Meraih Surga
Keinginan manusia hayati di global ini memang beragam, mulai dari keinginan nan bersifat emosional hingga nan bisa dimaklumi setiap orang. Wajar saja jika terjadi hal seperti itu, sebab manusia merasa menjadi sosok nan lemah di antara makhluk lain di global ini.
Naif sekali makhluk nan bernama manusia ini. Mentang-mentang mempunyai ego dan nafsu, keinginan manusia hanya nan enak-enak. "Kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, wafat masuk surga." Itulah jargon manusia.
Slogan tersebut memang bukan jargon nan tanpa harapan. Meski terkesan enak-enak tapi sebenarnya jargon tersebut sering digunakan motivasi bagi sebagian besar orang ketika menjalani aktivitas dalam kehidupan ini.
Keinginan manusia nan satu memang tak bisa ditebak oleh manusia nan lainnya. Kalaupun bisa ditebak, hal itu hanya kebetulan saja. Kemajuan teknologi seperti saat ini menjadi faktor tambahan penyebab keinginan manusia semakin bertambah dan berkembang.
Keinginan tersebut tak terbatas pada kebutuhan jasmani saja tapi juga rohani. Jargon nan berisi keinginan enak-enak tersebut seharusnya tak dimiliki oleh orang-orang nan mudah putus harapan dalam hidupnya. Jargon tersebut hanya akan menjadi boomerang bagi mereka nan tak semangat dalam hidupnya.
Sebelum lebih mendalam mengetahui keinginan manusia secara mendalam, sebaiknya kita instropeksi diri dari jargon tersebut. Di global ini tak ada manusia nan sebenarnya hidupnya enak tanpa usaha optimal. Kehidupan nan enak bisa dirasakan ketika manusia mampu menempatkan dirinya pada posisi nan tepat dalam kehidupannya.
Kadang manusia sudah mengupayakan optimal segala potensinya, ternyata Tuhan memberikan ujian hayati sebagai bentuk kasih sayangnya. Ataupun sebaliknya, manusia nan belum mengoptimalkan potensinya juga diuji oleh TuhanNya. Semua mendapat porsi nan sama.
Ujian dari Tuhan diberikan kepada manusia bukan berarti Tuhan membenci manusia tersebut dengan segala upayanya. Tapi Tuhan memberikan ujian agar manusia senantiasa ingat dan bersyukur dengan segala apa nan telah didapatkannya dari upayanya nan optimal.
Tuhan Maha Mengetahui segala apa nan diupayakan makhluknya termasuk manusia. Kehidupan nan enak hanya dapat diraih dengan upaya nan optimal dan syukur terhadap hasil nan didapatkannya. Meski secara teori mudah disampaikan, tapi hal tersebut membutuhkan kesabaran dalam fenomena menjalankannya dalam kehidupan. Selanjutnya kita akan mengetahui hal-hal nan sebenarnya layak kita upayakan dengan optimal. Berikut uraiannya.
Kebahagiaan dan Ketenangan Jiwa
Apapun nan dilakukan oleh manusia, sesungguhnya buat mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Jadi, keinginan manusia sebagian dalam hidupnya, sebenarnya ialah dua hal tersebut . Bila kebahagiaan tidak mampu diraih, manusia akan kecewa. Kekecewaan itu akan membuat manusia berbuat sesuatu yang, bahkan, bisa membahayakan dirinya. Kekecewaan juga membuat ketenangan jiwa sulit diraih.
Segala bentuk hiburan dan kegiatan nan dianggap bisa memberikan kebahagiaan dan ketenangan jiwa akan dilakukan dan didatangi oleh manusia. Jeleknya ialah terkadang manusia-manusia nan tidak berhati nurani akan melakukan hal-hal tidak terpuji hanya buat melampiaskan nafsunya. Saling sikut, saling rampas, saling menyakiti sebagai balas dendam, tidak segan dilakukan oleh manusia buat mendapatkan "kebahagiaan" semu.
Jalan sesat, seperti mendatangi kuburan nan dianggap keramat, pun dilakukan atas nama mendapatkan ketenangan jiwa. Belum lagi, memakai batu dan jimat-jimat nan diyakini akan mendatangkan kedamaian. Manusia itu makhluk berakal, tapi gayanya mencari ketenangan jiwa kadang masih kalah dibanding makhluk lain.
Lihatlah buaya. Hewan berwajah sangar tersebut mungkin lebih senang dibanding manusia. Buaya hanya butuh makan dan seks. Loka tinggalnya tidak perlu dihias dan diberi banyak perabotan. Oleh sebab itu, manusia harus tetap ingat dan instropeksi diri.
Manusia sebagai makhluk nan lebih mulia dari makhluk kreasi Tuhan lainnya, memiliki akal nan bisa digunakan buat memahami kehidupan dan tujuannya. Manusia hayati bukan terbatas pada keinginan lahiriah tapi juga batiniah. Wajar saja jika kebahagiaan dan ketenangan jiwa senantiasa dicari oleh manusia apapun kedudukan ataupun jabatannya.
Oleh sebab itu, Tuhan tak membedakan manusia berada pada status social di masyarakatnya. Kebahagiaan dan ketenangan hidu setiap manusia memiliki baku sendiri-sendiri jika diserahkan pada status sosialnya. Tapi, kebahagiaan dan ketenangan jiwa nan semestinya diraih manusia ialah meningkatnya keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan dalam hayati ini.
Harta
Manusia menganggap bahwa harta ialah salah satu sumber kehidupan nan harus didapatkan. Dengan harta, manusia dapat melakukan banyak hal. Termasuk, bisa menjadi penguasa manusia lainnya. Penjajahan nan terjadi ialah salah satu bentuk pencarian harta. Manusia memang tidak pernah puas bila sudah menyangkut harta. Makan berpiring emas, bercangkir perak, bersendok dan bergarpu kristal sekalipun, belum akan membuat manusia lega.
Bahkan, bila manusia itu diberi satu gunung emas, dia niscaya akan mencari gunung-gunung emas nan lainnya. Itulah manusia. Mahluk serakah nan sangat buas dalam mencari harta. Kerusakan lingkungan atau pembunuhan manusia lain demi segenggam berlian pun akan dilakukan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa. Apa nan digambarkan dalam film Blood Diamond dapat menjadi contoh keserakahan manusia.
Perkembangan teknologi saat inipun juga bisa dijadikan fakta adanya keinginan manusia terhadap harta sangat banyak dan beragam. Pengaruh sistem kehidupan kapitalisme telah membentuk manusia buat gila harta.
Sebenarnya harta bukan baku nan tepat dalam meraih keinginan hayati manusia di global ini. Manusia membutuhkan kemuliaan, tapi bukan diukur berdasar banyaknya nominal harta di global nan telah dikumulkannya. Manusia nan mulia meurut Tuhan ialah manusia nan meningkat ketakwaannya.
Secara teori pencapaian takwa mudah dilakukan, tapi sebenarnya takwa bukan sebatas kata-kata ataupun keinginan. Takwa nan diminta Tuhan ialah takwa sebenarnya. Takwa bisa diraih secara perlahan tapi niscaya oleh manusia melalui majemuk amal kebaikan dalam hidupnya.
Oleh sebab itu, harta nan dicari dan dikumpulkan manusia, bukan dijadikan sebagai pengukur kemuliaannya di global dan saying Tuhan terhadapnya. Tapi harta tersebut hendaknya diamalkan sinkron dengan amalan nan ditunjukkan Tuhan menuju peningkatan ketakwaan.
Meraih Surga
Semua keinginan manusia yaitu masuk surga. Jangankan surga nan sesungguhnya, di global yang fana ini pun, manusia berusaha buat menciptakan surga dengan berbagai kemewahan dan keindahan. Keinginan meraih surga inilah nan masih membuat manusia berbuat kebaikan. Bila tidak ingat ada surga, manusia akan menjadi sejahat-jahatnya makhluk. Hidupnya hanyalah menjadi budak nafsu perut dan nan di bawah perut.
Berbagai petunjuk agama diikuti dan dijalankan dengan asa akan masuk surga. Walaupun tahu bahwa tidak mudah buat meraih surga tanpa rida dari-Nya, tetap saja manusia berusaha menjadi makhluk mulia. Godaan niscaya ada dan akan selalu ada, tetapi ruh manusia nan asalnya kudus itu selalu ingin menuju jalan kesucian nan sudah ditetapkan sehingga surga nan diharapkan akan mampu dimasuki dengan mudah.
Itulah nan seharusnya menjadi instropeksi diri manusia terhadap jargon berisi hal-hal enak tersebut. Keinginan manusia tak bisa dibatasi oleh perasaannya saja, tapi juga cara pandangnya terhadap kehidupan ini buat siapa dan buat apa.
Kadang manusia terlena dengan kehidupan di global hingga lupa akan petunjuk Tuhannya. Hal tersebut memang wajar dan sering terjadi pada diri manusia. Sosok nan lemah, kadang lupa dan kadang salah ini harus terus diingatkan agar menjalani kehidupannya dengan sahih dan tepat sinkron keinginan Tuhannya.
Keinginan hayati nan majemuk akan menjadi motivasi hayati manusia dalam menjalani kehidupannya di global nan fana ini. Motivasi nan harus dimiliki ialah motivasi nan sahih dan positif bagi diri utamanya.
Motivasi hayati tak harus berasal dari orang lain, tapi motivasi hayati akan lebih mantap tertanam dalam diri ketika berasal dari diri manusia itu sendiri. Orang lain tak bisa mengetahui diri manusia nan lain secara sempurna, tapi dirinya sendirilah nan memahami secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, antara keinginan dan motivasi hayati pada diri manusia harus berjalan beriringan dan menempati posisi mendukung kehidupan. Manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan melakukan hal nan terbaik buat meraih kemuliaan nantinya. Kebahagiaan, ketenangan jiwa, harta nan melimpah serta masuk surga menjadi bagian dari keinginan manusia nan harus dioptimalkan usaha pencapaiannya. Semoga bermanfaat bagi para pembaca nan budiman.