Pita 35 mm
Di jaman sekarang, kebanyakan orang mengenal film sebagai media nan dibuat secara digital. Padahal film diawali oleh teknologi pita film seluloid, bahkan sebenarnya di jaman sekarang pita film seluloid ini masih dipergunakan oleh banyak pembuat film nan serius di bidangnya.
Bila ditinjau dari bahannya, seluloid ialah homogen plastik nan berbahan nitroselulosa. Karena itu bahan ini jadi mudah terbakar, bahkan kecepatan bakarnya lebih cepat dari kertas. Seluloid ditemukan pada tahun 1868. Selain pada pita film, bahan ini dapat ditemukan juga pada film buat kamera foto dan bola pingpong.
Dalam penggunaannya, pita seluloid tak dapat merekam gambar secara langsung, diperlukan media rekam lain yaitu DAT (Digital Audio Tape) buat melakukan perekaman gambar. Dalam industri film, Anda mengenal beberapa jenis pita film seluloid, meski sebenarnya bila membicarakan ukuran pita seluloid, maka pembicaraan juga kerhubungan dengan tipe kameranya, sebab pita seluloid memerlukan kamera spesifik buat mengoperasikannya.
Pita 8 mm
Pita ini dibuat buat kamera spesifik nan dikembangkan oleh Eastman Kodak pada tahun 1932 dengan tujuan bagi para pengguna rumahan. Maka dari itu produksi film dengan pita 8 mm dihitung lebih murah daripada ukuran nan lain.
Ukuran 8 mm itu mengacu pada jeda diagonal tiap frame pita. Rata-rata pita film seluloid jenis ini mampu merekam antara 3 -5 menit, dan bergerak pada kecepatan 12, 15, 16, dan 18 frame per detik.
Pita 16 mm
Pita ini juga digunakan buat kamera nan dibuat oleh Eastman Kodak pada tahun 1923. Ternyata proses film dengan pita ini cukup disukai oleh para pembuat film, terutama nan aturan dananya ketat. Ukuran 16 mm itu mengacu pada jeda diagonal tiap frame pita.
Sementara itu di Indonesia, penggunaan pita film inilah nan banyak ditemukan. Variasi lain dari pita ini ialah ukuran Super 16 mm. Perbedaannya hanyalah ukuran diagonal framenya nan lebih besar dari pita 16 mm.
Pita 35 mm
Pita ini ditemukan oleh William Dickson dan Thomas Edison. Inilah jenis pita nan menjadi favorit banyak pekerja film dan menjadi baku industri film saat ini. Terutama sebab kualitas gambar pita jenis ini masih jadi nan terbaik dibanding jenis lain.
Ukuran pita ini sama dengan pita dalam fotografi, bedanya pada kamera foto posisi pita ini horizontal sedangkan pada kamera film posisinya vertikal. Sepanjang sejarahnya, pita ini sudah mengalami banyak modifikasi dari nan tadinya hitam putih menjadi warna, hingga akhirnya juga dapat menangkap suara.
Pita 65mm dan 70mm
Yang terakhir, ada pita dengan ukuran 65 mm dan 70 mm. Tapi kedua jenis pita ini akan memakan biaya produksi nan besar hingga menjadi tak populer. Di Indonesia pun sporadis ada bioskop nan dapat menayangkan format ini, karena proyektor nan digunakan haruslah proyekor berukuran 70 mm. Film nan menggunakan jenis kamera ini biasanya ialah film-film IMAX.