Kisruh PSSI Indonesia Menarik Perhatian FIFA
Boleh dikatakan, satu-satunya organisasi olahraga nan kepengurusannya terus kisruh ialah PSSI Indonesia. Induk organisasi sepak bola paling tinggi di tanah air Indonesia ini, belum dapat membebaskan diri dari balutan beda pendapat dan saling serobot pengurus.
PSSI Indonesia dari sudut pandang bisnis memang sangat menggiurkan, tidak heran ibarat pepatah dimana ada gula di sana semut. Mereka mendapat banyak dana dari sponsor nan ingin ikut serta memajukan global sepakbola Indonesia. Tapi sayangnya ladang bisnis nan basah tersebut tak dibarengi tanggung jawab dari para petingginya buat bahu-membahu membangun prestasi sepakbola di tanah air.
Pengalaman induk organisasi olahraga bernama PSSI Indonesia ini tidaklah kebilang muda, bukan dibentuk kemarin sore. Induk organisasi sepak bola di Indonesia ini, sejak zaman penjajah Belanda sudah berdiri secara resmi. Tapi makin hari makin miskin prestasi.
Ketika gairah masyarakat pecinta sepakbola sedang naik-naiknya, prestasi timnas senior dalam kancang Piala AFF juga mulai memukau hanya sebab segilintir oknum pengurus, semuanya berakhir anti klimaks. PSSI Indonesia sukses membuat semangat itu menjadi sebuah amarah.
Sejarah PSSI Indonesia
Organisasi PSSI Indonesia telah berusia cukup matang buat sebuah organisasi. Organisasi ini didirikan pada 1930, 22 tahun kemudian bergabung dengan induk organisasi sepakbola dunia, FIFA, dan dua tahun kemudian, 1954 barulah bergabung dengan organisasi sepakbola Asia, AFC.
Sejak 9 Juli 2011 sampai sekarang, pemegang tampuk paling tinggi di PSSI Indonesia ialah Djohar Arifin Husin nan terpilih pada Kongres Luar Biasa setelah lengsernya ketua generik kontroversial, Nurdin Halid. Pergantian ketua di tubuh PSSI Indonesia juga selalu penuh kontroversi.
Meretas sejarah PSSI Indonesia, pada awal pembentukannya yaitu pada tanggal 19 April 1930, bukanlah bernama PSSI Indonesia seperti sekarang ini. Organisasi ini awalnya bernama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia nan dipimpin tokoh sepakbola legendaris Ir. Soeratin Sosrosoegondo.
Nama pemimpin pertama organisasi PSSI Indonesia ini sampai sekarang diabadikan buat nama perserikatan sepakbola pelajar. Ir. Soeratin bukanlah seorang guru olahraga. Ia ialah insinyur sipil lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman. Pada 1928, sekembalinya ke tanah air, ia bekerja di perusahaan Belanda dan menjadi satu-satunya orang Indonesia nan dapat sejajar dan sederajat dengan para komisaris di perusahaan kontruksi tersebut nan tidak lain orang Belanda.
Pada tahun 20-an sepakbola tidaklah seramai sekarang dan hanya ramai ketika ada acara pasar malam. Bangsa Eropa terutama Belanda, selain memperkenalkan sepakbola juga beberapa cabang olah raga lain seperti hoki, bola tangan, renang, kasti dan tenis. Namun rupanya nan mendapat perhatian besar ialah cabang olah raga sepakbola. Belanda menjadi salah satu tokoh berdirinya organisasi PSSI Indonesia ini.
Pada rentang tahun 20-30an selain para serdadu, warga sipil Eropa termasuk juga bangsa pribumi mulai membentuk klub-klub sepakbola sehingga akhirnya didukung oleh bond-bond nan sifatnya kedaerahan bahkan etnis, kemudian terbentuk Nederlandsch Indische Voetbal Bond nan berskala nasional dan menjadi cikal bakal PSSI Indonesia sekarang ini.
Pada rentang tahun itu pula berdiri klub etnis China dan klub sepakbola bangsa pribumi nan biasanya menggunakan nama wilayahnya sendiri. Bond nan terbilang besar ialah Persidja nan biasa latihan di lapangan sepakbola di daerah Biak, Jakarta Barat. Persidja dapat jadi menjadi anggota tertua dari PSSI Indonesia.
Pada 1930 akhir, muncul nama-nama pribumi dan etnis China nan menjadi bintang lapang, terutama setelah bintang Bond NIVB nan tidak muda lagi seperti Sumadi, Ernst Mangindaan dan Maladi. Sejarah kemudian mencatat dengan tinta emas ketika pada 1938 buat pertama kalinya Indonesia sukses lolos ke piala dunia. Prestasi tersebut juga melatari dibentuknya PSSI Indonesia.
Inilah prestasi paling tinggi nan pernah diraih PSSI Indonesia. Sekalipun sebenarnya setelah bersitegang sebab nan menjadi utusan Indonesia bukanlah pemain PSSI melainkan menggunakan Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) nan memang telah diakui oleh FIFA.
Prestasi PSSI Indonesia
Prestasi sepakbola Indonesia di taraf global sungguh tak membanggakan, sama sekali tidak pernah sukses menyamai prestasi Korea Selatan maupun Jepang. Makin hari disparitas kualitas dengan kedua negara tersebut semakin terlihat jauh. Padahal pada tahun 80-an, timnas PSSI Indonesia tidak kalah jauh dengan mereka.
Setelah prestasi nan diraih pada 1938 sukses lolos ke Piala Dunia, prestasi paling tinggi pernah dicapai timnas PSSI Indonesia pada 1986 nan hampir lolos ke Piala Global namun dalam final kalah agregat 1-6 oleh Korea Selatan.
Berbagai upaya buat mendongkrak prestasi timnas PSSI Indonesia di taraf global selalu kandas. Program latihan jangka panjang di Uruguay, Italia dan Paraguay, tidak terlalu dapat mendongkrak prestasi timnas sepakbola Indonesia di taraf dunia. Jangankan taraf dunia, taraf Asia saja PSSI Indonesia masih kalah kelas dibanding tim-tim dari Asia Tengah.
Kisruh PSSI Indonesia Menarik Perhatian FIFA
Perhatian besar FIFA tertuju kepada PSSI Indonesia bukan sebab prestasi, tapi sebab kisruh kepengurusan terutama dalam masa kepemimpinan Nurdin Halid dan awal kepemimpinan Djohar Arifin Husin sekarang ini. Beberapa kali FIFA ikut campur menjadi penengah, tapi rupanya masih kalah ngotot dibanding kedua pihak nan berseteru.
Ada secercah asa sempat muncul dalam putaran final Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab. Pada waktu itu timnas PSSI Indonesia sukses menahan imbang tim kuat, Kuwait, tapi lagi-lagi harus tersingkir ketika berhadapan dengan Korea Selatan. Prestasi paling tinggi di Piala Asia ialah pada tahun 2007 ketika bersama Malaysia, Vietnam dan Thailand menjadi tuan rumah bersama. Timnas PSSI Indonesia saat itu sukses menaklukkan Qatar dengan skor 2-1.
Sama dan sebangun dengan prestasi di Piala Asia, di taraf regional pun pada penyelenggaraan Piala AFF atau sebelumnya dikenal dengan Piala Tiger, sekalipun monoton menjadi tim unggulan tapi belum pernah sekalipun meraih gelar juara. Prestasi paling tinggi timnas PSSI Indonesia di Piala AFF ialah pada tahun 2000, 2002, 2004 dan 2010 sebagai kampiun kedua.
Beragam upaya terus dilaksanakan buat memperbaiki prestasi sepak bola ini. Tapi hasilnya belum menunjukkan perkembangan positif. Begitu pula dengan menggunakan instruktur asing, sama sekali tidak serta-merta dapat mendongkrak prestasi. Di tengah suasana galau seperti itulah, dalam kepengurusan Nurdin Halid, PSSI Indonesiaa melemparkan gagasan buat mencoba meniru beberapa negara lain dalam hal mendongkrak prestasi, yaitu dengan program naturalisasi.
Program naturalisasi ini mulai dicoba saat menghadapi Piala AFF 2010 dan Sea Games. Hasilnya memang terlihat berbeda tapi belum secemerlang negara lain nan telah lebih dahulu memakai program naturalisasi pemain ini. PSSI Indonesia mulai dirasakan kinerjanya meskipun sebenarnya itu bukan hal nan membanggakan.
Pengurus PSIS Indonesia
Dalam usianya nan buat ukuran usia manusia, usia organisasi PSSI Indonesia ini mulai terlihat renta, telah 14 orang tercatat memegang tampuk paling tinggi sebagai ketua umum. Diawali pada rentang 1930-1940 sebagai Ketua Generik ialah Ir. Soeratin Sosrosoegondo, dilanjutkan kemudian oleh Artono Martosoewignyo sampai tahun 1949, tahun 1950-1959 dipegang oleh Maladi, 1960-1964 duduk sebagai Ketua Generik ialah Abdul Wahab Djojohadikoesoemo, sementara pada tahun 1964-1967 Maulwi Saelan.
Ketua Generik PSSI Indonesia keenam nan memimpin dari tahun 1967-1974 ialah Kosasih Poerwanegara, dilanjutkan kemudian sampai tahun 1977 oleh Bardosono. Moehono menjadi Ketua Generik PSSI Indonesia periode selanjutnya 1977, dilanjutkan oleh Ali Sadikin dari tahun 1977-1981, 1982-1983 dipegang oleh Sjarnoebi Said, kemudian 1983-1991 oleh Kardono.
Azwar Anas menjadi Ketua Generik PSSI Indonesia periode 1991-1999. Dilanjutkan kemudian oleh Agum Gumelar dari 1999-2003. Selepas dipegang Agum Gumelar, kursi Ketua Generik PSSI Indonesia dipegang Nurdin Halid sampai April 2011 dan dilanjukan oleh Djohar Arifin Husin.
Kostum PSSI Indonesia Sepanjang Zaman
Sepanjang sejarah berdirinya, kostum timnas PSSI Indonesia tidak hanya merah-putih sebab pada beberapa kejuraan pernah pula mengenakan seragam hijau-putih, biru-putih dan putih-putih. Pada kostum timnas PSSI Indonesia buat Piala AFF 2010, kostum nan dibuat oleh Nike itu memperkenalkan motif baru. Motif burung Garuda membentang hampir di sebagian besar kostum bagian depan.