Pesan Moral

Pesan Moral

Finding Nemo merupakan salah satu film animasi produksi Pixar nan banyak digemari anak-anak di seluruh dunia. Tokoh utamanya, Nemo, pun hadir dalam majemuk jenis merchandise anak-anak, mulai dari boneka, pakaian, hingga alat tulis.



Jalan cerita

Film Finding Nemo diawali dengan hadirnya telur-telur ikan badut (Clown Fish) di dalam laut. Saat kedua orangtua begitu gembira menanti menetasnya anak-anak mereka, datanglah ikan lain memangsa telur-telur ikan dan ibu mereka. Namun ada 1 telur nan selamat. Ketika akhirnya ia menetas, keluarlah seekor anak ikan badut dengan sirip samping besar sebelah. Marlin, orangtuanya satu-satunya lalu memberinya nama Nemo.

Karena merasakan trauma akan apa nan sudah terjadi di masa lalu yaitu hilanya seluruh telur ikannya, maka si ayah ini memberikan konservasi nan teramat bagi anaknya. Sampai si anak, Nemo merasakan bahwa tindakan ayahnya nan over protected membatnya tak nyaman.

Setelah agak besar, ayahnya mengantar Nemo ke sekolah ikan. Guru sekolah ini ialah seekor ikan pari. Sedangkan murid-muridnya terdiri dari aneka jenis hewan laut. Selain ikan, ada juga gurita dan kuda laut. Murid-murid sekolah ikan ini sering bermain dengan bahaya.

Saat melepas anaknya buat pergi ke sekolah, sebenarnya masih ada perasaan takut dan tidak tega buat melepaskan anaknya bersama teman-teman. Namun dengan berulang kali memberikan pesan kepada anaknya buat tak sampai mendekat ke arah permukaan air laut.

Namun, sebab memang jiwa anak-anak nan ada di dalam diri Nemo dan kawan-kawan maka mereka pun merasa penasaran akan pesan orang tua mereka buat tidak mendekat ke permukaan air laut. Ada apa kiranya sampai mereka dilarang buat melakukan hal itu.

Sampailah pada suatu ketika mereka berenang mendekati permukaan laut. Marlin nan memiliki perasaan risi sejak awal lalu menghampiri mereka dan menarik Nemo menjauhi permukaan. Tapi Nemo berkata pada ayahnya bahwa ayahnya tak perlu khawatir, toh mereka bermain bersama-sama.

Tapi kali lainnya membawa Nemo benar-benar terpisah dari ayah dan teman-temannya. Selanjutnya petualangan membawa Nemo ke aquarium milik seorang dokter gigi dekat dermaga di Sydney. Di sinilah Nemo mendapat teman-teman baru nan juga baik hati.

Nemo pun menceritakan bagaimana ia dapat terbawa hingga ke sini. Sejak saat itu, teman-teman barunya melakukan segala usaha buat dapat mengembalikan Nemo ke bahari agar dapat berkumpul lagi dengan ayahnya, keluarganya satu-satunya.

Salah satu usaha hampir membawa Nemo ke laut, yaitu saat ia terlempar ke luar ventilasi ruang praktek dokter gigi dan dibawa dalam mulut seekor burung pelican. Namun ketika akhirnya ia sampai di laut, Sang Dokter Gigi nan ternyata mengikutinya sejak tadi, sukses menangkapnya dan membawanya kembali ke aquarium dengan kantong plastik.

Jauh di sana ternyata Sang Ayah juga melakukan segala macam usaha buat dapat menemukan Nemo. Di perjalanan ia berjumpa dengan Dory, seekor ikan dori nan lucu dan punya watak pelupa. Petualangan nan lain membawa Marlin dan Dory hingga ke dermaga Sydney. Mereka bahkan sempat berjumpa dengan burung pelikan nan pernah mencoba mengembalikan Nemo ke laut.

Kembali ke aquarium, ternyata Sang Dokter Gigi berniat menghadiahkan Nemo ke keponakannya nan bahagia dengan ikan. Teman-teman Nemo dalam aquarium tahu bahwa keponakannya ini suka memperlakukan ikan dengan kasar, seperti mengocok ikan dalam plastik.

Akhirnya mereka menyuruh Nemo berakting pretensi mati. Nemopun mengambang dalam posisi terbalik. Ia benar-benar mirip seperti ikan nan sudah mati. Usaha ini membuahkan hasil. Sang Dokter Gigi membuang Nemo ke kloset, lalu menyiramnya. Nemo beruntung sebab saluran pembuangan kloset ternyata bermuara ke laut, dan akhirnya ia sukses berjumpa dengan ayahnya kembali.



Pesan Moral

Pesan moral primer dalam film Finding Nemo ialah pentingnya menuruti nasehat orangtua. Perhatikanlah bagaimana Nemo nan tak mengindahkan peringatan ayahnya akhirnya dapat tersesat begitu jauh. Namun sebab afeksi nan begitu erat antara orangtua dan anak ini, mereka akhirnya dapat berkumpul kembali.

Beginilah fakta nan banyak terjadi di kalangan masyarakat kita. Orang tua mengalami kesulitan buat bisa mengarahkan anak pada hal nan sahih dan sinkron dengan nilai dan kebiasaan nan ada di dalam masyarakat.

Sedangkan anak merasa dirinya sudah memiliki haknya sendiri buat bisa melakukan segala hal nan mereka sukai dan maui. Mereka melakukan hal tersebut tanpa mau buat diberikan batasan. Seakan hayati mereka hanyalah buat diri mereka sendiri dan kebebasan nan mereka punya.

Seperti halnya Nemo nan tidak bisa dinasehati oleh orang tua, anak jaman sekarang pun juga seperti itu. Hingga mereka merasakan dampak dari segala perbuatan mereka itu layaknya Nemo nan harus perbisah dengan ayahnya dan juga ditangkap oleh manusia.

Banyak anak nan juga mengalami hal serupa. Mereka harus menerima konsekuensi dari segala hasil perbuatan mereka. Misalnya mereka menerima hal jelek nan tidak pernah mereka sangka-sangka.

Kehidupan anak jaman sekarang nan cenderung kurang memperhatikan nasehat dan perhatian orang tua disebabkan oleh banyak sebab. Di antaranya adalah:

1. Gaya hidup. Saat ini banyak anak nan memakai gaya hayati nan tidak ada di alam orang tua mereka. Sebut saja materialistik, permissive, hedonis dan masih banyak nan lainnya.

Materialistik ialah segala hal ini bergantung pada uang. Karena memang kita hayati di alam nan serba materialme. Jadi, anakpun terdidik oleh lingkungan buat memikirkan uang-uang dan uang. Bagaimana mendapatkan uang sebanyak nya lalu bisa menggunakan uang tersebut seenak mereka. Dan buat bisa melakukan hal nan mereka sukai maka mereka membutuhkan uang.

Permissive ialah paham gaya hayati nan membolehkan orang buat melakukan segala hal tanpa adanya batasan atau tanpa mau dibatasi oleh apapun di sekitarnya termasuk nilai ataupun norma. Dan hal inilah nan banyak terjadi di kalangan remaja kita saat.

Mereka seakan bebas buat melakukan apa saja. mereka tidak mau dibatasi oleh nilai dan kebiasaan nan berlaku di masyarakat. Mereka cuek terhadap pandangan di dalam masyarakat. Yang krusial ialah diri mereka sendiri bisa melakukan hal apa nan mereka sukai.

Hal ini juga banyak dipengaruhi oleh jiwa mereka nan masih labil. Di masa-masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa ini mereka cenderung memiliki kepribadian nan masih belum stabil. Merekapun terkadang mudah buat terpengaruhi lingkungan mereka.

Hedonis juga dekat denga materialtik bahwa apa nan mereka lakukan ialah cenderung bersumber dari keberadaan uang. Gaya hayati remaja nan seperti ini memang sejatinya bertolak belakang dengan apa nan ingin ditanamkan oleh orang tua. Namun sebab memang remaja telah tumbuh dengan paham ini maka sangat sulit buat diarahkan.

2. Lingkungan. Hal ini juga sangat memperngaruhi bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan si anak. Lingkungan akan membentuk karakter dan kepribadian si anak sinkron dengan apa nan ada di dalam lingkungan tersebut.

Terlebih saat ini kita sebagai orang tua tidak bisa selalu mengkondisikan anak buat berada di lingkungan nan baik dan mendukung bagi perkembangan mereka dengan optimal.

Bisa jadi lingkungan justru membawa akibat jelek bagi remaja. Jika remaja berada di dalam lingkungan nan tidak begitu mentaati apa nan ada id dalam masyarakat maka remaja tersebut akan terbentuk dengan kepribadian seperti itu.

Banyak sekali imbas jelek dari lingkungan nan diserap oleh remaja. Karena lingkungan saat ini telah banyak terkontaminasi oleh hal ataupun ide nan buruk. Misalnya paham-paham nan telah disebutkan tadi, lingkungan nan tak agamis dan masih banyak lagi.

Itulah nan membentuk kepribadian anak tak sinkron dengan asa dan keinginan orang tua. Sehingga anak memang tumbuh menjadi sosok dengan kualitas nan tidak seharusnya.

Untuk menghilangkan adanya hal ini dan membentuk anak menjadi apa nan diharapkan oleh orang tua, maka kita harus meniadakan semua faktor penyebab ini. misalnya kita menghilangkan atau menghindarkan anak dari lingkungan nan tidak baik. Karena memang ialah tugas dan tanggung jawab orang tua buat mencarikan lingkungan nan baik bagi anaknya.

Sehingga nantiny aharapan memiliki generasi nan berkualitas bisa tercapai. Itulah refleksi nan bisa kita peroleh dari film kartun nan begitu mendunia, Finding Nemo.