ini tentunya ada sisi positif dan negatif nan bisa dirasakan. Globalisasi politik akan membuat negara mengambil jalan pembangunan buat menyelesaikan permasalahan sosial dan ekonomi.
Meningkatnya interaksi diplomatik antar negara, forum negara akan sederajat tingkatannya, kerjasama antarnegara menjadi cepat dan mudah. Ketahanan politik, transparansi, akuntabilitas, dan profesionalitas menjadi sebuah keharusan. Negara semakin menjadi sorotan publik sehingga lahirlah banyak LSM dan partai politik.
Di lain pihak campur tangan lembaga-lembaga internasional seperti IMF sedikit banyak berpengaruh terhadap kebijakan negara. Masuknya liberalisasi politik dan kapitalisme tentunya turut memberikan inspirasi terhadap perubahan dalam suatu negara.
Pertanyaannya apakah globalisasi politik lebih membawa akibat positif ataukah negatif? Tentunya saat ini kita dapat menilainya sendiri dari semua akibat nan terjadi.
Semoga artikel ini bisa dijadikan bahan perenungan tentang apa sebenarnya nan sedang terjadi dan mesti bagaimana mengambil sikap di tengah kepungan globalisasi.