3. Akhlak Terhadap Lingkungan - Jorok

3. Akhlak Terhadap Lingkungan - Jorok

Bencana alam kerap terjadi di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Anehnya, setiap bala terjadi, masyarakat sibuk mencari siapa nan salah. Datangnya bala boleh jadi suratan takdir Illahi. Bala juga boleh jadi merupakan aktualisasi diri alam nan sedang marah. Jika alam memang marah, lantas kenapa ia semarah itu?

Itulah kekuasaan dari Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta ini. Manusia sebagai makhluk ciptaanNya sudah selayaknya memiliki akhlak terhadap lingkungan. Lingkungan diperuntukkan Rabb sebagai area nan bisa ditempati dan dimanfaatkan oleh manusia setiap saat hingga Rabb mengambilnya kembali.

Tanpa disadari kita berperan dalam perusakan alam. Akhlak kita seringkali tak memperdulikan kelestarian lingkungan. Ya, semua berawal dari akhlak nan tak terkendali. Sikap serakah, tidak acuh, ceroboh, boros, dan jorok merupakan cerminan akhlak nan merusak lingkungan. Untuk itu, diperlukan suatu kearifan akhlak terhadap lingkungan.

Akhlak terhadap lingkungan didasari oleh rasa keimanan dan ketakwaan dari masing-masing individu. Ketika rasa keimanan dan ketakwaan masing-masing individu tak dilaksanakan dengan semestinya, maka wajar jika nan terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan menjadi tak seimbang sehingga kehidupan manusia dan makhluk hayati nan lain juga terganggu.

Akhlak terhadap lingkungan harus senantiasa dimunculkan dalam diri setiap individu sejak dini. Ketika akhlak ini tertanam dalam diri masing-masing individu, maka lingkungan akan menjadi perhatian khusus. Kelestarian dan keseimbangannya akan terjaga dengan baik sebab pencerahan manusia sebagai makhluk nan paling banyak memanfaatkan alam semesta.

Manusia dan makhluk hayati nan lainnya harus saling mendukung dan menjaga alam semesta ini. Ketika alam semesta ini terganggu, maka lingkungan juga terganggu sebagai bagian darinya. Akhlak terhadap lingkungan, baik lingkungan di sekitar manusia ataupun tak semuanya tetap membutuhkan penjagaan dengan baik dan benar.

Akhlak terhadap lingkungan terdiri dari dua kategori yaitu akhlak pemelihara lingkungan dan akhlak perusak lingkungan. Meski kita mengetahui bahwa segala kerusakan di bumi ini sebab manusia, tapi itulah kategori nan ada pada akhlak ini. Akhlak perusak lingkungan menjadi pokok bahasan nan krusial sebab akhlak inilah nan mempengaruhi lingkungan.

Akhlak terhadap lingkungan nan terkategori akhlak penjaga lingkungan contoh pelaksanaannya seperti membuang sampah pada tempatnya, jangan menangkap ikan dengan racun ataupun pukat harimau, jangan menebang hutan secara liar dan sebagainya. Akhlak tersebut tampak mudah dilakukan, tapi ternyata dalam kehidupan konkret sulit buat dilakukan oleh manusia.

Manusia merasa sulit melakukannya sebab manusia merasa menjadi penguasa di alam semesta ini. Wajar, jika lingkungan akhirnya menjadi rusak dan tak seimbang sebab manusia melupakan akhlak terhadap lingkungannya. Meski keimanan dan ketakwaan dimilikinya, tapi keimanan dan ketakwaan tersebut hanya sebatas pengakuan.

Akibat dari kurangnya kimanan dan ketakwaan dari manusia, mengakibatkan mereka lalai dengan konsekwensi dari rasa tersebut. Wajar juga jika akhlak terhadap lingkungan nan muncul ialah akhlak perusak bukan pemelihara lingkungan. Melalui tulisan ini, kita bisa menginstropeksi sikap kita terhadap lingkungan. Semoga kita tersadarkan dan kembali meningkatkan keimanan diri sehingga akhlak kita terjaga.

Berikut ini beberapa akhlak terhadap lingkungan nan terkategori akhlak perusak lingkungan, diantaranya sebagai berikut:



1. Akhlak Terhadap Lingkungan - Serakah dan Sikap Tak Acuh

Keserakahan merupakan pemicu primer kehancuran lingkungan. Hutan dibabat, pasir dikeruk, minyak monoton dipompa keluar, batu mulia ditambang, dan seterusnya. Itulah beberapa conoh akhlak nan termasuk ke dalam serakah lingkungan. Manusia biasanya tanpa sadar melakukan hal tersebut secara bertahap dan pengaruhnya akan dirasakan setelahnya.

Bagi para penguasa ekonomi, berlakulah prinsip greedy is good (serakah itu baik). Namun, tak demikian jika kita memegang teguh akhlak bijaksana. Bukankah agama telah menyiratkan dengan jelas bahwa serakah ialah perbuatan iblis. Namun demikian, para penguasa ekonomi tersebut tetap tak mempedulikannya apalagi kondisi sekarang berada pada sistem kapitalisme.

Sistem kapitalisme menjadikan para penguasa ekonomi memiliki prinsip tersebut. Akibatnya, lingkungan menjadi target primer aplikasi prinsip mereka. Saat ini, sikap para penguasa ekonomi tersebut masih terus berlangsung dan merajalela tanpa adanya hukuman nan berarti bagi mereka.

Sikap tidak acuh juga termasuk akhlak perusak lingkungan nan seringkali tak kita sadari. Hal-hal kecil nan dapat merusak lingkungan, seperti penggunaan kertas tisu dan plastik, sering kita abaikan. Padahal manusia menyadari bahwa dampak jelek dari Norma jelek nan sering dilakukannya.

Kertas tisu terbuat daru serat kayu. Artinya, semakin banyak kita menggunakan tisu, semakin banyak pohon nan ditebang. Padahal, kertas tisu dapat diganti sapu tangan. Hal ini sebenarnya diketahui oleh manusia. Akan tetapi, hal praktis menjadi prioritas primer seiring berjalannya waktu. Jadi, penggunaan kertas tisu maupun lainnya menjadi suatu kebiasaan.

Demikian juga plastik. Setiap kita membeli makanan kecil selalu dibungkus plastik. Bahkan, membeli cabai dan terasi buat sambal pun harus dibungkus plastik. Plastik bekasnya dibuang ke alam dan mengendap selama ratusan tahun. Padahal, selain plastik, beberapa barang dapat dibungkus kertas bekas dan daun tanaman.



2. Akhlak Terhadap Lingkungan - Ceroboh dan Boros

Ceroboh artinya berbuat sembarangan. Buang sampah sembarangan, menggunakan air sembarangan, berkendara sembarangan, dan seterusnya. Sikap ini termasuk akhlak perusak lingkungan. Semoga dengan mengetahui hal ini, kita bisa berinstropeksi dengan sikap kita selama ini.

Sikap ceroboh ini sering merusak lingkungan. Misalnya, membuang puntung rokok ke loka sampah tanpa dimatikan sering memicu kebakaran. Menyambung kabel secara asal-asalan juga sering menjadi faktor penyebab kebakaran. Namun, kebanyakan manusia masih meremehkan sikap tersebut dan menganggap biasa. Padahal sikap ceroboh mempengaruhi kesehatan lingkungan.

Selain sikap ceroboh juga terdapat sikap boros. Sikap tersebut juga sering merusak lingkungan. Bukan cuma merusak ekonomi sebab harus mengeluarkan ekstra biaya, melainkan merusak lingkungan sebab kita "mengambil" lebih banyak dari alam. Adapun contoh sikap boros, diantaranya boros listrik, boros bahan bakar, boros air, semuanya hanya membuang-buang energi. Padahal, energi itu dapat kita simpan buat anak cucu kelak. Di sisi lain, agama pun telah melarang kita buat boros dan hiperbola sebab segala sesuatu nan hiperbola tak akan membawa kebaikan.

Oleh sebab itu, sikap ceroboh dan boros kita upayakan buat diminimalisir atau bahkan dihilangkan dari Norma hayati kita. Semoga kita termasuk manusia nan dimudahkan buat berubah menuju hal nan lebih baik.



3. Akhlak Terhadap Lingkungan - Jorok

Akhlak perusak lingkungan selanjutnya yaitu sikap jorok. Sikap jorok sudah jelas tak mempedulikan kebersihan. Padahal pencipta alam semesta ini lebih bahagia pada segala nan bersih. Selain itu, kebersihan ialah sebagian dari keimanan. Seharusnya prinsip tersebut senantiasa dipegang teguh oleh manusia di dalam kehidupannya.

Orang beriman nan mencintai kebersihan tentu saja tak akan bahagia dengan lingkungan nan kotor. Dia juga tak akan bahagia berada di lingkungan nan tercemar. Oleh sebab itu, kita sebagai bagian dari makhluk pencipta alam semesta ini, seharusnya kita bisa melaksanakan keimanan kita secara menyeluruh termasuk terhadap lingkungan sekitar kita.

Selanjutnya, orang beriman akan bertindak sebagai reaksi terhadap lingkungan kotor tersebut. Reaksinya akan berbeda sinkron taraf keimanannya. Jika keimanannya tinggi, dia akan melakukan aksi nyata, seperti memungut sampah, membuat karya nan konkret buat menyelamatkan lingkungan, dan sebagainya. Jika imannya sedang, dia akan bicara, seperti mengingatkan orang buat menjaga lingkungan, menulis anjuran menjaga lingkungan, membuat embargo membuang sampah sembarangan, dan sebagainya.

Tinggi dan sedangnya keimanan seseorang tergantung pada sikap orang tersebut dalam menghadapi dan menyelesaikan ujian dari pencipta alam semesta ini. Keimanan seseorang nan nantinya akan menggerakkan dia menjadi sosok manusia dengan akhlak baik ataukah sebaliknya. Jika dia tak mampu, cukuplah baginya menunjukkan rasa tak bahagia terhadap segala bentuk perusakan lingkungan itu di dalam hati. Namun, tentunya sikap ini mencerminkan keimanan nan lemah.

Demikianlah beberapa klarifikasi mengenai akhlak terhadap lingkungan terutama akhlak nan terkategori perusak lingkungan. Lingkungan ialah bagian terpenting dalam hayati makhluk hayati utamanya manusia. Jika kita bersahabat dengan lingkungan kita, maka lingkungan akan semakin member kenyamanan bagi hayati kita dan sebailknya. Oleh sebab itu, akhlak terhadap lingkungan harus tetap dijaga terutama akhlak nan bisa menjaga lingkungan. Semoga keimanan dan ketakwaan kita tetap terjaga sehingga kita mampu menghargai lingkungan kita.