Kunci
Seorang sahabat menulis di dinding facebooknya seperti ini, “Berkah Politik itu bermacam-macam. Banyak nan mendapatkan pekerjaan selingan sebagai pengawal calon pemimpin, anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu mendapatkan jatah makan nan lebih sebab sering diajak berbuka bersama kalau di bulan Ramadhan dan mendapatkan paket sembako dalam bakti sosial, para pemburu warta panen warta dan tidak harus mencari warta sebab nan membuat warta mendatangi sang penulis berita. Koran-koran jadi penuh dengan warta propaganda.” Tidak salah apa nan dikatakan seorang sahabat itu tentang kondisi perpolitikan Indonesia sebab memang konsep politik kalau ingin memenangkan satu pertarungan pilkada, harus seperti itu.
Porsi ‘Terbesar’
Sebagian atau kalau tak ingin dikatakan porsi terbesar dari pemberitaan media di Indonesia atau di negara mana pun tampaknya masalah politik selalu menarik diberitakan. Manuver-manuver para politikus dalam meraih sebuah kekuasaan, kebijakan-kebijakan penguasa, dan perdebatan tentang berbagai konsep dalam berpolitik, hingga hari ini selalu menghiasi lembar-lembar media cetak maupun layar kaca atau televisi. Warta tentang politik ini seolah tidak pernah lekang sebab menyangkut kehidupan manusia pada umumnya.
Ketika satu pemimpin nan dipilih tidak mampu melakukan kewajibannya, maka nan akan sengsara pertama kalinya ialah masyarakat paling bawah. Sedangkan orang-orang nan berada di atas, mungkin tak terlalu merasakan kesulitan seperti nan dirasakan oleh orang-orang bawah nan hanya dapat bersandar kepada Allah Swt dengan cara bersabar dan bersyukur. Mereka seolah tidak dapat lagi mengharapkan para pemimpinnya lebih banyak memikirkan mereka. Para pemimpin itu seolah telah mabuk kemenangan dan berusaha sekuat tenaga bagaimana dapat tetap menjadi penguasa hingga akhir hayat dengan memasukkan anggota koloni dan keluarganya dalam lingkungan kekuasaan.
Terlepas dari itu semua, ada orang nan kemudian memberi pemahaman masing-masing mengenai konsep dalam berpolitik. Sebagian orang menilai bahwa konsep dalam politik demokrasi nan ada di Indonesia ialah konsep nan sudah standar dan tak dapat diganggu gugat. Namun, keberagaman masyarakat Indonesia meyakini konsep tersebut sudah tak sinkron dengan kultur atau kepercayaan masyarakat Indonesia. Maka, lahirlah apa nan disebut politik Islam nan ingin mendirikan negara Islam. Konsep nan satu ini cukup ditakuti sebab mereka mengira bahwa politik Islam itu akan banyak melibas semua perbuatan nan selama ini mungkin menjadi surga global bagi mereka.
Tak ada lagi korupsi, kolusi, dan nepotisme nan tak sahih sebab kalau masih dilakukan, hukumannya ialah hingga sanksi gantung atau pancung nan terdengar sangat mengerikan. Tak ada lagi bentuk perjudian dan prostitusi. Hukumannya ialah dihujani dengan batu hingga mati. Tidak ada lagi hal-hal nan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Ketakutan nan hiperbola telah membuat banyak orang menghindari partai Islam.
Ketika ada partai Islam nan masuk ke jajaran elit kekuasaan, ternyata partai Islam itu tak dapat dijadikan andalan. Memang hanya janji Allah Swt nan dapat dipegang. Sedangkan janji manusia itu cukup diketahui saja dan diakui kalau janji itu dibayar tunai. Manusia itu sangat mudah berjanji semudah ia ingkari semua janjinya. Apalagi kalau tak ada bukti apa-apa termasuk bukti hitam dai atas putih. Ada bukti pun, manusia dapat berkelit dan mengganti semua isi perjanjian sinkron dengan kepentingannya. Semua dapat diganti. Hanya isi Al-Quran nan tidak dapat diganti sebab memang dijaga langsung oleh Allah Swt.
Ragam Definisi
Jika dianalisis lebih jauh, permasalahannya bukan pada konsep politik , tetapi ada pada individu-individu nan menjalaninya. Maka dari itu, alangkah lebih mudah jika kita memahami politiknya. Mengingat pemahaman politik terkesan terpisah-pisah, memang diperlukan beberapa instrumen kunci lain agar dapat memahami konsep dalam politik. Instrumen nan dapat membuat orang merasa bahwa politik itu krusial demi keberlangsungan kehidupan nan damai dan nyaman. Politik bukan sebagai salah satu upaya menjadi penguasa selama-lamanya. Politik juga bukan buat menjebak dan membunuh karakter orang nan tak disenangi. Politik itu higienis dan tak kotor. Para politikus kotorlah nan membuat politik itu menjadi kotor.
Sejatinya, politik merupakan sebuah pembentukan atau pembagian sebuah kekuasaan nan ada dalam diri masyarakat. Wujudnya sendiri dapat pembuatan keputusan atau kebijakan-kebijakan, khususnya dalam hal bernegara. Para ahli politik kemudian menganggap bahwa definisi tersebut ialah perpaduan segala definisi nan selama ini berbeda-beda, terutama jika menyoroti hakikat politik dalam ilmu politik itu sendiri.
Ilmu politik ialah sebuah kemampuan melakukan seni atau ilmu buat meraih sebuah kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Meskipun demikian, ada beberapa ungakapan politik lewat sebuah sudut pandang berbeda mengenai politik. Teori klasik Aristoteles menyebutkan bahwa politik merupakan usaha nan ditempuh sekumpulan masyarakat negara buat mewujudkan kemaslahatan atau kebaikan bersama. Kebaikan bersama nan menjadikan kehidupan menjadi lebih mudah bagi semua orang.
Politik pun disebut bertalian erat dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Politik dipahami pula sebagai aksi buat mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Sementara itu, ada juga nan menyebut politik merupakan suatu pembuatan dan pemberlakuan kebijakan publik.
Kunci
Berangkat dari ragam definisi nan seolah terpecah-pecah dalam memahami konsep sebuah politik, diperlukan pemahaman beberapa kunci nan dapat membuka konsep politik. Kunci-kunci itu memang terpisah. Namun, pada dasarnya masih satu kesatuan rangkaian nan kemudian menciptakan konsep sebuah politik tertentu. Kunci-kunci tersebut ialah pemahaman mengenai hal-hal berikut.
- Kekuasaan politik.
- Legitimasi.
- Sistem politik.
- Perilaku politik.
- Partisipasi politik.
- Proses politik.
- Partai politik.
Inilah kunci-kunci nan dimaksud. Mulai dari memahami partai politik hingga legitimasi politik itu akan menghadirkan sebuah pemahaman akan konsep sebuah politik nan sangat luas sekali pembahasannya. Kunci-kunci itu dibuat buat mengatur kehidupan manusia agar lebih dapat berhubungan dengan lebih baik.
Konsep Politik Intelijen Gayus
Gayus kembali buka suara. Kini, membuat geger Republik. Gayus menyebut John Grace, agen CIA nan direstui anggota satgas. John Grace disinyalir ialah John Jerome. Aktor di balik pembuatan paspor Republik Guyana Gayus dan keluarga. Peluru Gayus tak berhenti di situ. Gayus menuduh satgas mafia hukum jadi alat politik. Deny Indrayana dan kawan-kawan dituduh memelintir kasus Gayus ke ranah politik.
Lontaran Gayus ini bak bom molotov bagi istana. Presiden nan membentuk satgas kena getah. Tidak mau campur tangan dan malah cuci tangan. Lingkaran istana waspada taraf tiga. Konferensi pers langsung dihelat sore itu juga. Menyangkal curhat Gayus. Deny lalu membeberkan percakapan BBM. Masalah Gayus kian melebar dan liar. Konsep dalam politik intelijen Gayus jadi gosip jalanan. Padalah kalau memang berani membukanya, maka mungkin tabir itu tidak lagi berdebu dan berkabut.
Intelijen Bermain?
Testimoni Gayus usai persidangan membuat publik terperangah. Jejaring mafia hukum begitu erat. Tali rafia, tali sepatu. Sesama mafia harus bersatu. Gayus menyeret nama Cirus Sinaga, Antasari Azhar, dan Ical. Kini, kasus mantan ketua KPK tersebut menuai sorotan kembali. Dugaan rekayasa kasus merebak. Jaksa Agung muda memberi instruksi buat menggali kebenaran versi Gayus tersebut.
Sementara itu, Ical kini mereguk simpati publik. Gayus meyakinkan bahwa ia tidak pernah berjumpa Ical. Adnan Buyung Nasution juga mengungkapkan kasus hukum Gayus dibonsai di perusahaan Ical. Publik sudah bingung bertumpu ke mana. Tidak ada nan layak dipercaya. Kecurigaan intelijen bermain diafirmasi oleh akun Beny_Israel.
Tweet Beny memancing kontroversi susulan. Intelijen Indonesia, menurutnya, dikuasai oleh kelompok Tanah Abang. Beny memberi ulasan lengkap dengan inisial nama. Entah ke mana kasus ini bermuara. Namun, pihak Kedubes AS telah membantah keterlibatan CIA tersebut. Para pengamat terbelah ke kubu pro dan kontra. Namun, mereka sepakat bila testimoni ini perlu diusut.
Politik Gayus
Gayus bak kaki seribu. Licin dan banyak akal. Kini, ia divonis 7 tahun penjara. Sederet kasus hukum lain bakal membelit. Dari plesiran ke luar negeri sampai suap pada sipir penjara. Gayus punya kuasa kapital tidak terbatas. Namun, buat pergi puluhan kali dari penjara, niscaya ada backing politik. Keterangan polisi menyebut HS. Namun, kini dibantah oleh Kapolri Timur Pradopo.
Publik kian bingung dengan dagelan politik hukum ini. Kasus Gayus bak komoditi seksi di media. Debat kusir tidak berujung tanpa resolusi jelas. Politik Gayus boleh jadi berhasil. Membuat pengalihan isu dari isu mafia hukum ke hal remeh-temeh. Tali rafia, tali sepatu. Sesama mafia harus bersatu!
Itulah politik nan masuk ke ranah manapun. Satu konsep politik dapat dijadikan senjata nan baik maupun senjata nan tak baik. Tergantung siapa nan memegang senjatanya.