Lukisan dan Buku Catatannya

Lukisan dan Buku Catatannya



Rekam Jejak

Ketika kehidupan ini dimanfaatkan buat memberikan manfaat, biasanya selalu ada jalan melakukan semua kebaikan itu. Leonardo da Vinci sangat tahu talenta dan kemampuan nan telah diberikan Tuhan kepadanya. Ia dengan sangat bahagia mengabadikan semua nan ia rasakan dan ia lihat ke dalam berabgai karya dengan detil nan luar biasa. Lukisan Monalisa nan terlihat sangat sederhana itu dibuat dalam kurun waktu nan cukup lama.

Leonardo da Vinci bahkan membuat setiap goresan dapat dianalisa. Malah ada nan berpendapat bahwa paras Monalisa itu ialah penggambaran dari peredaran bumi mengelilingi matahari. Senyumnya nan sangat simetris dibuat dengan perhitungan matematika nan luar biasa akuratnya. Berbagai analisis ini memang masuk akal mengingat bahwa da Vinci merupakan seorang ilmuwan nan sangat pandai menganalisis berabgai hal.

Ia dengan hebatnya membuat desain sebuah pesawat. Dari rancangan da Vinci nan nan cukup paripurna pada zaman itu, para ilmuwan zaman kini menterjemahkan pandangan sang maestro sehingga berbagai percobaan dilakukan pada abad ke-20. Keunikan dari kehidupan nan luar biasa ini memang cukup mengagumkan. Ia nan pernah melakukan hal nan tak diperbolehkan pada zamannya. Dengan keingintahuan nan begitu besar, ia melakukan hal itu.

Yang terlarang nan dilakukan oleh sang maestro ialah membedah mayat dan melihat jaringan tubuh manusia. Dengan keahliannya, ia menggambarkan setiap jengkal dari jaringan itu dalam bukunya. Apa nan dilakukannya ini sangat bermanfaat pada perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Pemikirannya memang begitu maju dan tak terjangkau oleh orang-orang nan ada pada masanya. Kehidupannya nan lain memang membuat banyak orang terperangah walaupun belum tentu ada kebenarannya.

Kehidupan Leonardo da Vinci nan cukup menggetarkan hati ini ditulis oleh Dan Brown. Ia nan menulis sebuah novel nan dikatakan berdasarkan kisah konkret dari kehidupan Leornardo da Vinci. Kisah dalam novel itupun telah difilmkan. Namun, banyak juga nan tak mempercayai semua kisah itu. Da Vinci juga digambarkan sebagai sosok nan tak berbahagia dalam hidupnya. Kecerdasannya menjadi satu pelarian nan lura dapat dari rasa nan tidak tersampaikan itu.

Leornardo da Vinci tak sendiri ketika mengukir kisah orang-orang hebat nan menyimpan duka lara begitu perih. Banyak para artis dan orang-orang terkenal nan membaktikan dirinya kepada kehidupan mempunyai kisah hayati nan tidak seindah pengabdiannya kepada global dan lingkungannya. Merek atersakiti, mereka terzalimi, mereka lelah dan kalah dalam percintaan. Demi mengobati rasa nan begitu perih, mereka menenggelamkan diri ke dalam hal-hal nan mungkin bermanfaat bagi orang lain.

Dengan mengisi waktu mengabdikan waktu buat orang lain itulah, global terasa latif dan tak terlalu sempit. Kalau tidak seperti itu, berlarutnya duka dapat saja membuat keinginan bunuh diri datang. Seperti nan terjadi pada Hemingway. Salah satu penulis hebat ini akhirnya tidak sanggup menghadapi kehidupannya nan begitu menyesakan hati. Beda lagi dengan penulis Indonesia pada masa konvoi di Orde Lama dan Orde Baru. Mereka menuliskan kisah nan terjadi pada dirinya dengan lukisan penggambaran nan cukup menyentuh hati.

Tolstoy nan juga terkenal dengan goresan tangannya nan indah, mempunyai kehidupan nan tak mudah. Bahkan ada nan mengatakan kalau saja kehidupan Tolstoy itu indah, mungkin ia tak akan dapat membuat satu kisah nan begitu latif dan menyentuh hati. Banyak sekali orang-orang nan berusaha keluar dari kesempitan hati dengan cara membuat sesuatu nan bermanfaat bagi orang lain. Mereka menganggap itu sebagai suatu darma kepada Tuhannya atas anugerah ketrampilan dan kecerdasan nan tidak dimiliki oleh orang lain.

Inilah kisah-kisah nan sepatutnya mendapatkan penonjolakan cerita agar masyarakat masa kini dan masa nan akan datang menyadari bahwa hayati ini memang tak mudah. Begitu banyak artis nan secara ekonomi terlunta-lunta. Bahkan buat makan saja susah. Ia pun mengemis kepada orang lain demi sesuap nasi. Kisah Pak Raden nan sengsara dihari tuanya menjadi salah satu kisah konkret nan tidak mungkin terhindarkan.

Terkadang ada hal nan memang harus dibayar di global ini. Hal-hal itu dapat saja terjadi sebab dosa atau memang dijadiakn Tuhan seperti itu agar semakin banyak karya nan dihasilkan dan semakin banyak orang dapat belajar dari orang-orang nan mempunyai kemampuan luar biasa ini. Leonardo da Vinci telah mampu mengembangkan otaknya sebanyak 5%. Begitu juga dengan Albert Enstein. Sedangkan manusia nan biasa-biasa saja nan tak mau mengembangkan otaknya, paling hanya menggunakan 0,01% dari otaknya.

Hal ini menjadi sesuatu nan dapat dipahami. Banyak sekali orang nan menghabiskan waktunya hanya dengan menonton televisi dan menonton film. Hatinya masih tertutup dan tak mampu mengembangkan daya nan ada buat lebih bermanfaat bagi orang lain. Bila saja banyak nan berpikir bagaimana memanfaatk waktu nan ada di dunia, mungkin telah banyak hal nan dapat dilakukan dan niscaya akan dihargai oleh orang nan telah merasakan manfaatnya.



Baik di Semua Sisi

Leonardo lahir pada 1452 di kota kecil Vinci, dekat Florence, Italia. Dia mengenyam sedikit sekolah dan sebagian besar dipelajarinya dengan otodidak. Leonardo terlihat baik dalam semua hal nan dia coba. Ia tampan, seorang pembicara nan baik, dan seorang musisi. Dia dilatih menjadi seorang pelukis oleh Andrea del Verrocchio, seorang artis terkemuka di Florence. Leonardo kemudian bekerja buat adipati dan raja. Ia terpandang dan mempunyai banyak keahlian.

Lukisan Paling Terkenal
Leonardo menghasilkan sejumlah lukisan nan nisbi sedikit dan ia meninggalkan beberapa lukisan nan belum selesai. Namun, Leonardo memiliki ide-ide murni nan mempengaruhi artis Italia lama setelah kematiannya.

Leonardo percaya bahwa lukisan ialah ilmu. Ia menerapkan pemikiran ilmiah dalam seni sehingga lukisannya tampak seperti global nyata. Salah satu teknik nan paling krusial dalam melukis ialah sfumato, campuran dari satu wilayah rona ke rona lain sehingga tak ada garis tajam.

Leonardo menggunakan sfumato dalam salah satu lukisannya nan terkenal, Mona Lisa. Ketika Anda melihat lukisan ini, perhatikan bagaimana warna-warna saling manunggal di paras dan tangannya. Lihat bagaimana Leonardo telah mengaburkan tepi mulutnya buat memberikan petunjuk Mona Lisa tersenyum. Senyuman misterius ini telah mempesona orang selama berabad-abad. Ekspersi Mona Lisa mungkin akan berubah setiap waktu sebab cara Leonardo menghaluskan ujung bibir, mata, dan pipinya. Mona Lisa terlihat seperti hidup.

Banyak orang menganggap karya mural Leonardo nan dikenal dengan Perjamuan Terakhir (The Last Supper) menjadi karya masterpiece-nya. Kristus, duduk di tengah Perjamuan Terakhir, baru saja mengumumkan bahwa salah satu dari 12 rasulnya akan mengkhianati dirinya.

Leonardo menempatkan tokoh dalam lukisan ini dengan cara menambah drama pengumuman. Kristus merupakan pusat ketenangan. Tubuhnya nan diatur agak terpisah dari nan lain membentuk segitiga stabil. Para rasul tersebut diatur dalam empat kelompok, beberapa rasul menghadap ke arah Kristus dan beberapa rasul lainnya memaling dari Kristus. Mobilitas tubuh dan eksperesi paras mereka mengungkapkan reaksi akan kata-kata Kristus.



Lukisan dan Buku Catatannya

Menggambar ialah kesukaan Leonardo. Dia mengatakan bahwa gambar ialah cara nan lebih baik buat mengomunikasikan ide-ide dari kata-kata. Dia menggambar ketapel dan mesin perang. Dia menggambar otot-otot dan kerangka manusia dan binatang lainnya. Dia menggambar awan, putaran air, dan badai. Dia merancang gereja-gereja nan tak pernah dibangun.

Berbagai gambar dan teori Leonardo terkandung dalam banyak buku catatannya. Ide-idenya jauh melampaui apa nan dipikirkan orang pada saat itu. Namun, buku catatannya tak diterbitkan selama hidupnya. Andai saja, buku catatannya dipublikasikan, buku catatan tersebut mungkin telah merevolusi pemikiran ilmiah di 1500-an. Kecintaannya nan dalam pada penelitian merupakan kunci bagi Leonardo buat menekuni global ilmiah dan seni. Leonardo meninggal pada 1519.